Share

Bab 7

Author: Fortunata
last update Huling Na-update: 2025-05-15 15:42:49

"Kamu ngapain di sinii?" tanya Lalita yang masih terengah-engah usai berlari menuruni tangga.

"Izin buat nikah sama kamu ke om Hadi. Kan tadi aku udah bilang lewat chat."

Oh, God! Brian gila! Lihat saja pakaian pria ini. Kemeja putih, celana hitam dan sepatu pantofel. Dia benar-benar serius akan melamar anak gadis orang.

"Gila ya?!" pekik Lalita, "kamu bener-bener gila sih."

"Sssstttt... Jangan teriak-teriak ih."

Lalita langsung memegangi mulut dengan kedua tangannya dan melirik sekitar.

Kosong.

Lalita pun langsung menepuk punggung Brian, "Kan gak harus hari ini banget Brian."

Brian mendengus.

"Harus hari ini Litaaa. Kapan lagi om Hadi sendirian? Aku perlu ngomong sama om Hadi pas dia sendiri dulu. Nanti baru rame-ramenya."

"Tapi..."

"Gak ada tapi, Lit. Percaya aja sama aku. Di mana om Hadi sekarang?"

"D... Di ruang kerja."

Melihat Brian yang datang, Hadi pun mempersilahkan mereka berdua masuk. Dengan senyum kikuk itu, Lalita pun langsung mengutarakan niatnya sebelum Brian angkat bicara.

"Lalita, apa kamu gila?!" 

Situasi ruang kerja Hadi kini berubah jadi suram. Ketegangan menyelemuti masing-masing dari mereka.

Rahang Hadi mengeras, teriakan pun terlontar dari mulutnya, "Papa menitipkan kamu ke Brian bukan untuk merayu Brian!"

"Brian... Duh..." Wajah Hadi merah padam menahan amarah. Ia sangat malu sekarang.

Bagaimana dia harus menghadapi Deri sekarang? Mengatakan Lalita yang sudah bertunangan ini dengan lancang merayu Brian bak pelacur?

Hadi merasa tidak berani menunjukkan wajahnya pada ayah Brian, putri semata wayangnya itu benar-benar membuatnya malu.

"Kamu harus didisiplinkan, mulai hari ini kamu gak boleh tinggal di apartemen. Kamu akan terus tinggal di rumah, dan kamu gak boleh keluar sampai hari pernikahan kamu dan Aldo tiba."

"Bikin malu papa kamu."

"Pa... Dengerin dulu pa..."

"Gak ada! Papa gak mau dengerin apa-apa lagi dari kamu!"

"Paa..."

Lalita yang sudah berlinang air mata itu berusaha untuk meraih ayahnya.

"LALITA!!!" bentak Hadi.

Brian sudah menduga keputusan untuk menikah ini akan menimbulkan gesekan dari Hadi. Hanya saja, ia tak menduga penolakannya akan sekeras ini.

"Kamu keluar dulu ya, biar aku yang bicara sama papa kamu," ucap Brian. Hadi mendengus kesal.

"Om minta maaf atas tindakan putri om, Brian. Tidak ada juga hal yang ingin om bicarakan sama kamu, Brian. Sebaiknya kamu pulang," usir Hadi.

Brian tidak menanggapi ucapan Hadi dan menuntun Lalita keluar dari ruang kerja.

"Kamu duduk di sini, biar aku yang ngomong sama papa kamu."

"Tapi..."

Brian tidak menanggapi Lalita. Usai menuntun Lalita ke sofa ruang tamu, Brian kembali masuk ke ruang kerja Hadi.

Terdengar suara Brian mengunci pintu dari luar.

Sudah tiga puluh menit Brian ada di dalam.

"Brian gak kenapa-kenapa kan harusnya?" ucap Lalita dalam hati.

Lalita terus mondar-mandir di depan ruang kerja ayahnya.

"Non... Kenapa atuh non mondar-mandir begitu, mau bibi panggil si bapak?" tanya bi Imah, asisten rumah tangga di rumah orang tua Lalita.

"Eeee... ah... eeehh.."

Lalita salah tingkah, ia bingung harus menjawab apa pada bi Imah.

"Ada siapa di dalam memangnya non?" tanya bi Imah kepo.

Wanita tua itu menatap Lalita cemas.

