Share

Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku
Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku
Penulis: Qoi_hami

Pernikahan Palsu

Gadis itu masih menatap nanar ke arah telivisi di depannya. Acara salah satu stasiun telivisi swasta sedang menyiarkan secara live pernikahan Azlan Bagaskara dan pengantin perempuannya bernama Deswita Maharani. Bahkan nama sang gadis itu masih tertera di layar telivisi dengan jelas. Membuat sang pemilik nama merasa bingung juga marah. Bagaimana dia bisa menikah, sementara tubuhnya ada di sebuah ruangan asing yang bahkan dia tidak tahu ada di belahan bumi mana. Dia baru tahu saat dia terbangun tadi.

Rani, gadis cantik dan polos itu langsung terperanjat saat bangun dari tidurnya beberapa menit yang lalu. Pandangannya menatap setiap sudut ruangan yang asing, ranjang yang asing juga bau parfum asing yang tercium di hidungnya. Seperti aroma seorang pria. Namun Rani tidak terlalu fokus memikirkan itu karena tiba-tiba dia mendengar samar-samar suara televisi.

Ketika dia menoleh, didapatinya sebuah siaran telivisi yang menayangkan secara live pernikahan kekasihnya, Azlan Bagaskara. Ya, seharusnya ini adalah hari bahagia untuknya dan Azlan. Mereka sudah bersama selama lima tahun dan hari ini adalah hari pernikahan mereka. Namun siapa sangka, Rani terdampar di tempat ini. Terkunci di dalam kamar asing dengan segala kebingungan yang mulai berdatangan menghantam jiwanya.

Aku berada di mana? Batin Rani bertanya-tanya.

Air matanya menetes ketika kekasihnya mengucap janji suci, menikahi namanya tetapi bukan dirinya. Hanya nama, sementara tubuh yang berada di pesta pernikahan itu adalah orang lain. Rani tentu saja merasa kecewa juga sakit hati. Ternyata cintanya berbalas pengkhianatan sebesar ini. Bagaimana dia bisa menghadapi dunia, jika dia akan menjadi asing dengan identitas dirinya sendiri? Rani tentu saja sangat merasa dirugikan atas kejadian ini.

Suara pintu yang terbuka membuat Rani segera mengalihkan pandangannya. Entah kenapa gadis itu seakan sudah rela dengan gagalnya impian menikah dengan Azlan. Dia lebih penasaran kenapa tubuhnya berada di sini. Padahal jelas-jelas tadi malam dia tidur di apartemen miliknya.

"Bagaimana dengan pertunjukannya? Apa kamu menangis ?"

Suara bariton itu langsung mempertanyakan tentang tayangan yang baru saja ditontonnya. Rani mendengus kesal ketika mendapati Ron Ibrahim. Sahabat dekat Azlan juga dirinya masuk ke ruangan itu. Kali ini gadis itu menatap tajam pada Ron. Pikirannya penuh dengan prasangka buruk tentang pria itu.

"Apa yang kamu lakukan Ron ? Ini adalah hari pernikahanku. Kenapa kamu tega menyekap aku di tempat ini ?" Suara Rani terdengar bergetar. Rasa sakit yang sedari tadi dia abaikan kini perlahan menyesaki hatinya. Mengirim sinyal pada netra untuk meloloskan butiran bening itu kembali meluncur bebas di kedua belah pipi cantiknya.

"Aku pikir kamu akan meraung-raung dan mengumpat kasar. Nyatanya kamu masih bisa bertanya dengan tenang kepadaku," ejek Ron. Pria itu masuk dengan tenang, matanya tak lepas memindai Rani.

"Aku hanya disuruh untuk menjagamu."

Rani terdiam. Otaknya berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Selama ini hubungannya dengan Azlan baik-baik saja. Bahkan orang tua Azlan sangat antusias menyambut pernikahan mereka. Lalu kenapa kini Azlan menikah dengan orang lain? Sungguh dia tidak habis pikir dengan kejadian hari ini. Apakah kedua orang tua Azlan mendapat tekanan dari orang lain? Ataukah memang dia diculik oleh Ron, sehingga Azlan mencari pengantin pengganti. Namun, kenapa identitasnya sebagai pengantin perempuan tetap digunakan oleh si pengantin perempuan itu? Banyak pertanyaan berkecamuk di kepalanya.

"Ini, bacalah surat kontrak ini. Maka kamu akan mengerti."

