공유

Ikhlas
Ikhlas
작가: Hsrr Anggraenii

Satu - Pertemuan

Ketika takdir mempertemukan dua insan, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Entah hanya sekedar pertemuan itu atau akan ada pertemuan-pertemuan lainnya

...

"Hallo Awan kamu dimana? Kamu jadikan ikut pertemuan di cafe? Kakak tunggu lho" ucap Ka Anwar

 

Ka Anwar adalah seorang yang baru aku kenal sejak aku kembali pindah ke kota ini. Aku mengenalnya ketika aku akan membeli salah satu produk yang dia jual namun ternyata dia mengajak aku join, aku yang memang tertarik dengan bisnis dalam dunia maya membuat aku tak bisa menolak tawarannya

Sejak saat itu aku mulai belajar bisnis ini dengannya lewat telepon, namun hari ini dia memintaku untuk mengikuti pertemuan antar anggota bisnis. Membuat aku kalap karena jarak cafe tempat pertemuan dan rumah ku cukup jauh

"Jadi kok Ka, ini aku mau berangkat. Udah dulu ya Ka, Assalamu'alaikum" ucapku sambil memutuskan panggilan

"Nek Awan pamit ya, Assalamu'alaikum" pamitku dan segera pergi menggunakan motor matic 

...

47 menit aku habiskan untuk sampai disebuah cafe. Sesampainya disana aku hanya beridiri mematung didepan cafe dan menghela nafas panjang, sumpah aku gugup banget hari ini. Bukan hanya karena ini pertemuan keduaku dengan Ka Anwar tapi yang membuat aku gugup adalah katanya mentor ka anwar akan datang

Mencoba menenangkan diri, aku mulai memasuki cafe tersebut dan mencari-cari keberadaan Ka Anwar. Ketika aku menemukan keberadaan Ka Anwar dengan beberapa orang yang aku yakin mereka juga anggota di bisnis yang sama dengan yang aku ikuti, aku langsung menghampirinya

"Maaf saya telat" bukan, itu bukan suara ku tapi suara seorang laki-laki yang ternyata ada dibelakangku

Laki-laki yang cukup dewasa dengan kemeja biru lautnya, jam hitam yang sangat pas ditangannya, wajahnya yang putih bersih membuat aku yang perempuan cukup minder

"Tak apa-apa pak, Awan saja baru datang. Mari langsung duduk aja" ucap Ka Anwar yang membuat aku tersenyum kaku dan duduk dengan gelisah ketika tahu bahwa ternyata laki-laki itu adalah Pak Muhammad Alif Arkana yaitu mentor Ka Anwar, hancur sudah pandangannya tentang aku anggota yang masih anggota baru namun udah berani datang telat

Pertemuan itu dilewati dengan lacar mulai dari perkenalan, materi, serta bagaimana cara berjualan di sosial media dengan benar agar bisa menarik perhatian pembeli

Ketika yang lain sudah pulang, aku harus terjebak di cafe ini bersama Ka Anwar yang bersama istrinya, Pak Arkan, Ka Anisa, Ka Linda dan juga Pacarnya karena diluar hujan deras sementara kami yang menggunakan motor memilih untuk meneduh dan mengobrol di cafe terlebih dahulu menunggu hujan reda walau tidak tahu itu entah kapan

"Awan, nama kamu Awan kan?" Tanya pak arkan yang membuat aku gugup bukan main sampai meremas pelan kerudung yang aku pakai

"Eh iya Pak, Saya Awan" ucapku kaku

"Santai aja gak usah gugup gitu. Saya sudah mendengar banyak tentang kamu dari Pak Anwar" jelasnya yang membuat aku bingung harus menjawab apa

"Ah iya apa rumah kamu jauh? Tadi kamu terlambat ah tidak maksud saya kamu datang beberapa detik sebelum saya. Apa rumah kamu sejauh itu?" Tanyanya

"Hm iya, jarak rumah saya ke cafe ini kurang lebih sekitar 45 menit" jawabku

"Wah jauh juga ya. Kamu kesini membawa motor sendiri? Kenapa tidak minta tolong diantar seseorang?" Aku tidak tau maksud dia bertanya seperti itu. Kulihat Ka Anisa asik dengan ponselnya, sementara Ka Anwar dengan Istrinya entah tengah membahas apa, dan kulihat Ka Linda juga tengah asik berbicara dengan pacarnya. Pantas saja Pak Arkan mengajak aku mengobrol karena ternyata yang lain tengah asik dan memiliki kesibukan masing-masing

