Home / Rumah Tangga / ISTRI LUPA DIRI / Bab 5: Warisan yang Terlupakan

Share

Bab 5: Warisan yang Terlupakan

Author: Rae Jasmine
last update Last Updated: 2025-03-07 10:53:42

Rachel menatap pria asing di hadapannya dengan jantung berdebar kencang. Ada sesuatu yang mengerikan di balik senyumnya yang tenang. Matanya tajam, penuh keyakinan, seolah-olah ia sudah memiliki kendali penuh atas situasi ini.

Martin yang berdiri di sebelah Rachel mengepalkan tangannya. “Kenapa kau ada di sini?” suaranya rendah, nyaris seperti geraman.

Pria itu tertawa kecil. “Aku hanya ingin menyapa keluargaku. Lagipula, aku juga punya hak untuk berada di sini, bukan?”

Rachel semakin bingung. Siapa pria ini?

Tuan Gunawan, yang masih terbaring lemah di ranjang, tampak berusaha mengumpulkan tenaga untuk berbicara. “Davin…” suaranya serak.

Rachel tersentak. Davin?

Nama itu terdengar familiar. Lalu, ingatannya kembali pada artikel yang ia baca tadi malam. Tentang pewaris keluarga Hartono yang ‘menghilang’.

Davin Hartono.

Rachel menatap pria itu dengan mata melebar. “Jadi… kau adalah pewaris yang seharusnya mengambil alih semua ini?”

Davin mengangkat bahu dengan santai. “Seharusnya? Memang itu kenyataannya.” Tatapannya berpindah ke Martin. “Kau hanya seorang pengganti, Martin. Kau tahu itu, kan?”

Rachel bisa merasakan tangan Martin yang dingin mengepal di sisinya.

“Aku bukan pengganti siapa pun,” balas Martin dengan suara tegas. “Kau yang menghilang selama ini. Kau yang meninggalkan keluargamu.”

Davin menyeringai. “Aku tidak pernah menghilang. Aku hanya… menunggu saat yang tepat.”

Rachel tidak mengerti apa yang terjadi di antara mereka, tapi ia bisa merasakan ketegangan yang begitu kuat di dalam ruangan ini.

Lalu, Davin melangkah mendekati tempat tidur Tuan Gunawan dan menatap pria tua itu dengan ekspresi dingin. “Jadi, Kakek… apakah sekarang saatnya kau memberiku hakku?”

Tuan Gunawan terbatuk, terlihat lemah, tetapi tetap berusaha menjaga ketegasannya. “Davin… ini bukan saat yang tepat.”

Davin tertawa sinis. “Bukan saat yang tepat? Lalu kapan? Saat kau sudah mati dan tidak bisa lagi berkata apa-apa?”

Rachel menahan napasnya. Pria ini benar-benar menakutkan.

Martin akhirnya angkat bicara. “Kau tidak bisa seenaknya datang ke sini dan mengambil semuanya. Keluarga ini sudah lama menganggapmu mati.”

Davin menoleh dan tersenyum. “Oh, jadi kau ingin menyingkirkanku lagi, adik kecil?”

Rachel bisa melihat urat di leher Martin menegang. Ada sesuatu yang terjadi di masa lalu mereka, sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain.

“Aku akan mendapatkan apa yang menjadi hakku,” lanjut Davin. “Aku sudah cukup lama menunggu.”

Martin tertawa mengejek. “Dan kau pikir aku akan membiarkanmu?”

Davin menyeringai. “Kau memang tidak pernah berubah, Martin. Kau selalu berusaha merebut apa yang bukan milikmu.”

Tuan Gunawan tiba-tiba mengangkat tangan, berusaha menghentikan pertengkaran mereka. “Sudah cukup,” suaranya lemah. “Davin… jika kau benar-benar ingin kembali, maka kau harus membuktikan dirimu.”

Davin menatap kakeknya dengan ekspresi penuh arti. “Baik. Aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku.”

Kemudian, ia menoleh ke arah Rachel. “Dan aku akan mulai dari istrimu.”

Rachel membeku. “Apa maksudmu?”

Davin tersenyum licik. “Aku tahu betapa berharganya kau bagi Martin. Dan aku ingin melihat, apakah dia bisa bertahan jika aku mengambil sesuatu yang paling berharga darinya.”

Martin langsung berdiri di depan Rachel, matanya membara. “Jangan pernah mencoba.”

Davin terkekeh, lalu berbalik. “Kita lihat saja nanti.”

Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, ia melangkah keluar dari ruangan dengan penuh percaya diri, meninggalkan keheningan yang mencekam.

Rachel menoleh ke Martin, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. “Martin… siapa sebenarnya dia?”

Martin menghela napas panjang. “Dia adalah saudara tiriku. Anak dari istri pertama Ayahku.”

Rachel tersentak. “Jadi… kalian memang saudara?”

Martin mengangguk pelan. “Dulu, dia adalah pewaris utama keluarga ini. Tapi setelah kecelakaan yang terjadi sepuluh tahun lalu, semua orang mengira dia sudah mati. Ternyata, dia hanya bersembunyi.”

Rachel merasa tubuhnya lemas. “Apa yang sebenarnya terjadi saat itu?”

Martin menatapnya, ragu-ragu. “Aku tidak bisa memberitahumu semuanya sekarang. Yang jelas, Davin bukan orang yang bisa kau percaya.”

Rachel menggigit bibirnya. Jika pria itu benar-benar pewaris yang sah, maka semua yang dimiliki Martin sekarang bisa saja diambil darinya.

Dan yang lebih menakutkan, Davin mengincarnya.

Malam itu, Rachel tidak bisa tidur.

Pikirannya dipenuhi oleh ancaman Davin dan ketegangan yang terjadi antara dia dan Martin. Ia tahu ada lebih banyak rahasia yang belum terungkap, dan ia harus mencari tahu sebelum semuanya terlambat.

Ketika ia berjalan ke balkon untuk menghirup udara segar, matanya menangkap sesuatu di halaman bawah.

Seorang pria berdiri di sana, menatap ke atas—tepat ke arahnya.

Davin.

Rachel merinding. Ia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar, tapi kakinya terasa kaku.

Davin tersenyum ke arahnya, lalu mengangkat tangannya dan mengacungkan sebuah benda kecil yang berkilauan.

Rachel menyipitkan mata. Itu adalah… kunci.

Ia tidak tahu kunci apa itu, tapi perasaan buruk langsung menyergapnya.

Kemudian, dengan gerakan santai, Davin memasukkan kunci itu ke dalam sakunya dan melangkah pergi, meninggalkan Rachel yang masih berdiri kaku di balkon.

Jantung Rachel berdetak cepat.

Apa yang sedang direncanakan pria itu?

Dan… kunci apa yang baru saja ia tunjukkan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 79: Bukan Sekedar Kurir

    Sudah hampir dua minggu sejak Dali Malik mulai bekerja di butik Rachel. Sejauh ini, kinerjanya tidak mengecewakan. Ia bekerja tepat waktu, mengantarkan paket tanpa keluhan, dan selalu bersikap sopan kepada Rachel maupun staf lainnya.Rachel merasa lega karena beban pekerjaan semakin terbagi. Kehadirannya memungkinkan Rachel untuk lebih fokus mengelola desain dan produksi pakaian, juga menjalin kerja sama dengan vendor-vendor baru. Outlet yang ia kelola di salah satu mal ternama Jakarta kini menjadi sorotan banyak pelanggan. Bisnis berjalan lancar, dan setiap hari orderan online terus membludak.Namun, ada satu hal yang perlahan-lahan mulai mengganggu pikirannya. Beberapa kali, ia menangkap tatapan aneh dari Dali. Bukan tatapan menggoda atau tidak sopan—melainkan seperti tatapan seseorang yang menyimpan rahasia. Tapi Rachel selalu mengabaikannya. Ia mengira itu hanya prasangkanya saja.Suatu sore, Martin datang menjemput Rachel sepulang kerja. Saat ia menunggu di parkiran belakang mal,

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 77: Kehidupan Yang Lebih Baik

    Seiring berjalannya waktu, kondisi Rachel semakin membaik. Ia rutin meminum obat yang diresepkan dokter, dan ingatannya perlahan mulai stabil. Rasa pusing yang sering menyerangnya kini berkurang, dan ia mulai merasa seperti dirinya yang dulu. Setiap pagi, Martin selalu mengingatkan Rachel untuk tidak melewatkan obatnya. Ia bahkan menyusun alarm di ponselnya agar tak ada satu pun dosis yang terlewat. Perhatian Martin membuat Rachel semakin yakin bahwa suaminya adalah pria terbaik yang pernah hadir dalam hidupnya. Ia memandangi wajah Martin yang tengah sibuk di ruang kerja. Walaupun lahir dari keluarga kaya raya, pria itu tidak pernah memandangnya rendah. Martin selalu menerima dirinya apa adanya, bahkan ketika ia dulu sempat lupa diri dan berubah menjadi orang yang berbeda. Rachel menggigit bibirnya, merasa sedikit bersalah. Dulu, ia terlalu sibuk menikmati kemewahan dan mengabaikan banyak hal penting, termasuk suaminya sendiri. Tapi sekarang, ia ingin menjadi pribadi yang lebih b