"Gak ada siapa-siapa mbok, aku cuma ada yang mau diomongin aja sama papa tapi bingung gimana mulainya," jawab Lalita bohong.

Bi Imah terlihat sedih menatap Lalita, "Non Lita ada masalah? Non bisa kok cerita sama bibi?"

Bi Imah adalah ART di rumah kakek dan dibawa ikut oleh ibu kandung Lalita untuk kerja di sini. Lalita sudah menganggap bi Imah seperti keluarganya sendiri. Lalita tidak tega melihat bi Imah khawatir.

"Gapapa bi. Bibi gak usah khawatir. Gimana kalau bi Imah bikinin aku sop ayam mumpung aku di sini? Aku kangen sama sop nya bi Imah," ucap Lalita berusaha bertingkah manja.

Bi Imah tersenyum, "Ya udah, bibi bikinin dulu ya kalau gitu. Bibi akan bikinin sop yang enaakkkk buat non."

Tak lama setelah bi Imah pergi ke dapur, pintu ruang kerja Hadi terbuka. Brian keluar dengan tenang.

"Kamu habis ngomong apa sama papa? Gimana jadinya?" tanya Lalita cemas.

"Kita dapet restu kok, papa kamu izinin kita nikah. Nanti malem katanya sekalian diumumin kalau kamu mau putus dari Aldo."

Deg!

"A... Apa? Semudah dan secepet itu?" panikku.

Padahal, sebelumnya sang ayah tidak menerimanya, kan?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 182 : Dimana? (4)

    Deri dan Sabrina kembali pulang dengan tangan kosong."Lit, kamu beneran jujur tadi? Kamu beneran gak tahu Brian ada di mana?" tanya Hadi lagi setelah mobil Deri keluar dari area rumah mereka.Lalita memejamkan mata. Ingin sekali rasanya berteriak.Berapa kali lagi harus ia katakana kalau dia benar benar-benar tidak tahu keberadaan Brian?"Papaaaa… Lita beneran gak tahu…" jawab Lalita frustrasi.Hadi terlihat lega. Ia tidak ingin Lalita terlibat. Tidak ingin membayangkan kegilaan apa yang mungkin terjadi.Dengan gemetar, Lalita mengambil dua ponselnya dan segera mengetik pesan. Satu untuk Fauza, satu lagi untuk Mike.[Za, lo pernah denger kabar tentang Brian gak?][Mike, saya Lalita, anaknya Pak Hadi. Saya mau menggunakan jasa anda untuk mencari seseorang.]***"Yan… lo udah berjam-jam kerja. Gak mau makan dulu? Gue bawain makanan. Stok obat gue lagi

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 181 : Dimana? (3)

    “Om… Tante… tenang dulu, ya… Lita bener-bener gak tahu Brian ada di mana. Lita sumpah gak bohong. Lita cuma kaget aja, karena terakhir kali kita ngobrol—hari Brian resign dari Fort—Brian cuma bilang dia lagi usaha supaya gak jadi nikah sama Diana. Kalau… memang ada cewek lain, ya mending cewek lain itu aja…”Mendengar itu, Sabrina tampak sangat terpukul dan kembali menangis.“Lita… kamu beneran jujur, kan? Kalau ada informasi sekecil apa pun tentang Brian, tolong kasih tahu Om Deri dan Tante Sabrina. Kasihan Tante Sabrina…” ucap Hadi pelan.Lalita tampak putus asa. Ia memang jujur.Lita berdiri dari sofa ruang tamu dan berjalan menuju kamarnya.“Lita… papa masih ngomong, Lita…” tegur Hadi.Lita menoleh dengan kesal. “Bentar! Lita mau ambil sesuatu di kamar!”Hadi hanya bisa berdehem dan diam.Tak l

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 180 : Dimana? (2)

    Sabrina dan Deri kemudian duduk. Lalita pun memanggil Bi Imah untuk menghidangkan teh agar mereka sedikit tenang.“Jadi, ada apa ini?” tanya Hadi setelah hening beberapa saat. “Kenapa kalian teriak-teriak pagi-pagi begini?”Sabrina membuka mulut, tampak ingin langsung mencecar Lalita, tapi, Deri dengan sigap menahan lengannya. Pria itu tahu betul kalau satu kata saja dari istrinya, suasana bisa berubah jadi medan perang.Deri menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Lalu, menjelaskan semuanya.Brian tiba-tiba menghilang. Tanpa jejak, ia tidak meninggalkan pesan apapun. Mereka sudah melapor ke polisi, menyewa orang untuk mencari, bahkan menelusuri semua kemungkinan.Hasilnya tetap nihil.Sudah satu bulan berlalu, masih tetap saja nihil.Lalita dan ayahnya saling pandang—kaget, tapi juga bingung.“Jadi kalian datang ke sini karena berpikir Lita tahu Brian ada di mana?” tanya H

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 179 : Dimana?