Lagi-lagi Rani terkejut. Dia butuh penjelasan, bukan surat kontrak. Dia masih bekerja dan punya penghasilan yang lumayan cukup untuk hidupnya. Rani segera menyusut air matanya meskipun tetap saja butiran kristal itu berduyun-duyun datang dan membasahi pipi.

"Aku tidak sedang mengajukan proyek kerjasama dengan siapapun dan perusahaan manapun. Jangan bercanda Ron, aku butuh jawaban tentang pernikahanku ini." Kata Rani ketus. Meskipun marah dan kecewa, nyatanya wanita itu masih terlihat tegar.

"Itu dari keluarga Bagaskara," jawab Ron sembari mendudukkan tubuhnya di sofa.

Rani melangkah maju, menyambar map yang dipegang oleh Ron secepat kilat. Perempuan yang merasa kesal itu memilih duduk di samping Ron dan membaca poin demi poin yang tertera di kertas dalam map tersebut.

"Apa-apaan ini ? Brengsek!" Umpat Rani. Dirinya sungguh tidak menyangka akan terjebak dalam situasi rumit juga merugikannya itu. Ternyata Rani hanyalah pengantin bayangan. Bukan dia yang sebenarnya menikah.

"Jadi lima tahun kebersamaan kami adalah manipulasi?" tanya Rani getir. Perlahan ingatannya kembali mengulang saat pertama kali perkenalannya dengan Azlan. Ternyata dia baru menyadari berapa banyak alasan yang dipakai Azlan untuk tidak menemuinya bahkan ketika di akhir Minggu. Rani mengira itu disebabkan oleh kesibukan Azlan di perusahaan milik keluarganya.

"Benar, dan kamu dalam kendali Bagaskara sekarang." Jelas Ron, pria itu tidak ingin semakin lama ikut membohongi gadis baik di sampingnya.

"Ceritakan padaku!"

"Aku tidak berhak, sebaiknya kamu mencari tahu nanti setelah bertemu dengan Azlan. Bukankah orang-orang mengenalmu sebagai istri Azlan? Jadi sangat wajar jika di muka umum kalian bersama bukan?"

Rani mengepalkan tangannya. Semua masih membingungkan bagi otaknya yang pas-pasan. Bagaimana Azlan begitu pandai memainkan dua peran yang berbeda. Menjalin hubungan dengannya, merencanakan pernikahan dengannya, bahkan semua seolah-olah tentang dirinya, tetapi tubuh gadis lain yang bersama pria itu. Apa arti dari lima tahun yang terjalin. Rani mengakui, dirinya bukan dari keluarga kaya, bahkan saat pertama kali dirinya dikenalkan dengan keluarga Bagaskara dia tidak yakin akan direstui. Namun, sikap Adi Bagaskara dan istrinya, Selin Bagaskara sangat ramah. Hingga tepat lima tahun setelahnya yaitu hari ini, mereka merencanakan dengan matang sebuah pesta pernikahan.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal, Ron? Mungkin aku bisa menerima dan menghindar atau memilih mundur."

"Aku tidak berhak."

"Sebagai seorang teman bagiku, seharusnya kamu memberitahuku yang sebenarnya. Pantas saja wanita itu tidak membuka kain penutup mukanya. Dia bukan Deswita Maharani, dia adalah istri bayangan. Dia tidak akan dikenal oleh publik. Sebenarnya dialah yang palsu bukan aku."

''Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu,''sahut Ron lirih. Ron akui dirinya tidak punya cukup keberanian untuk mengatakan semua kebenarannya pada Rani, sahabat sekaligus kekasih sahabatnya itu.

Rani menghela nafas, rasa sesak kembali datang menjalari hatinya yang tiba-tiba membeku. Sudah tidak ada lagi senyum ceria dan kehangatan yang terlihat dari wajah polos perempuan dua puluh tiga tahun itu.

Rani menutup wajahnya, kali ini gelombang rasa sakit itu datang lebih besar dan menghantamnya. Gadis manis itu tergugu, menepuk-nepuk dadanya sendiri. Dirinya merasa begitu bodoh hingga dicurangi sekian tahun.

Ron membiarkan Rani menangis sepuasnya. Dia juga sama, tidak bisa berbuat apa-apa. Dia harus melakukan apapun yang diperintah Bagaskara, meskipun hati kecilnya menolak.

"Siapa perempuan itu, Ron ?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status