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 76: Tertundanya Pencarian

    Pagi itu, Martin membangunkan Rachel lebih awal dari biasanya.“Rachel, bangun. Kita harus ke rumah sakit hari ini,” katanya lembut sambil menggoyangkan bahu istrinya.Rachel mengerjap pelan, matanya masih terasa berat. Kepalanya berdenyut, dan sebagian ingatannya masih terasa kabur. Ia sempat lupa bahwa hari ini adalah jadwal kontrolnya.Martin membantu Rachel duduk di tempat tidur. “Kita harus pastikan kondisimu benar-benar stabil. Setelah itu, kamu bisa kembali minum obat dengan teratur.”Rachel mengangguk lemah. Ia tahu Martin sangat mengkhawatirkannya. Sejak kecelakaan itu, suaminya semakin protektif, bahkan ia merasa Martin lebih sering memperhatikannya dibanding dirinya sendiri.Setelah tiba di rumah sakit, dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh. Rachel menjalani beberapa tes untuk memastikan kondisinya, terutama mengenai ingatannya yang masih belum sepenuhnya pulih.“Sejauh ini, kondisinya cukup stabil,” kata dokter sambil menuliskan sesuatu di buku catatan medis. “Tapi efek

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 75: Separuh Ingatan yang Hilang

    Sejak kepulangannya dari rumah sakit sebulan lalu, Rachel menjalani hari-harinya dengan lebih tenang. Martin kembali fokus pada perusahaannya yang sempat terguncang, sementara ia sendiri lebih banyak beristirahat di rumah, mengikuti saran dokter agar tubuhnya bisa pulih sepenuhnya.Setiap hari, ia rutin mengonsumsi obat yang diresepkan dokter. Namun, pagi ini, sesuatu terasa berbeda. Saat ia membuka laci tempat menyimpan obatnya, botol itu kosong. Rachel terdiam, mencoba mengingat kapan terakhir kali ia kontrol ke rumah sakit.“Oh… seharusnya aku kontrol hari ini,” gumamnya pelan.Namun, tubuhnya terasa terlalu lemas untuk bergerak. Kepala mulai berdenyut perlahan, lalu semakin tajam seiring berjalannya waktu.Sementara itu, Martin baru saja menyelesaikan rapat di kantornya. Setelah sempat absen selama berminggu-minggu karena kecelakaan, ia harus bekerja ekstra keras untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul di perusahaan. Beberapa orang bahkan mencoba mengambil kesempatan saat diri

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 74: Ada Yang Berbeda

    Hari kedua di rumah sakit, Rachel mulai menyadari sesuatu yang mengganggu dirinya. Ada bagian dari ingatannya yang terasa kabur—tidak sepenuhnya hilang, tetapi sulit dijangkau. Saat ia berusaha mengingat masa lalu, kepalanya terasa berat, seolah ada kabut yang menghalangi pikirannya.Ia masih mengenali Martin, masih ingat siapa dirinya, dan masih memahami sebagian besar kehidupannya. Tapi ada detail-detail kecil yang terasa hilang—seperti kejadian-kejadian tertentu yang seharusnya ia ingat, tetapi kini hanya menyisakan bayangan samar.Rachel mengerutkan kening, mencoba mengingat sesuatu yang spesifik. “Martin… aku merasa ada yang aneh dengan ingatanku. Aku bisa mengingat banyak hal, tapi rasanya tidak setajam biasanya.”Martin, yang sejak tadi duduk di sampingnya, menatap istrinya dengan tenang meski dalam hatinya ia merasa khawatir. Ia tahu sesuatu yang tidak Rachel sadari—dokter telah memberitahunya bahwa benturan yang dialami Rachel cukup serius dan mungkin menyebabkan gangguan mem

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 74: Bahaya Untuk Rachel Dan Martin

