Mobil Jefri berhenti di depan rumah megah yang posisinya berhadapan langsung dengan rumah orang tuanya.
Dia bawa jasad anaknya dalam gendongan dan masuk ke halaman rumah itu. Jefri mengeluarkan kunci dan membuka rumah tersebut yang ternyata di dalamnya sudah banyak hiasan seperti sebuah pesta penyambutan.Ini adalah rumahnya, rumah yang Jefri persiapkan untuk Hanna. Dia berencana malam ini akan memberikan kejutan ini, menyatakan perasaannya dan memulai kehidupan bahagianya.Jefri berharap mereka akan menempati rumah ini setelah kelahiran putri mereka. Tapi Takdir berkata lain bukan, putrinya telah lahir tapi tanpa nyawa di dekapannya sekarang.Jefri naik ke lantai 2, disana ada pintu berwarna merah muda dan Jefri buka pintu tersebut. Ini adalah kamar tidur untuk putri kecilnya, kamar bayi yang dia persiapkan dengan segala keperluan yang telah tersedia, baju-baju, semua peralahan bayi, mainan dan perlengkapan lain.Tapi sekarang siapa yang"Ceraikan aku,” pinta Hanna sekali lagi, sedangkan Jefri terdiam dengan pikirannya yang begitu kalut."Kamu bercanda, kan Hanna?" tanya Jefri tak habis pikir."Aku serius Mas, dari awal harusnya kita tak pernah menikah. Rasanya rumah tangga kita terlalu berat untuk aku jalani, apalagi sejak awal kita menikah dengan terpaksa. Aku juga telah kehilangan anak kita, aku tak tahu apa lagi nanti yang akan terjadi dan sebelum semuanya terlambat tolong lepaskan aku,” pinta Hanna panjang lebar tanpa mau menatap Jefri."Tatap aku Hanna, tatap mata aku,” pinta Jefri menarik pundak Hanna agar nau berbalik ke arahnya. "Coba bilang sekali lagi, dan aku mau kamu tatap mata aku."Hanna memejamkan matanya, sebelum akhirnya dia mendongak dan dengan terpaksa menatap mata Jefri."Lepaskan aku, ceraikan aku,” pinta Hanna"Aku gak akan pernah lakuin itu, aku gak mau lepasin kamu. Apa kamu mau kehilangan Zeyva juga? Kita telah kehilangan putri kita, apa
“Hanna, sudah siap?” tanya Jefri, masuk ke dalam kamar mereka.Kamar yang hanya bisa Jefri masuki di siang hari, karena malam hari Hanna masih selalu menguncinya walau sekarang sudah berlalu 14 hari sejak Hanna pulang dari rumah sakit. Belum ada perubahan signifikan pada sikap Hanna, karena itu Cakra akan membawa Hanna ke rumah sakit hari ini.“Kemana?” tanya Hanna bertanya lirih.“Rumah sakit, kamu harus kontrol terakhir kali,” jelas Jefri, dia tak sepenuhnya berbohong tapi dia juga tak mengatakan kalau mereka akan kontrol ke dua dokter berbeda.“Ohh.”“Kita pergi sebentar lagi.”“Ya.”Hanna memang tak sedingin minggu kemarin, tapi tanggapan Hanna juga masih hanya segitu kepada Jefri.Hingga kini mereka sudah naik mobil, tapi Cakra sadar Hanna bahkan berpegangan erat pada sabuk pengamannya dan istrinya itu sudah berkeringat padahal mobil baru berjalan 15 menit, hingga Jefri menghentikan laju mobilnya.