    “Alasan aku ajak kamu ke sini karena aku mau ngomong ini sebelum semuanya bener-bener berakhir. Kita gak akan ketemu lagi, Lit. Aku gak mau ada penyesalan. Aku juga gak minta kamu balas perasaan aku… aku cuma pengen kamu tahu.”“Kalau aku mau kamu bales perasaan aku, aku akan ngomong sebelum kita resmi cerai biar gak usah cerai. Itu pun kalau kamu mau…” lanjut Brian lagi.Lalita menghela napas, merasa suasana langsung berubah menjadi berat.“Kamu bener-bener bikin suasana jadi canggung…” gumamnya.“Gak akan ada yang berubah, Lit. Kita udah cerai. Aku cuma berharap… kita masih bisa berteman. Kamu tetep bisa hubungin aku kalau butuh bantuan. Aku pasti bantu.”Brian tersenyum tipis. “Walaupun kayaknya kamu gak akan hubungin aku sih. Tapi tetap aja… kalau kamu kesusahan, kamu harus hubungi aku.”Lalita masih diam—ingin pergi, ingin pulang, ingin me

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 178

    Semua orang, kecuali Diana langsung menoleh pada Sabrina.Deri yang sadar suasana mulai canggung langsung mencoba mengalihkan pembicaraan.“Keadaan lo gimana sekarang? Udah membaik?” tanyanya pelan, berusaha terdengar santai.“Udah. Udah mendingan,” jawab Hadi singkat.Percakapan pun kian bergerak ke arah yang Deri inginkan. Lalita hanya duduk di samping Brian sambil memainkan ujung jarinya, pandangannya menerawang. Suara ayahnya dan om Deri terdengar samar—ia tidak benar-benar menyimak. Kepalanya terlalu penuh.***Waktu melesat sangat cepat bagi Lalita. Hari-hari ia habiskan dengan rapat, tumpukan dokumen, dan jadwal sidang yang datang hampir beruntun.Akhir dari semua proses ini tidak lagi menjadi kejutan. Ibu dan adik Aldo akhirnya ikut mendekam di penjara karena tak sanggup membayar denda.Wita kalah. Ia juga masuk penjara—dan Fuad… benar-benar meninggalkannya. Wita tak bisa membuktikan apa pun tentang keterlibatan pria itu. Tangan Fuad benar-benar bersih.Dan Brian.

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 177 : Kunjugan Terakhir

    Cukup lama Lalita menangis di pelukan ayahnya.Hadi hanya menepuk punggung putrinya pelan, mencoba menenangkan badai yang berputar hebat di dalam dada gadis itu.Mereka bertiga berbicara dari hati ke hati cukup lama—Lalita, Brian, dan Hadi.Tak ada nada tinggi, tak ada air mata lagi. Hanya kejujuran yang akhirnya bisa keluar setelah sekian lama tertahan.Minus tamparan yang telah diluncurkan Sabrina tentunya.“Coba kamu atur jadwal ketemu mama dan papa kamu. Om mau minta maaf,” ucap Hadi pelan, menatap Brian dengan penuh kesungguhan.Brian mengerutkan kening. “Tapi, Om…”“Anak Om salah. Setidaknya Om harus minta maaf ke mereka. Mereka pasti kecewa banget. Om bisa lihat mama kamu sebelumnya suka banget sama Lita, tapi dia tiba-tiba dukung mantan pacar kamu. Jelas dia kecewa banget berarti kan?”Hadi berbicara dengan sangat lembut. Meski begitu, dari raut wajahnya, terlihat tidak menerima penolakan.Brian menarik napas berat. “Om, aku pasti disuruh cepet-cepet cerai. Aku cuma mau nyeles

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status