Share

Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?
Iparku yang Menyebalkan, Ternyata?
Author: Noor HNF

unduh mantu

Hari ini adalah hari dimana aku diboyong kerumah mertuaku. Setelah seminggu yang lalu pesta pernikahan diadakan dirumahku sebagai mempelai wanita, maka tradisi pada umumnya adalah unduh mantu. Aku diantar keluarga beserta tetangga dan kerabat, menuju rumah suamiku yang letaknya cukup jauh. Beda kabupaten dari tempat tinggalku. Dengan jarak 4 jam perjalanan menggunakan mobil.

Ternyata disini diadakan pesta juga. Aku di dandani dengan pakaian pengantin lengkap dengan tata rias wajah khas Sunda. Acara yang melelahkan, setelah 4 jam perjalanan. Aku masih harus duduk diatas pelaminan selama berjam-jam. Heuh...

**

Jam menunjukan pukul delapan malam. Aku baru selesai mandi dan berganti pakaian santai. Karena aku lelah seharian di make up tebal .

Fyuuuuuh...

Kuhempaskan tubuhku diatas kasur milik suamiku. Bang Zaki sedang membersihkan badan dikamar mandi.

Kudengar pintu diketuk dari luar. Ternyata Teh Ira, kakak iparku. Kakak pertama Bang Zaki.

"Ada apa ya Teh?". Aku membuka pintu untuk Teh Ira.

"Dewi, itu didepan ada Tamu. Temenya Bapak sama Ibu. Tolong buatkan kopi yah. " Teh Ira menyuruhku membuat kopi.setelah itu ngeloyor dengan santainya. 'hah? Gak salah? Aku kan pengantin disini. Kok aku yang suruh buat kopi? Padahal ada anak gadisnya atau gadis-gadis lain yang bisa disuruh dirumah ini. Kenapa harus aku? Aku mana tau dapur disini dimana. Sebelumnya memang aku belum pernah kerumah Bang Zaki. Haih ada-ada aja deh.

Kumelangkah gontai keluar dari kamar menuju dapur. Aku clingak-clinguk.

"Cari apa neng? Eh penganten mah didalem aja atuh. Gak usah ke dapur. Laper ya mau makan?".Tanya ibu paruh baya sambil menata piring-piring yang baru selesai dicuci.

"Anu bu... Itu. Saya disuruh buat kopi. Tempatnya dimana ya? " aku berkata sambil nyengir getir.

"Ada dibelakang situ neng, tapi becek tempatnya. Siapa yang mau ngopi. Eneng? Apa Zaki? Biar nanti ibu buatkan". Ibu paruh baya ini berkata sambil mengelapkan tanganya di baju . Hiiih.

"Temenya Bapak sama Ibu itu didepan. Saya disuruh buat kopi sama Teh Ira bu, " .

"aduh-aduh si Ira teh kumaha sih, masa penganten disuruh bikin kopi buat tamu.. Udah atuh Eneng didalem aja.. Biar ibu yang buatkan " ibu ini berkata seraya menggiring tubuhku untuk masuk kembali kekamar.

"Eh, Eneng, dari mana ih meuni cemberut gitu mukanya. ?" Tanya Bang Zaki menggodaku. Tanganya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk kecil.

"Bang, Teteh kamu tu aneh deh. Masa aku disuruh buat kopi buat tamu didepan. Aku mana tau dapur disini dimana. Lagian kan aku ini pengantin. " Aku mengadukan kelakuan Tetehnya pada Bang Zaki.

"hahaahhah yang sabar ya. Teh Ira emang gitu orangnya Neng. " Bang Zaki berlalu meninggalkanku.

***

Pagi ini para tetangga sedang sibuk ikut membereskan perkakas sisa acara kemarin.

Sebagai orang baru disini, aku mencoba membaur bersama. Kukerjakan pekerjaan yang aku bisa. Aku lap piring-piring basah yang telah dicuci.

"Dewi, antarkan ini kerumah Uwa Enin ya. Itu rumahnya di seberang jalan yang cat hijau" Teh Ira berkata padaku sambil Menyerahkan satu set alat prasmanan untuk dikembalikan. Setelah itu dia berlalu begitu saja.

Heuh,, apalagi ini.

Aku menarik nafas dan melepaskanya kasar. Huuuuh

Wa Enin yang mana lagi. Kenapa gak suruh orang sini aja sih. Kenapa pula harus aku? Kan aku juga gak lagi nganggur. Mau dilawan tak enak hati. Aku orang baru disini.

Untung ada anak kecil yang sedang main-main. Kuajak aja untuk menunjukan dimana rumah Uwa Enin yang dimaksud.

Setelah ini, aku gak mau keluar kamar takut disuruh lagi. Aku mengurung diri aja deh dikamar.

Lebih baik aku bereskan baju-bajuku yang masih didalam koper. Kupindahkan kelemari yang ada dikamar Bang Zaki.

Tengah asyik dengan pekerjaanku. Tiba-tiba Iis dan Idan masuk. Anak Teh Ira. Iis kelas 6 SD perempuan. Idan kelas 3 SD tapi badanya bongsor. 'kok gak sopan banget sih. Maen nylonong aja' bathinku dalam hati. Tapi sebagai keluarga baru mereka, kucoba beramah tamah.

"Bibik liat ini ya "Iis mengobrak abrik tas make up ku. Membuka-buka isinya dan mencolek lipstik yang baru kubuka dari kotak seserahan dari Bang Zaki. Mengoleskan pada bibirnya. Hadeeewhh...

"Is, jangan donk. Itu baru, belum bibi pake. Make up bibi jangan dimainin. Kalo liat, liat aja. Jangan pegang-pegang ya " Kataku pelan seraya mengambil tas make up dari tangan Iis.

"Ini Hp bibi ya. Idan pinjam ya. " Idan mengambil Hp yang ada di nakas samping ranjang.

Belum aku iyakan, sudah dimainkanya HP itu. Sudahlah biarkan. Paling juga cuma liat -liat foto pernikahanku dengan Bang Zaki, Oom mereka.

Aku melanjutkan pekerjaanku membereskan baju.

Mereka nampak anteng. Perasaanku gak enak nih. Kudekati mereka.

Yassalam....

Kurebut HP dari tangan Idan, mereka mend******d banyak game hingga memory HP ku penuh. Sampai aplikasi f******k dan WA ku dihapusnya. Ada 15 game yang di d******d. Iiiiiiihhh sebbbel.

"Idan nih apa-apan sih. Ini gimana atuh WA bibi kenapa ilang. Nah efbi juga gak ada. ini game banyak banget lagi. Duuh jebol kuota bibi. Udah sana Idan smaa Iis main diluar ya. Bibi mau beres-beres kamar. " Aku usir mereka dengan rasa kesal.

Gusti nu Agung..

"Dew.. Dewi. Buka pintunya yeuh! " Suara Teh Ira lantang mengetuk pintu dengan keras.

Aduuuuh apalagi sih.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status