    Malam di rumah sakit terasa begitu sunyi. Hanya suara detak mesin medis dan langkah kaki suster yang sesekali terdengar di lorong. Rachel masih terbaring di ranjang, sementara Martin duduk di sofa kecil di sampingnya. Matanya memandangi istrinya yang tertidur, namun pikirannya tak tenang.Siapa pun yang berusaha mencelakai mereka pasti memiliki alasan kuat untuk menyembunyikan kebenaran tentang Adrian. Tapi siapa?Ponsel Martin bergetar di atas meja kecil di samping ranjang. Ia mengambilnya dan melihat nama di layar: Nomor Tidak Dikenal.Martin ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab.“Halo?” suaranya tenang, tapi waspada.Tak ada jawaban di seberang. Hanya suara napas pelan.“Halo?” ulangnya, kali ini lebih tegas.Lalu, terdengar suara berat yang nyaris berbisik.“Berhenti mencari… atau kau akan kehilangan lebih dari yang kau bayangkan.”Seketika, panggilan itu terputus.Martin merasakan tengkuknya meremang. Ini bukan peringatan biasa—ini ancaman.Ia segera berdiri dan berjalan ke lua

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 73: Kegelapan dan Rahasia

    Rasa sakit menusuk seluruh tubuh Rachel saat kesadarannya perlahan kembali. Matanya terasa begitu berat, namun ia bisa mendengar suara samar-samar di sekitarnya dan bunyi monitor medis yang berdetak pelan dan suara langkah kaki seseorang.Perlahan, ia membuka matanya. Langit-langit putih dan bau antiseptik memenuhi indranya. Rumah sakit. Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rasa nyeri langsung menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya meringis.“Rachel…”Suara itu. Lembut, penuh kekhawatiran.Rachel menoleh perlahan dan melihat Martin duduk di samping tempat tidurnya. Wajahnya penuh luka dan lebam, namun sorot matanya tetap lembut menatapnya.“Kamu sadar,” katanya, suaranya dipenuhi rasa lega.Rachel mencoba berbicara, namun tenggorokannya begitu kering. Martin langsung menuangkan air ke dalam gelas dan mencoba membantunya untuk minum.“Apa… yang terjadi?” Rachel akhirnya bisa bersuara, meski lemah.Martin menghela napas panjang. “Kita telah mengalami kecelakaan. Mobil itu menabra

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 72: Pencarian yang Berujung pada Tragedi

    Pagi itu, yaitu setelah percakapan penuh emosi dengan ibunya, Rachel merasa semakin yakin bahwa dia harus menemukan pria yang dimaksud, yaitu Malik. Orang yang bisa jadi mengetahui lebih banyak tentang Adrian dan masa lalu yang selama ini disembunyikan. Martin, meski ragu, akhirnya setuju untuk ikut serta. Ia tahu betul betapa pentingnya pencarian ini bagi Rachel, dan meski ada rasa khawatir yang menggelayuti dirinya, ia tak bisa membiarkan Rachel melakukannya sendirian.Mereka berdua memutuskan untuk menuju ke daerah yang disebutkan oleh pria misterius di gudang—tempat terakhir Malik terlihat beberapa tahun lalu. Tidak ada petunjuk pasti mengenai keberadaan Malik, namun Rachel merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.Di dalam mobil, suasana sunyi menyelimuti mereka. Rachel melirik Martin, mencoba membaca ekspresinya. Suaminya itu terlihat tegang, memfokuskan perhatian pada jalan yang semakin sepi.“Martin, kamu yakin kita harus melanjutk

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 71: Mengungkap Semuanya

    Rachel terdiam setelah mendengar kata-kata Pak Surya. Matanya terasa kosong, kosong oleh semua informasi baru yang datang begitu cepat. Apa maksud Pak Surya dengan mengatakan kebenaran ini akan menghancurkannya? Apa yang lebih gelap dari apa yang sudah ia temui? Semua hal yang ia percayai kini terancam hancur.Pak Surya menatapnya dengan raut wajah yang penuh kecemasan. “Rachel, aku tidak ingin kau terjebak dalam dunia ini. Dunia yang sudah mengubah hidup banyak orang. Dunia yang menganggap nyawa tak lebih dari sebuah harga yang bisa ditawar.”Rachel dengan tegas. “Saya tidak akan mundur begitu saja, Pak. Saya harus tahu apa yang terjadi pada Adrian. Apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu?”Pak Surya menghela napas panjang. “Malam itu… bukan hanya Adrian yang menghilang. Ada banyak hal yang terjadi di balik itu. Banyak hal yang tidak pernah seharusnya kamu tahu.”Rachel menatapnya intens. “Kenapa sekarang, Pak? Kenapa Anda baru bicara sekarang?”Pak Surya menundukkan kepala, tampa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status