Share

MILIKKU

Author: Money Angel
last update Last Updated: 2025-05-01 11:33:18

Ruby melambaikan tangan ke depan wajah Mariana yang masih termangu menatapnya, “Halo, aku sudah mengatakan aku siap. Itu artinya jangan hanya diam di sini dan cepat buatkan sarapanku. Aku akan berdandan dan melihat orang gila mana yang menyakiti putraku,”

Mariana memandang wanita yang kini tersenyum cantik padanya. Wanita paruh baya itu selalu yakin kalau Ruby adalah wanita baik yang selalu menyimpan rahasia dalam diam, termasuk kasih sayangnya pada Leo. Akan tetapi masalahnya saat ini adalah…

“Tapi, Nyonya. Pertemuan orang tua jam delapan pagi tadi dan ini sudah hampir jam makan siang,” dengan ragu Mariana harus menyampaikan ini.

‘Brengsek. Padahal aku ingin mematahkan leher orang tua mana yang memarahi anakku,’ gumamnya kesal, tapi ia harus menyimpan itu di hadapan Mariana, “Kalau begitu tolong siapkan makanan, aku lapar,” ujarnya pada sang pelayan yang segera beranjak dari sana.

Ruby melangkah keluar dari bathup menuju kamar pakaian. Bibirnya tertarik lebar melihat banyak deretan pakaian bagus, aksesoris mahal, permata berkilauan, dan tas juga sepatu branded. Ia senang melihat kemewahan itu.

Bukannya mata duitan, tapi Maia Queen bukalah gangster miskin. Harta dunia seperti itu bukan hal asing baginya, dan saat melihat semua kemewahan ini ada di hidup keduanya, Maia kembali berterima kasih. Setidaknya dia tidak perlu belajar menjadi orang miskin tanpa apapun.

Dalam ingatan Ruby, suaminya selalu mengganti pakaian lama dengan edisi terbaru ketika setiap kali melihat istrinya berdandan. Ruby tahu akan hal itu, tapi tetap saja kebenciannya pada Juan membuatnya acuh dengan semua pelayan, perhatian, dan kasih sayang padanya.

“Suami yang menyayangi dan juga kaya. It’s perfect! Dan sekarang, semua ini milikku,” gumam Ruby senang. Tapi beberapa detik kemudian dahinya berkerut, “Tidak ada hitam?”

Seperti dunia dan hidupnya, warna hitam sudah seperti bagian darinya. Nyaris seumur hidupnya sampai meninggal, Maia selalu menghiasi tubuhnya dengan serba hitam. Karena apa? Karena hitam mengalahkan semua warna termasuk darah. Darah yang tidak terlihat menutupi kelemahannya.

“Tapi baiklah, ayo coba lebih ceria,” ucapnya lagi tanpa memusingkan apapun. Ruby meraih beberapa baju dengan warna soft. Memakainya dan dipadukan dengan beberapa aksesoris cantik. Ruby berkaca, meliuk-liukkan tubuhnya lalu tersenyum lebar.

“Ternyata kau cantik sekali… Meski tidak secantik Maia, tapi ini juga boleh,” sambungnya memuji sambil memegangi wajahnya, “Tapi sekarang semuanya milikku, jadi mari tinggalkan style lama Ruby menjadi style keren Maia,”

Ruby mulai berdandan, mulai mewarnai wajah dan merias rambutnya dengan gaya baru, jauh dari yang biasa si pemilik tubuh tunjukkan pada orang rumah. Definisi cantik setelah bangun dari kematian, penampilan Ruby sekarang adalah kecantikan yang tegas dan berani.

“Semuanya sempurna, Ruby. Wajah cantik, popularitas, suami dan anak yang sempurna. Mungkin kemalangan-mu ini adalah berkah untukku. Aku tidak perlu bersusah payah memanjat karir, mencari cinta pria kaya, atau melahirkan anak. Semua sudah lengkap, aku hanya harus memperbaiki lubang yang selalu kau gali dan menutupnya dengan hal baik,”

Ruby tersenyum penuh arti memandangi keseluruhan penampilannya yang baru. Bersamaan dengan bagian-bagian ingatan tentang masa lalu si pemilik tubuh yang otomatis muncul saat Ruby melakukan setiap hal. Ingatan itu terhenti pada Leo yang malang, membuat senyum Ruby surut.

“Anak yang malang. Bagaimana bisa ada anak yang terlahir dengan alasan pernikahan konyol itu? Ayahnya terobsesi cinta sang ibu tapi ibunya lebih memilih reputasi. Sial. Ayah dan ibumu sangat egois, Nak,”

Kemirisan dirasakan Maia untuk putranya Ruby, “Tapi sekarang semuanya akan berubah, Leo. Ibumu akan berubah karena akulah orangnya,” gumamnya lagi, “Dan hal pertama yang akan kulakukan adalah… ke dapur!”

