Share

Empat - Somay

Andai aku dapat membentengi hati agar tidak roboh hanya karena pesonanya tentu aku akan lakukan. Aku hanya tidak ingin jatuh terlalu dalam pada seseorang yang belum tentu ditakdirkan untukku

...

Aku melirik area parkiran di cafe namun tak menemukan motor ka anwar padahal aku rasa kali ini aku datang sudah cukup terlambat tapi kok Ka Anwar belum datang ya

Dengan cepat aku memastikan ke dalam cafe namun memang sepertinya Ka Anwar belum datang. Karena jam masih menunjukan  waktu dhuha aku rasa lebih baik aku shalat dulu

Aku tertegun ketika hendak memasuki masjid yang gak jauh dari caffe ini,  seseorang berdiri di hadapanku sepertinya dia baru selesai shalat terlihat jelas dari tetesan air yang sepertinya bekas wudhu 

"Awan?" sapanya,  seolah menyadarkan aku dari pesonanya dengan segera aku menunduk

"ah iya pak,  bapak udah dateng?" tanyaku pada Pak Arkan,  ya laki-laki yang ada dihadapanku saat ini adalah Pak Arkan

"hm. Kamu mau shalat?" 

"iya pak,  kalau begitu saya permisi dulu. Assalamu'alaikum" ucapku dan segera pamit masuk kedalam masjid

"ya allah,, aku mengagumi salah satu hambamu, bolekah? Jika tidak tolong jangan biarkan perasaan ini larut pada yang tidak seharusnya" ucapku dalam hati saat sudah didalam masjid

...

Saat aku memasuki caffe ternyata sudah banyak yang berkumpul dan tengah mengobrol 

"assalamu'alaikum" ucapku dan membuat semua yang ada disana menatap kearah ku

"Wa'alaikumsallam, ayo duduk" jawab Pak Arkan

Pertemuan kali ini tidak jauh berbeda dengan pertemuan yang aku hadiri pertama kali,  hanya saja pembahasan kali ini lebih luas lagi.  

"Ya Allah,, sulit sekali untuk aku menahan rasa ini. Dia begitu dewasa, jiwa pemimpin ada dalam dirinya,  terlebih dia selalu melibatkan-MU di setiap perjalanannya. Ya Allah,,  tolong jangan biarkan aku terlalu mengaguminya sampai melibatkan hati,  karena aku hanya ingin hatiku jatuh pada seseorang yang Engkau takdirkan sebagai kekasih halalku"ucapku dalam hati, sambil menatap Pak Arkan yang sedang menjelaskan materi kali ini

"Wan Pak Arkan ganteng banget ya, apalagi kalo lagi ngejelasin kayak gitu. Coba aja kakak belum punya pacar" bisik ka linda

"hust kakak ngomong apa sih,  gak boleh gitu tau" ucapku berbisik

"kamu gak suka emangnya sama pak arkan? Aku lihat lho beberapa minggu lalu saat pertemuan kamu pulang sama dia kan?" bisik ka Linda kembali,  membuat aku sontak melihat ke arahnya

"kakak jangan salah paham, itu hanya kebetulan aja. Awan sama Pak Arkan gak ada hubungan apa-apa" ucapku menyudahi pembicaan dengan Ka Linda dan kembali fokus pada materi yang disampaikan Pak Arkan 

Setelah semuanya selesai Pak Arkan meminta kami untuk tetap singgah dan memesan makanan yang akan di bayar olehnya. 

"Minggu kemarin Awan kompak banget ya sama Pak Arkan gak hadir saat pertemuan, kirain lagi janjian hehehe"

"uhuk uhuk" aku tersedak mendengar ucapan Ka Denis pacarnya Ka Linda. Aku langsung meminum air yang disodorkan oleh seseorang 

"kamu gak apa-apa?" aku mendongak ketika melihat Ka Anwar menatap khawatir, sontak aku langsung menggeleng kemudian langsung mengalihkan pandangan ketika istrinya Ka Anwar menatapku tajam

"sebenarnya istrinya Ka Anwar ada masalah apa sama aku. Kenapa setiap kali dia natap aku kok kayak gak suka padahal tadi Ka Anwar cuman kasih air doang aja matanya udah kayak mau keluar gitu. Wanita dan segala kecemburuannya memang meresahkan " ucapku dalam hati. Saat aku berusaha mengalihkan pandangan dari istri Ka Anwar justru pandanganku terpaku pada bola mata hitam legam. aku tidak mengerti sama sekali apa maksud tatapan Pak Arkan dengan cepat aku kembali menghindari tatapan itu

"sudah kita ngobrolnya nanti aja saat udah makan aja ya" tegur Pak Arkan, membuat aku tersadar dan langsung menundukan kepala

"Hehehe ok maaf pak" jawab Ka Denis

"iya sebaiknya obrolannya dilanjut setelah makan" ucap Ka Anwar

Aku pikir setelah makan Ka Denis tidak akan melanjutkan ucapannya,  ternyata aku salah dia masih mengungkitnya 