"Hm pertama saya gak punya seseorang seperti yang bapak maksud. Saya gak punya pacar, ralat saya gak tertarik pacaran karena alm ayah saya melarang akan itu. Sedangkan seperti saya bilang tadi ayah saya sudah meninggal sedangkan saya anak tunggal jadi tidak ada yang bisa saya minta tolong untuk mengatar saya" jelasku pada pak Arkan

"Maaf kalau tadi pertanyaan saya lancang dan membuat kamu tidak nyaman menjawabnya. Oh iya saya tadi bertanya pada kamu tentang tiga dream yang ingin kamu wujudkan apakah saya boleh tau alasan kenapa kamu memilih ketiga dream itu? Karena kalo saya sendiri lebih memilih memiliki tunjangan dihari tua, bebas uang dan waktu, dan membahagian orang tua, lalu apa alasan kamu memilih hal lain tadi?" Ah tentang mimpi itu, it's oke

"Pertama saya ingin memiliki usaha sendiri yang kelak akan saya kelola, dengan usaha itu saya harap bisa mewujudkan mimpi saya yang lain. Saya ingin membahagian orang tua saya, yang saat ini hanya terisa mama saya. Saya ingin membahagiakan nya karena saya tidak ingin melihat mama saya harus banting tulang dimasa tua nya, saya ingin membuktikan pada alm ayah saya bahwa dia tidak sia-sia mendidik saya untuk menjadi gadis mandiri yang bisa membuat alm bangga. Serta jika Allah mengijinkan saya ingin membahagiakan orang lain, membantu nya entah itu yang yatim piatu atau para lansia" jelasku

"Saya kagum dengan semua yang kamu katakan, saya juga seorang yatim, ayah saya meninggal, dan mama saya menikah lagi" entah dari mana mulanya dia mulai mencerikan kehidupannya, mimpinya bahkan dia menunjukan foto keluarganya dalam sebuah buku bersampul hitam

Langit mulai gelap, membuat aku sadar harus segera mengakhiri obrolanku dengan Pak Arkan. Namun bagaimana caranya aku pulang sementara hujan belum berhenti

"Kamu mau pulang sekarang?" Tanya Ka Anwar

"Iya ka, kasian nenek pasti panik karena aku belum pulang juga" ucapku gelisah

"Bagaimana kalau menginap dulu di kontrakan kaka, tempatnya gak jauh kok dari sini. Kamu mau?" Tawarnya, aku melihat istrinya Ka Anwar nampak tidak setuju dengan keputusannya

"Gak usah ka, Awan bisa pulang sendiri kok. Awan pamit ya. Assalamu'alaikum" pamitku

"Awan, ini masih hujan" samar-samar aku mendengar teriakan Ka Anwar. Tidak aku tidak kuat melihat tatapan tajam istrinya. Dengan cepat aku segera berlari ke arah parkiran

...

Sesampainya di parkiran aku segera mengecek siapa tau aku membawa jas hujan, namun ternyata nihil aku lupa membawanya. Lantas bagaimana aku pulang sedangkan hujan semakin lebat

"Ini" tiba-tiba kulihat seseorang menyodorkan sebuah jas hujan, saat aku mendongak aku bisa melihat Pak Arkan tengah tersenyum dibawah guyuran hujan dengan tangan nya yang masih menyodorkan jas hujan kepadaku

"Tapi pak, rumah bapak kan juga jauh. Saya gak apa-apa kok, rumah saya kan gak sejauh bapak" ucapku dengan meninggikan suaraku, karena takutnya dia tidak mendengarnya karena terhalang suara hujan

"Kalau begitu bagaimana kalau kamu pulang sama saya, sementara motor kamu bisa dititipkan terlebih dahulu disini, bagaimana? Saya jamin kamu tidak akan kehujanan pulang bersama saya, Awan''

"Hah"

...

Aku tidak tahu pertemuan kita sesingkat itu,  tidak berpikir akan hadir pertemuan-pertemuan selanjutnya membuat aku tak sadar bahwa ini adalah awal untuk kisah antara aku dan kamu

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status