*** 

“Apa-apaan ini? Apa yang kalian lakukan di depan sini?” seorang pelayan tua berdiri dari kejauhan, mengerutkan dahi saat melihat beberapa koki dapur malah berdiri di luar dapur seperti menonton sesuatu dari tempat mereka biasa bekerja.

“Anu, Madam…” salah seorang koki menggaruk kepalanya saat wanita tua yang dipanggil Madam Brenda mendekatinya, “I-tu karena ada Nyonya di dapur. Nyonya sedang memasak,” 

“Apa?!” Madam Brenda terkejut. Wanita yang lebih tua dari Mariana itu adalah kepala pelayan di rumah ini. Semua pelayan tunduk atas perintahnya, setidaknya selama lima tahun terakhir, saat Ruby tidak peduli apapun tentang keadaan rumah tangganya.

Mendengar sang nyonya memasak seperti mendengar kabar matahari terbit dari Barat. Ekspresi wanita itu mengundang para koki membuka jalan untuknya, menunjukkan situasi dapur di mana hanya ada Ruby di dalam sana.

Madam Brenda masih belum percaya, jadi dia menggosok matanya, berharap apa yang dilihatnya adalah salah. Tapi setelah itu, nyatanya sang nyonya masih sibuk di depan kompor bahkan sambil menyanyi.

Madam Brenda menoleh pada para koki, “Ini bukan lelucon?” tanyanya konyol dan tentu saja semua koki menggeleng cepat dengan keheranan yang sama.

Lipatan kerutan di dahinya semakin bertambah saat memikirkan sesuatu, “Apa yang sedang dipikirkannya? Apa dia sudah gila karena terus gagal mati?”

Gumaman pedas itu bukan hal aneh lagi, mengingat perangai Ruby yang memang tidak pernah melakukan apapun di dapur. Jangankan untuk anak dan suaminya, bahkan untuk makanannya saja harus Mariana yang mengantarkan ke kamar lalu membujuk sang nyonya makan.

‘Dia pasti merencanakan sesuatu,’ batin Madam Brenda yang masih curiga. Kepala pelayan itu mulai berjalan pelan mendekati Ruby. Dia harus benar-benar tahu apa yang sang nyonya lakukan.

Dengan nada dingin mendominasi, Madam Brenda bertanya, “Nyonya Muda, kau sedang apa di sini?” tanyanya, yang membuat Ruby menghentikan gerakannya mengaduk tepung dan daging ayam di mangkuk.

‘Lalu kau siapa? Berani sekali kau bertanya padaku dengan nada seperti bos?’ gumam kesal Maia saat menatap tajam Madam Brenda. Melihat wanita tua itu membuat ingatan Ruby tentangnya muncul.

‘Statusmu sama dengan Mariana, hanya berbeda tugas. Tapi kau lebih sombong, seolah kau adalah penguasa rumah,’ Bibir Ruby sedikit tertarik memandangi Madam Brenda, ‘Orang sepertimu memang pintar, tapi kau licik dan licin seperti belut.’ sambungnya mencibir dalam hati.

“Apa matamu perlu kutambahkan dua lagi? Kau tidak lihat aku sedang apa?” tanya Ruby sambil memicingkan matanya, “Aku sedang membuat makanan untuk putra dan suamiku,” ucapnya dengan percaya diri.

Tidak hanya Madam Brenda yang kaget mendengar ucapan pedas Ruby, tapi koki di luar dapur juga. Bagaimana mungkin nyonya yang seperti intan permata, dingin, dan tidak peduli apapun bisa bicara sepanjang itu dan terdengar menusuk telinga.

Namun, bagi Madam Brenda kalimat Ruby adalah penghinaan untuk statusnya sebagai pengatur rumah itu. Wajahnya menegang menahan kesal, “Tapi, Nyonya. Tuan dan Tuan Muda tidak makan sembarangan. Jadi, biarkan koki saja yang memasak,” ujarnya tegas.

‘Katakan itu untuk Ruby, bukan padaku!’ kesal Maia dalam hati. Ia meletakkan spatulanya sampai berdenting ke mangkuk, “Baiklah,” ucapnya singkat.

‘Semudah itu?’ tanya bingung Nyonya Brenda dalam hati, ‘Ya, kau memang seperti itu. Kau itu hanya permata mahal tanpa guna,’ sambungnya mencibir. Tapi, cibiran itu akan berubah setelah mendengar kalimat majikannya.

“Aku tahu anak dan suamiku tidak makan sembarangan, untuk itulah Juan membayar koki mahal seperti kalian. Tapi katakan di mana salahku kalau aku ingin membuat makanan untuk anak dan suamiku sendiri? Siapa yang paling mengerti tentang Juan dan Leo selain aku?” tanya Ruby dengan lantang.