"oh iya Awan,  apa rencana kamu setelah lulus?" tanya Pak Arkan membuat aku sontak menatapnya namun tak lama kembali menunduk

"inshallah saya ingin kuliah" 

"yakin Wan kuliah bukan nikah?" canda Ka Anwar 

"hehehe jodohnya aja belum datang ka. Lagian Awan masih muda. Awan masih harus banyak belajar lagi mengenai pernikahan agar tidak gagal di tengah jalan. Kalau nikah hanya karena mengandalkan cinta tapi tanpa persiapan mental yang kuat gimana nanti" candaku menanggapi ucapan ka Anwar

"nah kalau jodohnya dateng gimana? Siap nggk langsung nikah?" tanya ka Danis

"hm inshallah kalau jodohnya dateng lagian gak punya alasan buat nolak hehehe" 

"yakin siap nikah muda?" tanya Pak Arkan membuat aku seketika terdiam namun tak lama kemudian tersenyum dan menjawab ucapan pak Arkan

"inshallah siap"

"apa yang kamu cari dari sosok laki-laki sebagai calon suami kamu nanti?" tanya pak arkan membuat semuanya terdiam termasuk aku yang tidak tau harus menjawab apa

"wah kayaknya Pak Arkan mau daftar nih jadi calon suami kamu wan Hehehe" canda ka Linda

"bukan begitu tapi saya hanya penasaran seperti apa sosok yang di harapkan oleh Awan sebagai seorang suami dimasa depan karena kebanyakan perempuan akan lebih memilih yang kaya, tampan..." 

"seperti alm ayah saya" jawabku memotong ucapan pak Arkan tidak sopan memang tapi aku hanya tidak suka disamakan dengan perempuan lain seperti yang dia pikir

"alm ayah kamu? Seperti apa memangnya?" 

"Iya yang sifatnya sedikit banyak seperti alm Ayah saya. baik, pengertian, menegur tidak senantiasa menuntut namun menuntun. Yang paling penting Agamanya. Saya gak mau munafik saya memang menginginkan laki-laki yang tampan, mapan,  dan berpendidikan tapi saya tidak akan menuntut agar kelak suami saya harus yang seperti itu,  karena yang terpenting dia paham Agama, paham cara menjadi pemimpin rumah tangga yang baik itu seperti apa, dia yang tau hukum serta tau cara memperlakukan wanita seperti apa inshallah bisa menjadi suami, ayah, menantu, dan anak yang baik" 

"harus yang paham Agama ya?" ucap Pak Arkan pelan namun masih saja terdengar oleh ku

"bukan harus tapi cukup dia mau belajar lebih memahami Agama serta hukumnya itu sudah lebih dari cukup. Karena saya juga tidak sesempurna itu, maka lebih baik kita belajar Sama-sama" 

"wah udah siap banget kayak nya nih Awan nikah" canda ka Denis

"hahaha siap gak siap ka"

Aku tidak tau apa maksud Pak Arkan bertanya seperti tadi sebenarnya, tapi aku benar-benar tidak nyaman atas pertanyaan itu. Aku melirik arloji dan aku rasa pulang lebih baik dari pada aku mengikuti pembicaraan kali ini

"jadi benar kalian pulang bersama?" tanya Ka Anwar setelah Ka Denis dan Ka Linda mengatakan melihat aku pulang bersama dengan Pak Arkan 

"Iya kita memang pulang bareng ka karena saat itu Awan lupa gak bawa jas hujan. Ah iya ngomong-ngomong pulang kayaknya Awan pamit duluan deh soalnya takutnya nanti hujan lagi kan gak lucu kalo Awan harus nebeng sama orang lain lagi. Permisi Assalamu'alaikum" pamitku bergegas keluar, sungguh aku benar-benar tak nyaman,  dan yang lebih parahnya Pak Arkan hanya diam saja membuat aku mati kutu

"Ya Allah ada apa dengan diriku kenapa harapan itu justru hadir, tolong jangan buat aku jatuh akan harapan yang semu" ucapku dalam hati "Aamiin"

"Aamiin"

"Astagfirullah bapak ngagetin saya aja sih" kagetku saat mendengar orang ikut mengamini ucapanku

"Hahahaha benarkah?" tanyanya

Aku menatap jengah Pak Adam, salah satu tim nya Ka Anwar. Kayaknya dia juga baru akan pulang

"kenapa belum pulang?" tanyanya

"hm ini mau pulang pak" jawabku

"ok, kalau begitu saya duluan"ucapnya dan segera melangkah pergi dari hadapanku

"oh iya Awan,  lain kali ajak Pak Arkan jajan di tukang somay dekat rumah saya rasanya sangat enak. Gak jauh beda kok sama yang kalian cobain di dekat masjid beberapa minggu lalu" teriaknya

"Pakk Adaaaaamm" teriakku

"wow saya kira kamu tidak bisa teriak" ucap seseorang, dan seketika aku terdiam melihat Pak Arkan tersenyum seolah meledekku, oh astaga apa lagi ini

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status