Share

PDKT (10)

"Baik, sebutkan nama kalian satu persatu!" ujar bu Guru.

"Fabio Zulkar, IPS 1," ucap Fabio tersenyum.

Menulis nama Fabio, "Kamu anak baru itu 'kan," kata bu Guru.

"Iyah bu!" celetuk Fabio tersenyum.

"Ganteng-ganteng kok enggak ada kedisiplinan," gumang bu Guru pelan.

"Selanjutnya!"

"Lazialita Hidayanti, IPA 2," ucap Zia

Menulis nama Lazia, "Selanjutnya!" kata bu Guru.

"Dicky Afrizal, kelas unggulan IPA 1," ucap Dicky.

"Kok kamu bisa terlambat, si? Pantesan aja ibu enggak lihat kamu di lapangan basket!" balas bu Guru lembut sembari menulis nama Dicky.

"Ya udah, sekarang kalian boleh masuk ke kelas kaliang masing-masing"

"Ingat! Langsung masuk kelas." tegas bu Guru.

Mereka bertiga langsung berjalan masuk ke dalam kelas mereka masing-masing.

Lazia berjalan mengendap-ngendap saat dirinya satu meter di depan pintu kelasnya. Lazia berdiri melihat kelasnya dari jendela, yang ternyata sedang tidak ada guru. Tapi, semua siswa sibuk belajar. Lazia tersenyum dan berjalan masuk ke kelasnya.

Bugh!

Meletakan tasnya dengan kuat di bangku, sembari memajukan bibirnya.

"Lo kenapa enggak jemput gue?" tanya Lazia dengan nada tinggi kepada teman bangkunya Dewi.

"Hehe maaf ..." terkekeh.

"Soalnya mobil gue masih di bengkel!" jawab Dewi tersenyum.

"Setidaknya lo sms atau telepon gue, bilang kalau lo enggak jempt gue ... Gue 'kan jadi terlambat," lirih Zia merengek seperti anak kecil.

"Iya-iya gue tau, tapi ... Hp gue disita bokap!" balas Dewi tersenyum.

"Iya deh. Tapi lain kali jangan diulangin lagi." ucap Zia lalu mengambil buku dari tas.

Dring!

Menandakan waktu belajar berganti menjadi waktu istirahat. Lazia menceritakan kejadian tadi pagi saat dirinya di hukum di gerbang sekolah bersama Dicky dan Fabio, kepada Dewi. Dewi hanya tertawa mendengar ceritanya tersebut sembari terus berjalan menuju kantin.

. . .

"Emangnya lo enggak tanya sama bokap lo tentang cowo itu! Siapa-siapa namanya, gue lupa!" ucap Dewi sembari duduk di kursi, meja kantin.

"Fabio ... Tapi, pulang sekolah gue bakalan nanyain itu sama bokap gue. Soalnya gue enggak tahan lagi harus di hantauin sama dia di kehidupan nyata maupun mimpi ..." ketus Zia dengan ekspresi kesal. Dewi hanya tertawa manis mendengarnya.

"Ehk, itu Dicky tuh!" bisik Dewi sembari menunjuk kebelakang Zia.

"Serius?" tanya Zia.

"Iya .... Lihat aja di belakang lo." jawab Dewi.

Lazia melirik ke belakangnya dan benar saja ada Dicky disana, tepat di belakangnya duduk. Melihat Dicky sedang membaca buku tanpa di temani teman-temannya, lebih tepatnya sendiri.

"Woi Zia!" ujar Dewi dengan nada pelan lalu Zia menoleh ke arahnya.

"Apa," sahut Zia.

"Ini kesempatan lo, buat pdkt sama dia!" kata Dewi tersenyum.

"Emangnya lo udah rela apa, kalau nanti Dicky suka sama gue!" ledek Zia dengan senyum kecut.

"Enggak mungkin Dicky suka sama lo ... Gue cuman lagi baik aja sekarang"

"Ya udah tunggu apa lagi, cepet sana!" ujar Dewi sembari memainkan matanya kearah Dicky.

Lazia mengagukan kepalanya, berdiri dengan senyum tertempel di wajahnya. Berjalan perlahan ke belakang dan duduk berhadapan dengan Dicky. Dicky menurutkan sedikit bukunya, untuk melihat orang yang duduk di depannya. Dicky menaikan bukunya lagi hingga menutupi wajahnya setelah tau kalau di depannya adalah Lazia.

"Hy!"

"Gue boleh gabung, kan?!" ucap Zia.

"Iya, terserah lo!" kata Dicky dengan nada datar.

Lazia melihat ke arah belakang Dicky, melihat Dewi telah memberi jempol padanya tanda hadiah, bahwa  Zia berhasil. Zia membalas itu dengan anggukan kepala sembari tersenyum. Dan kembali melihat kearah Dicky.

"Tumben lo sendiri, teman-teman lo mana?" tanya Zia.

"Mereka lagi ada urusan sebentar, mungkin bentar lagi mereka datang," jawab Dicky dengan masih menutup wajahnya dengan buku.

"Oh ... Ehk, boleh enggak. Itu bukunya di turunin dikit. Biar guw bisa lihat lo!" ujar Zia tersenyum.

"Ehk, sory-sory gue lupa!" sahut Dicky tersenyum lalu menurunkan bukunya hingga menyentuh meja.

"Senyumannya itu loh ... menusuk hingga jantung," batin Zia tersenyum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status