Share

8. Kakak Jadi-jadian

PLAKK!

Gilang meringis karena Ecca menamparnya.

"Apa-apaan sih lo?” ujar Gilang.

"Sekali lagi lo ngelecehin adek gue, gue bukan cuma nampar dan banting lo ke lantai, tapi dari roftop sampe aspal!" Ecca berkecak pinggang.

Gilang menatap Ecca tak kalah menantang. Dia tidak ada takut-takutnya.

Ran cekikikan sendiri. Lalu Ecca menarik rambut perempuan itu.

"Eccaaaa!"

"Diem lu curut! Lu juga, kalo gue pergokin lu gituan lagi, gue potong uang jajan lu!" Ecca bersandiwara, dalam hati dia bersorak senang karena berhasil menganiaya sahabatnya.

Ran menyipitkan mata.

'Uang jajan dari hongkong! Yang ada dia yang minjem ke gue,' batin Ran.

"Eh lu anak SMA, keluar sono!" usir Ecca.

Gilang berdecak, dia menatap Ran lalu menjulurkan lidahnya. Lantas ia keluar dari rumah dua adik kakak gadungan itu.

PLETAK!

Ran menjitak kepala Ecca. "Balesan karena lo ngejambak rambut gue.”

Ecca mendengus, lalu dia duduk di sofa dan menyalakan televisi.

"Jadi, dia siapa lo?" Ecca cengar-cengir mengingat kejadian di lift.

Ran ikut duduk, lalu ia mengambil alih remote dan melihat ftv.

"Ck, udah hampir selesai acaranya!" dengus Ran.

"Hidup lo penuh drama banget njeerr, ntar juga tuh ftv diulang lagi,” ujar Ecca.

"Serah, mood gue ancur gegara si Gilang,” ucap Ran.

"Gimana rasanya?" tanya Ecca.

"Apa?" tanya Ran.

"Yang di lift,” ujar Ecca.

"Lembek,” jawab Ran.

"TerusRangoda Ecca.

"Lumayan juga.” Ran menghela napas, dia tetap menjawab pertanyaan absurd sahabatnya.

"Lo nikmatin tadi, ngaku ae,” tuding Ecca, lalu terbahak-bahaj.

"Ck, gue dilecehin lu malah ketawa, sahabat macam apa sih?" ucap Ran.

"Ya lo nikmatin sih, gimana gue mau marah coba? Btw, enakan mana sama Dio mantan lo?" ujar Ecca.

"Ya Gil—eh apaan sih lo!" teriak Ran, dia hampir mengakui Gilang lebih hebat dari mantan suaminya.

"Hahaha! Gilang ya? Asotogeee cabat kuhh suka ama berondongggg!" Ledek Ecca.

Ran mengambil ranselnya dan menimpuki Ecca. Perempuan itu tetap lanjut meledek sahabatnya seraya terus tertawa.

***

Gilang baru saja keluar dari kamar mandi, dia sudah mengenakan baju santai. Dia tidak punya rencana untuk pergi untuk sekarang. Terlebih dua pacarnya mulai membuatnya bosan.

Tring! Tring!

Gilang melihat ponsel seraya mengeringkan rambutnya yang basah. Dia mendengus dan mengabaikan pesan dari pacar-pacarnya.

Tring! Tring!

Gilang membiarkan saja notifikasi itu, lantas ia menggantung handuknya dengan rapi dan keluar dari kamar. Dia mendatangi kulkas dan mengambil spageti instan, dia memanaskannya dan menunggu.

"Lucu juga itu cewek,” gumam Gilang.

Gilang mengingat Ran. Perempuan yang membuatnya penasaran. Walau sudah berhasil mendapatkan sedikit dari perempuan itu, Gilang masih penasaran. Tidak biasanya Gilang sepenasaran ini terhadap perempuan, terlebih perempuan aneh seperti Ran.

Gilang menuangkan spageti ke piring, mematikan kompor gas, dia mulai mengaduk spageti dengan bumbunya. Lantas melahapnya.

Memakan makanan instan memang sudah menjadi kebiasaannya. Jauh dari keluarga membuatnya terbiasa, ayahnya yang sibuk dengan bisnis membuatnya memilih tinggal di apartemen. Padahal rumahnya tak jauh dari sini.

Terlebih orang tuanya sudah bercerai sejak dia masih dibangku sekolah dasar. Mungkin itu juga penyebab lain yang membuatnya menjadi Playboy seperti sekarang. Apa itu semacam trauma? Atau hanya sebagai modus pemberontakan anak muda? Yang pasti Gilang seperti ini bukan hanya karena hormon remaja,tapi karena kejadian masa lalu yang menurutnya pahit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status