Untung saja, kondisi Hanna baik-baik saja dan dia hanya mengalami pingsan biasa saat di pemakaman kemarin. Tapi sejak siuman setelah dari pemakaman, Hanna sudah tak lagi menangis, ataupun menanyakan kembali dimana putrinya, dia hanya terus terlihat melamun.Saat Hanna ditanya, dia hanya menjawab sesingkat mungkin dan tak pernah peduli lagi dengan siapapun. Bahkan ketika Zeyva datang Hanna tak menghiraukan putri sambungnya itu, dia hanya diam bahkan kadang memilih pura-pura tertidur."Bundanya masih sakit, Zey harus ngerti yah."Hanya perkataan itu yang bisa Jefri sampaikan agar putrinya mengerti dan tak merasa sakit hati atas sikap Hanna.Sampai akhirnya setelah 10 hari berada di rumah sakit Hanna baru diberi ijin kembali pulang. Walau masih dengan keadaan yang sama, tak banyak berbicara.Dokter bilang psikis Hanna terguncang karna kehilangan dan hanya Hanna sendiri yang mampu mengembalikan keinginannya untuk kembali seperti semula. Membe
Jefri benar-benar panik, karena Hanna yang pingsan kembali, beruntung tak lama Dokter datang bersama perawat ke ruangan."Dok tolong istri saya, dia barusan bangun tapi tak sadarkan diri kembali.""Baringkan istri anda pak Jefri, biar saya periksa,” pinta Dokter.Jefri pun membaringkan Hanna lalu dokter memeriksa keadaan istrinya."Apa anda sudah memberitahu Bu Hanna tentang anak kalian yang meninggal?""Iya, Dok.""Sepertinya beliau mengalami syok pak. Kepalanya pasti mengalami sakit yang amat sangat karna belum siap menerima kenyataan akan sebuah kehilangan. Saya mohon jaga dulu keadaan istri anda hingga stabil jangan sampai terjadi seperti ini lagi. Apalagi beliau baru terbangun, ini bisa sangat berbahaya,” jelas Dokter."Saya mengerti Dok.""Kalau ada apa-apa Anda bisa hubungi kami, permisi pak." Dokter dan suster akhirnya keluar dari ruangan Hanna.*****Jefri baru kembali dari ruangan Dok
Pemakaman bayi kecil Jefri hanya dihadiri oleh keluarga inti saja, Pak Ustadz dan rombongannya juga Kahfa, sekretaris Jefri. Ayah Danu juga ikut untuk mengantar kepergian sang cucu dan menugaskan seseorang untuk menjaga Hanna yang telah dipindahkan ke ruang rawat.Saat itu Zeyva terus menangis bersama sang nenek yang juga tak dapat membendung air matanya. Sedangkan Jefri berdiri tegak dengan kacamata hitam membingkai matanya yang sembab dan menghitam, berharap semua orang tak melihat kerapuhan di dalamnya.Hingga pemakaman itu akhirnya selesai, nisan kecil tertancap di kuburan putrinya Zivana, yang dengan sengaja dikuburkan diantara kuburan Zilia dan Jafran. Berharap semoga disurga sana anaknya tak kesepian, walau Jefri tahu jelas putrinya tak akan kesepian karena di surga sana dia punya banyak teman dan di jaga nabi Ibrahim beserta istrinya."Jef, yang tabah Nak. Ayah tahu semuanya pasti berat, tapi ingat ada Hanna masih butuh kamu,” ucap Ayah Danu pada J
Mobil Jefri berhenti di depan rumah megah yang posisinya berhadapan langsung dengan rumah orang tuanya.Dia bawa jasad anaknya dalam gendongan dan masuk ke halaman rumah itu. Jefri mengeluarkan kunci dan membuka rumah tersebut yang ternyata di dalamnya sudah banyak hiasan seperti sebuah pesta penyambutan.Ini adalah rumahnya, rumah yang Jefri persiapkan untuk Hanna. Dia berencana malam ini akan memberikan kejutan ini, menyatakan perasaannya dan memulai kehidupan bahagianya.Jefri berharap mereka akan menempati rumah ini setelah kelahiran putri mereka. Tapi Takdir berkata lain bukan, putrinya telah lahir tapi tanpa nyawa di dekapannya sekarang.Jefri naik ke lantai 2, disana ada pintu berwarna merah muda dan Jefri buka pintu tersebut. Ini adalah kamar tidur untuk putri kecilnya, kamar bayi yang dia persiapkan dengan segala keperluan yang telah tersedia, baju-baju, semua peralahan bayi, mainan dan perlengkapan lain.Tapi sekarang siapa yang