Share

Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin
Istri 3 Juta Dolar Tuan Gavin
Penulis: Prince_Ryu09

Perempuan Pilihan

“Duduk di sini, Laysa.” Suara berat Gavin, pria yang duduk di hadapan Laysa, sukses membuat gadis bisu itu ketakutan.

“Jangan begitu takut, aku tidak menggigit,” imbuh pria tersebut seiring menampakkan sebuah seringai menggoda, “tentunya selama kamu menurut padaku.”

Mendengar hal tersebut, seluruh tubuh Laysa merinding, merasa seperti mangsa yang sedang ditarget hewan buas. Dia dengan cepat mendudukkan diri, lalu menundukkan kepala.

Melihat gadis bisu itu menuruti perintahnya, pancaran mata Gavin pun terlihat puas. Dia menyilangkan kakinya, lalu menatap dalam-dalam sosok mungil Laysa. 

“Aku tidak ingin basa-basi lagi,” ujar Gavin. “Karena kamu sudah setuju dengan tawaranku tadi malam, maka perjanjian tertulis pun sudah kusiapkan,” jelasnya seraya melemparkan setumpuk dokumen ke atas meja di hadapan Laysa.

Laysa mengernyit. Kemudian, menuliskan sebuah kalimat dalam buku yang dibawanya.

[ Perjanjian apa? Semalam, kamu tidak menyebut soal perjanjian tertulis denganku! ]

“Ini untuk berjaga-jaga kalau suatu hari nanti kau kabur dariku, aku akan mencari dan menuntutmu membayar denda tiga kali lipat dari apa yang kau dapat,” ujar Gavin. 

Suaranya memang tidak kencang, tetapi kalimat yang dilontarkannya itu jelas sebuah masalah besar  bagi Laysa.

Gavin tahu persis kelemahan gadis itu. Keuangan yang tidak stabil membuatnya tidak ada tempat mencari perlindungan. 

Untung saja, Derry–asistennya–cepat mengumpulkan semua informasi tentang Laysa, sehingga Gavin dapat menjebak Laysa sebagai calon istri bayaran baginya. 

Sementara itu, Laysa langsung beranjak dari kursinya. 

Dia ingin menolak seluruh tawaran yang akan diberikan Gavin. Laysa yakin, apa pun itu pasti akan menyulitkan hidupnya satu hari nanti. 

Perempuan itu berusaha melangkah pergi, tapi lengannya sudah terlanjur dipegang oleh Derry yang sigap di dekatnya.

“Kau mau pergi ke mana? Kau tahu? Tidak ada seorang pun yang akan bisa lolos jika sudah berurusan denganku,” ujar Gavin sangat tenang. 

Laysa dipaksa duduk kembali ke kursinya. 

Sesudah itu, dia disodorkan sebuah map berisi perjanjian pra nikahnya dengan Gavin. 

“Bacalah itu secepatnya, aku tidak punya banyak waktu berada di tempat ini!” perintah Gavin.

Laysa mengambil mapnya ragu-ragu, dia bahkan belum membuka itu dalam waktu hampir satu menit. 

Sampai akhirnya, Derry sendiri yang turun tangan membukakan mapnya untuk Laysa. 

Perlahan, Laysa memperhatikan kontrak yang diberikan.

Ada nama Gavin dan Laysa tertera jelas di sana, berikut poin-poin perjanjian mereka. 

Salah satu isi perjanjian itu menyebutkan bahwa Gavin berhak atas Laysa selama satu tahun pernikahan mereka. 

Gavin juga menuntut seorang anak dari Laysa. Jika tidak kunjung hamil dalam batas waktu satu tahun, maka perjanjian batal dan Laysa hanya akan mendapat setengah dari harga uang yang diberikan nantinya. 

Tunggu, berapa bayarannya? Tiga juta dolar? Besar sekali ….

Apakah Gavin sedang ingin menjebaknya? Sungguh, mengerikan sekali membayangkannya.

[ Aku tidak mau! ] putus Laysa pada akhirnya lewat tulisan di buku yang dibawanya. Kemudian, dia melempar tatapan tajamnya kepada Gavin. 