Wajah semua orang pucat karena takut. Bagaimana mungkin wanita yang diam selama lima tahun belakangan bisa seperti ini sekarang? Itulah yang ada di benak semua orang termasuk Madam Brenda.

“Anda-lah yang paling mengerti Tuan dan Tuan Muda, Nyonya,” jawabnya mencari aman, sekalipun wajahnya yang memerah menahan kesal bisa dilihat Ruby dengan jelas, “Tapi aku hanya takut kalau Nyonya akan melukai tangan Nyonya yang lembut. Sejak tiba di rumah ini, Nyonya tidak pernah ke dapur, kan?” sambungnya yang berbau cibiran.

“Itu rasa peduli atau sedang mencibirku?”

‘Boom!’

Satu kalimat lagi dari Ruby membuat semuanya semakin takut. Seperti lemparan bom kemarahan, semua orang berharap bisa lolos dari situasi ini. Madam Brenda terbungkam tanpa bisa menjawab. Kini wanita tua itu menunduk.

“Baiklah, aku selesai di sini. Kalian buang saja makanan yang sudah kubuat untuk Juan dan Leo,” ucapnya sambil berjalan melewati Madan Brenda, “Tapi nanti aku akan membuat keluhan tentang siang ini pada suamiku,” sambungnya lagi keluar dari dapur dengan langkah santai.

Nyonya rumah itu bisa merasakan tatapan sinis dan kebencian Madam Brenda di belakangnya, tapi sekali lagi, dia tidak peduli.

Maia Queen sudah hidup selama tiga puluh tahun dengan banyak kebencian musuh sampai akhir hidupnya. Jadi, apa yang Ruby hadapi dalam hidupnya itu hanya sepotong roti bagi Maia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI SEMPURNA DI HIDUP KEDUA   PERTARUNGAN DUA WANITA KUAT

    “Bukankah dia adalah seorang IronClaw yang hebat dan aku hanya bos gangster tanpa keterampilan apapun? Bukankah itu yang dikatakannya padaku tadi?” Diego menjawab dengan ejekan."Bajingan!" Mike bergumam sembari memaki Diego. Mike bangun perlahan dan berusaha menahan rasa sakitnya saat ini, untuk mempersiapkan diri melawannya."Aku baik-baik saja, Bos. Hanya tertembak di lengan bukan berarti aku akan langsung kalah dengan bajingan itu." ucap Mike dengan napas terengah.Maia mengangguk mengerti, kemudian pandangannya ia edarkan pada Monica yang terisak di samping anak buahnya yang lain."Monica, apa Valeria baik-baik saja?" Maia masih sempat bertanya tentang keadaan bayinya pada Monica."Setelah banyak keburukan yang kami alami, aku masih bisa menjaga Valeria untukmu, Ruby. Jika bisa, tolong akhiri kekejaman ini," jawab Monica dengan lirih. Maia mengangguk lagi sembari mengusap lelehan air matanya."Ayo kita mulai!" ucap Luna yang telah menunggunya dengan senyuman mengejek lalu segera

  • ISTRI SEMPURNA DI HIDUP KEDUA   MENOLAK TAWAR MENAWAR

    “Melihatmu sudah berani membunuh banyak orang dan terlihat nyaman berdiri di kumpulan anak buah Diego, itu artinya kau sangat siap menyambutku,” ucap Maia dingin."Tenang saja, aku tidak akan mengecewakanmu yang sepertinya sangat ingin melawanku. Mari kita lihat seberapa banyak kemampuan dan setinggi apa kepercayaan dirimu untuk melawanku,”“Aku juga akan lihat seperti apa wanita murahan yang dulu selalu menjilat kakiku, kini dipelihara sebagai anjing oleh ular seperti Diego." Sambung Maia tanpa tersenyum dan menatap tajam ke arah Luna.“Terima kasih, aku anggap itu pujian. Ah, aku semakin bersemangat untuk menguji kemampuanku setelah latihan setahun ini. Kuharap kau tidak menyimpan tenagamu, Maia Queen yang hebat." Luna membalas dengan nada sindiran. Ia terlihat siap dengan membuka jaket kulit di tubuhnya.Maia sedikit terkesiap melihat bentuk tubuh Rose yang dikenalnya dulu lemah, kini terlihat lebih tegap dan padat. Di len

