Share

3. Keputusan Final Ran

Suami Dinda datang, sebenarnya dia sudah mendengar semuanya.

"Gue mohon sama lo, Ran, jadi Gaurine untuk sementara waktu,” ujar suami Dinda—Rafhan.

Wanita ini membelalakkan matanya dia tidak menyangka Rafhan akan mengatakan ini.

"Papan kayu. Lo setuju juga?” Dinda terharu.

"Dia juga adik gue, please! Lo belum kerjakan Ran, gue bakalan penuhin semua kebutuhan lo selama lo jadi Gaurine. Gue mohon, berapa pun yang lo minta gue bakalan kasih.” Rafhan menatap Ran penuh harap.

"Ayolah Ran!" Ecca ikut-ikutan.

Ran masih menggelengkan kepala, dia tidak menginginkan ini.

"Please ....” Rafhan dan Dinda memohon bahkan hendak bersujud tapi Ran berdiri lalu menjauh.

"Okee! Tapi please jangan kayak gitu! Jangan mohon-mohon kayak gitu!" sentak Ran kesal.

Dia paling lemah dengan hal yang seperti ini.

Rafhan dan Dinda sangat senang, begitu juga dengan Ecca, ternyata cerita gilanya bisa menjadi solusi kesedihan Dinda, tapi ini awal perjalanan penuh rintangan untuk Ran.

Setelah kejadian itu sebulan setelahnya Ran benar-benar menjadi Gaurine, gaya rambutnya pun disamakan dan soal Gaurine, gadis itu belum juga sadar.

***

Gilang mendesah frustrasi saat layar ponselnya menunjukan dua kata, GAME OVER.

"Sial!" rutuk Gilang.

"Yuhuu, gue menang lagi!" Rakha bersorak girang.

"Ah gue juga kalah!" pekik Leon.

Rakha memperlihatkan jempolnya yang sengaja dibalikkan tanda meledek. Jika urusan game dia yang terdepan.

"Ah, mending mainin cewek dari pada mainin game,” ujar Gilang ngasal.

Lelaki ini menyenderkan kepalanya pada ranjang. Dia memang duduk di lantai, tepatnya lantai kamarnya.

Leon tertawa garing. "Anjir jadi inget Emma, gimana dia?"

"Putus, tadi,” ujar Gilang santai.

"Iyalah lu udah dapet,” ujar Rakha, tersenyum penuh arti.

"Cerita sini!" Leon sangat semangat.

Gilang memperlihatkan sorot mata penuh arti. Melihat ini kedua sahabatnya langsung tahu.

"Yakin? Cerita gue sama Emma hot loh!" Gilang berseru ceria.

Rakha ikutan antusias, dia menatap Gilang. Inilah kebiasaan ketiganya, jika sudah bosan mereka akan membicarakan aib mantan, atau pacar mereka.

"Biasa, tapi gak nyangka aja gadis kelihatan diem kayak dia jago, bibir gue ampe bengkak,” ucap Gilang.

"WHUUUUU!"

Leon dan Rakha menyoraki Gilang yang kini cengar-cengir, sudah pasti mengingat kejadian mesum itu.

"Kapan lebihnya? Perasaan di bibir doang,” ujar Rakha, kompor.

"Emang lu! Berapa kali tuh sama Lisa!" Leon nyolot.

"Gue mah ama Lisa doang yeee!" Rakha membela diri.

"Modusin kembarannya juga lu, Si Nisa!" ujar Gilang rusuh.

"Jangan-jangan dua-duanya udah ....” Leon sengaja menggantungkan ucapannya membuat Gilang menatap intens Rakha.

"Anjir kagaklah, gue mainnya sama bebeb Lisa doang, sama Nisa mah baru ciu–eh keceplosan.” Rakha langsung nyengir.

Leon dan Gilang langsung bersorak heboh lalu menimpa Rakha dengan tubuh mereka. Leon yang lebih besar berada di atas.

"Menang banyak lo coeg!" teriak Leon dan sengaja menekankan tubuhnya.

"Sesek begooo!" teriak Rakha.

"Seseekkkk!" Gilang ikut-ikutan karena dia juga ditindih oleh tubuh besar Leon.

Masa muda yang sangat mengesankan dan sudah pasti akan terus mereka lakukan walau sadar hal itu salah mereka beralibi hanya untuk bersenang-senang.

"Anjir sesek!" Rakha rasanya ingin pingsan sekarang.

"Leon bangun oon! Sesek bego!" teriak Gilang.

Leon tertawa dan tidak beranjak dari tempatnya, tetap menindih dua orang berbadan lebih kecil darinya. Suara tawanya adalah siksaan selanjutnya bagi Rakha dan Gilang. Mulutnya sangat bau!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status