“Begitu? Lalu, apa kau lebih suka tinggal di tempat hiburan malam kecil itu?” tanya Gavin bernada santai. “Aku tahu sekarang kau hanya dimanfaatkan untuk menjadi seorang pelayan di tempat itu, tapi apa kau yakin pekerjaanmu akan tetap sama ke depannya?”

Laysa terdiam. Dia memang dijebak sebagai wanita penghibur. Meski tidak melayani hubungan badan seperti yang lain, dia hanya bertugas mengantarkan minuman-minuman yang dipesan oleh tamu di tempat itu.

“Jadi, bagaimana? Apa kau ingin terus menjadi seorang budak untuk lelaki tua di luar sana, atau ikut denganku dan menjadi nyonya besar dalam istana megah milikku?” ujar Gavin.

Laysa menghela napas berat, Gavin lagi-lagi menyombongkan diri dengan kalimat menyebalkan itu. Meski berat, tetapi apa yang dikatakan Gavin benar. Bukankah lebih baik berada di dalam genggaman Gavin dibandingkan kumpulan lelaki yang tidak dikenalnya–yang bisa saja menjerumuskan hidupnya ke jurang lebih dalam?

Laysa pun kembali menulis. “Baiklah, aku menyetujui ini. Tapi, kau harus menepati janjimu, atau aku akan membawa ini ke muka umum.”

Gavin pun memberikan kode agar Laysa cepat menandatangani itu. 

Semua terjadi begitu cepat, Gavin bahkan kini telah merengkuh pinggang Laysa dan menatap gadis itu cukup intens. Bahkan, dia tersenyum miring.

“Aku bukan seorang yang suka mengingkari janji,” lalu berbisik, “Tapi, ingatlah, Lays. Kau sudah menyerahkan seluruh hidupmu padaku. Jadi, bersiaplah.” 

****

Laysa kini berada di rumah mewah keluarga Gavin. Dia sudah dibalut dengan pakaian luar biasa mahal dan make-up paripurna dari stylist pilihan Gavin. Sayangnya, Laysa merasa bagaikan alien di sini. 

Dia ingin segera kabur. Namun, dia tidak berdaya. Gavin telah membelinya dengan harga mahal dan dia tidak bisa mengganti rugi sama sekali.

“Perkenalkan, dia Laysa. Gadis pilihanku sendiri dan pastinya akan kunikahi,” kata Gavin tanpa ragu.

Seketika, semua orang kembali menatap Laysa. Mereka begitu terkejut saat mendengar pernyataan Gavin.

Raut wajah kesal tak mereka sembunyikan. Laysa juga baru menyadari bahwa ada Xavier di sini. Pria yang dikenalnya sebagai dermawan untuk para disabilitas itu bahkan menatapnya tajam! Mengapa dia ada di sini? Apakah dia keluarga Gavin.

"Jangan tatap terlalu lama saudara kembarku, Dear," bisik Gavin mendadak di telinganya.

Tubuh Laysa meremang. Segera, dia menundukkan pandanganya. Dia merasa bahwa situasi ini menyesakkan. Bahkan, obat penenang yang dikonsumsi tadi seakan tidak bereaksi. 

Rasanya, Laysa ingin menangis. Bila dia bisa, dia ingin melepaskan diri dari situasi ini. Namun, Gavin telah membelinya dengan harga mahal.

Dari mana gadis yatim piatu dan bisu sepertinya, mengganti uang sebanyak itu? 

“Apa maksudmu, Gav? Kita akan menikah sebentar lagi! Bisa-bisanya, kamu membawa gadis lain dan memperkenalkannya sebagai gadis pilihanmu!” Nada kecewa keluar dari Laura, perempuan yang seharusnya menikahi Gavin.

Sontak membuat Laysa meremas tangannya gusar.

“Kamu jangan main-main dengan Momy, Gav. Siapa sebenarnya gadis ini?!” Kini, Anne–ibu dari Gavin–bertanya dengan kesal.

Perempuan paruh baya itu bahkan seakan ingin menelan Laysa hidup-hidup.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status