Share

Dua - Pulang Bersama

Bukankah tidak ada yang tidak mungkin untuk Allah..  Terlebih jika menyangkut hati manusia? 

...

Aku pikir pertemuan aku dengan pak mentor yang dimaksud Ka Anwar tidak akan berakhir seklasik ini. Bertemu, bertanya, mengobrol dan berakhir pulang bareng

Dijamin tidak akan kehujanan, yaiyalah anak kecil dua tahun aja paham kalo naik mobil gak akan kehujanan. Aku kira dia naik motor makanya dia gak pulang karena nunggu hujan reda taunya dia naik mobil

Hello Awan harusnya kamu sadar sejak awal orang sehebat Muhammad Alif Arkana seorang manager muda disalah satu hotel ternama di jakarta mana mungkin menggunakan motor di pertemuan tadi

"Ini adalah mobil yang saya ceritakan tadi sama kamu, saya memilih mobil ini karena permintaan ayah saya. Bagaimana menurut kamu hm?" Aku melirik lelaki dewasa disampingku karena ini pertama kali aku mendengar suaranya saat sudah sampai dimobilnya

"Ah itu, mobilnya nyaman walau terlihat klasik tapi unik, alm bapaknya bapak tepat banget kasih saran buat anaknya. Lagian dari awal niat bapak salah kalo mau beli mobil bagus buat menarik perempuan, karena kalo perempuan itu tulus sama bapak dia gak akan melirik mobil atau bahkan jika bapak mempunyai jet pribadi sekalipun" 

"Wow, saya terkejut mendengarnya. Ntah kenapa saya rasa sedang tidak berbicara dengan gadis yang baru menginjak kelas tiga SMA, kamu sangat dewasa. Pemikirian kamu juga berbeda dari kebanyakan perempuan. Pasti kamu pemilih dalam masa depan" ucapnya yang membuat aku terdiam sebelum akhirnya aku kembali bersuara menjawab ucapannya

"Nggak juga, masa depan saya sudah saya percayakan pada Allah. Baik buruknya kehidupan saya dimasa depan Allah pasti telah merancang itu semua. Apa yang saya inginkan bukan berarti itu yang saya butuh kan dan belum tentu itu yang terbaik, karena nyatanya sebaik-baiknya perancang masa depan adalah Takdir dari Allah" Ya Rabb sebenrnya aku bingung harus bicara apa, kata-kata itu meluncur tiba-tiba tanpa aku sadari

"Ya kamu benar. Hm di depan ada Masjid kayaknya sudah masuk isya bagaimana kalau kita shalat dulu?" Tawarnya

"Hm maaf tapi saya sedang tidak shalat pak" cicit ku, yang kulihat ada senyum tipis dibibirnya membuatku malu

"Oh oke. Lebih baik kamu tunggu di mobil dulu ya, lagian jalanan masih macet juga, jadi kamu bisa istirahat dimobil karena perjalanan kita yang mungkin akan lama karena macet" ucapnya dan keluar dari mobil setelah menepi dekat sebuah masjid

Aku memandang Pak Arkan dari kejauhan, mulai dari saat dia melepas sepatunya ketika akan memasuki masjid, ketika dia berbicara dengan salah satu jamaah dan ketika dia sudah tak terlihat lagi.

Ada yang berbeda darinya, hatiku tersentuh oleh laki-laki dewasa itu, sifatnya yang supel mengingatkan aku terhadap Ayah, sifat pemimpinnya ketika memimpin acara pertemuan tadi sangat jelas membuat siapapun yang melihatnya akan berdecak kagum, dan yang terpenting dia masih menyempatkan kewajibannya sebagai muslim, aku bisa melihatnya beberapa kali ijin saat sudah adzan berkumandang saat pertemuan tadi. Tuhan bolehkah aku meminjam namanya untuk aku sebut dalam sepertiga malam

Aku melihat pak arkan mulai berjalan kearah mobil bersama seorang jama'ah, entah apa yang mereka bicarakan namun kurasa pak arkan membawa jamaah itu ke arah mobil ini.

Ternyata benar saja tiba-tiba dia mengetok kaca mobil, sontak aku segera membukanya

"Bisa turun sebentar?" Tanyanya, membuat aku bingung terlebih jamaah yang bersamanya terus melihatku

Akupun segera turun dari mobilnya, dan berdiri canggung ketika dihadapannya dan jemaah tadi

"Iya kenapa ya pak?"tanya ku canggung

"Kamu lapar? Saya rasa kamu belum makan apa-apa saat di cafe dan hanya meminum air saja. Lebih baik kita kedepan bentar kata Mas Ardi disana ada tukang somay enak di dekat masjid sini, ayok" ucapnya dan melangkah pergi bersama jemaah yang bernama Mas Ardi tadi

Aku hanya mengikuti langkah Pak Arkan dan jamaah tadi, sampai akhirnya mereka berhenti disebuah penjual somay yang katanya enak itu

Akhirnya aku makan dalam diam, karena ternyata mereka tengah asik mengobrol. Namun tak berapa lama aku rasa pak arkana seolah tau dengan kegelisahanku hingga akhirnya kami berdua pamit pulang setelah pak arkan membayar somay kami

"Maaf membuat kmu pulang larut padahal besok kamu harus sekolah" sesalnya saat kami sudah sampai dimobil

"Iya" jawabku kemudian hanya terjadi keheningan paling sesekali aku menunjukan jalan ke arah rumahku

Hingga saat sampai di depan  gang rumahku, aku meminta nya berhenti didekat lapang yang tidak jauh dari gang tersebut karena mobil memang tidak akan bisa masuk ke gang itu

"Ayo biar saya jelaskan pada keluargamu" ucapnya yang baru saja akan turun dari mobil

"Jangan pak" cegahku

"Knapa?"

"Saya tidak pernah membawa laki-laki ke rumah, kalau bukan teman saya itupun harus ramai-ramai" jelasku

"tapi kenapa?"

"Saya hanya ingin berusaha memegang prinsip saya, bahwa jika saya membawa laki-laki kerumah itu hanya jika laki-laki itu ingin serius dengan saya. Jadi lebih baik bapak pulang karena saya rasa besok bapak juga harus kerja. Saya duluan dan terimakasih telah mengantarkan saya, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsallam"

...

Aku tidak tahu apa yang saat ini aku rasakan, hanya saja aku tidak ingin rasa ini terlalu berlarut-larut hingga menimbulkan sebuah harapan ingin memiliki

-Awan Mentari

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status