  • ISTRI SEMPURNA DI HIDUP KEDUA   BERSIAP MELAWANMU

    "Wanita bajingan! Kau memakaikan bom pada tubuh anakku?! Kau benar-benar iblis sesungguhnya, Rose!" teriak Maia yang sangat marah, tapi suaranya tidak cukup sampai ke telinga Luna.Jadi, wanita it uterus saja bicara dengan pengeras suara di tangannya.‘Tidak hanya di pada putramu tapi juga di pinggang wanita itu.’‘Jadi tembak mati saja aku sesukamu kalau kau tidak sayang dengan nyawa ketiganya. Pemicu bomnya ada pada bos kami dank au kenal dia. Diego.’‘Dia akan tahu jika aku mati, maka pemicu bomnya akan langsung ditekannya dan anak-anak ini akan langsung… Booom!!!’Luna sangat santai, berikut tawa mengerikan yang tetap terdengar darinya.‘Jadi keluarlah sekarang atau akan kupukuli anak-anak ini sampai mati tepat di pantauanmu!’‘Dan ya, beritahukan pada para anak buahmu agar tidak melakukan pergerakan lagi atau kalian semua akan melihatku dan keluargamu ini meledak di tempat ini!’ Luna kembali mengancam.Semua orang memang diam dan membuat Luna tertawa puas, tapi dia tidak tahu jik

  • ISTRI SEMPURNA DI HIDUP KEDUA   MENYERANG

    Seorang anak buah Diego menghampiri Luna dengan panik hingga Luna dan Leo serta Monica menoleh ke arah yang sama.“Nona, Bos belum datang tapi kita sudah diserang! Banyak orang-orang kita yang sudah mati tertembak di batas masuk wilayah depan!” anak buah Diego melaporkan situasi pada Luna.“Sial! Jadi wanita itu sudah sampai lebih dulu sebelum waktunya, ha? Baiklah, aku yang akan menghadapinya.”“Kalian tahan dulu serangannya sebelum dia masuk ke dalam. Usahakan jangan mati karena kita harus menunggu Diego datang.”“Aku akan menyiapkan anak dan wanita ini dulu.”Semua orang nampak panik dan berjaga. Begitu pula Luna yang terlihat langsung mengambil sesuatu di sebuah kotak kayu yang cukup besar. Dari dalam kotak tersebut, Luna menunjukkan sesuatu yang membuat Monica langsung ketakutan. Leo juga kaget, tapi dia tetap diam dan malah lebih memikirkan siapa wanita yang akan datang dan membuat Luna panik. Tapi matanya sangat serius memperhatikan benda di tangan Luna.***"IronClaw, di arah

  • ISTRI SEMPURNA DI HIDUP KEDUA   HARUS MATI DI TANGANKU

    Di sisi lain, Sylas menyiapkan mobil anti peluru yang dilapisi baja hitam matte. Kaca tebal berlapis kevlar, ban run-flat, dan mesin yang menderu halus tapi bertenaga.Lalu ia datang sambil menyerahkan kotak medis tempur pada Maia, “Ini persediaan racikan khusus, Bos. Ini akan menahan rasa sakitmu sementara. Sisanya kau harus andalkan tekadmu sendiri.”“Aku tahu.” Maia menerima tanpa banyak kata.Icarus mendekat ke semuanya untuk memberi seperangkat jam tangan komunikasi lengkap dengan earpick-nya, “Kita berkomunikasi dengan ini agar lebih praktis.“Semua segera menggunakan alat canggih yang diberikan Icarus. Sorot mata semuanya terlihat dingin dan kini menatap kendaraan lapis baja yang siap berangkat.Mike melirik armada senjata itu, suaranya pelan tapi penuh tekanan, “Dengan ini, mereka tidak akan tahu apa yang menimpa mereka di depan.”Hening sesaat. Hanya suara klik senjata saat dimasukkan ke dalam magazine, suara pintu baja ditutup rapat, dan langkah serentak para anggota Blood L

  • ISTRI SEMPURNA DI HIDUP KEDUA   KONVOI KE MINE TOWN

    "Beri aku alasan agar aku tidak semakin marah dan membunuhmu."Kalimat Diego itu singkat padat jelas. Di satu sisi, dia masih marah sekali pada insiden hancurnya markas di Texira.Dan di sisi lain, ia masih menyimpan kesal pada Luna yang lancang bergerak tanpa perintah, ditambah membunuh Phantom juga.“Alasan?” Luna terkekeh pelan, tapi tawanya hambar, penuh getir, “Jangan membalikkan keadaan padaku, Diego. Kau yang seharusnya memberi penjelasan. Kau menutup-nutupi sesuatu dariku selama ini, dan kau kira aku tidak akan tahu?”Suara Diego berat, terkontrol, tapi dingin seperti baja, “Kau sudah kelewatan, Luna. Kau bergerak tanpa izin. Menghancurkan rantai yang kususun. Dan parahnya… kau singkirkan Phantom. Kau tahu apa akibatnya?”“Phantom?” Luna mendengus, matanya menyipit tajam meski Diego tak bisa melihatnya langsung, “Aku tidak peduli pada bajingan itu. Yang membuatku muak adalah… kau, Diego. Kau! Dengan segala rahasia busukmu.”Diego diam sesaat. Suara napasnya berat, menahan amar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status