“Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Shaka. Kamu bukan tipe orang yang bisa tidur di sembarang tempat.” ucap Sophia.Memang, Shaka bukan tipe orang yang bisa tidur di sembarang tempat. Ranjang kecil ini pun tidak akan bisa membuat Shaka tidur dengan nyenyak. Kamar ini begitu sempit, sehingga untuk bernafas pun kurang menurut Shaka. Lalu kenapa juga jika dia ingin menginap di rumah Sophia, apa itu salah? “Kenapa? Aku kan suamimu. Seharusnya kamu nggak keberatan kan kalau aku menginap di rumah kedua orang tuamu.” tanya Shaka pemasaran.Sophia memijat pelipisnya, “Apa yang kamu inginkan?”“Tidak ada.” “Shaka aku serius.” “Mamang tidak ada, Sophia.” jawab Shaka cepat. Entah kenapa jawaban itu sama sekali tidak menarik untuk Sophia. Pasti ada niat tersendiri kenapa Shaka melakukan hal ini pada Sophia. Seharusnya Shaka ingat dengan rencana mereka, jika dia harus membuat Valery hamil. Bukan berarti Shaka harus membuang banyak waktu untuk Sophia kan? Menginap di rumah Sophia bukanlah ide y
“Hari ini kamu tidak perlu ke toko.” Ucapan itu terus saja terngiang di pikiran Sophia. Sejujurnya Sophia sendiri juga bingung kenapa tiba-tiba saja Shaka mengatakan hal itu, sedangkan Shaka tahu jika pagi ini dia ada janji dengan Alcand untuk membahas bunga dan juga hal lainnya. Tapi yang ada Shaka malah melarangnya, dan mendapatkan persetujuan dari Sion. Ayahnya menyetujui apa yang Shaka katakan, dan meminta Sophia untuk tetap di rumah saja. Lagian kios ini sudah ada ayahnya kenapa juga Sophia masih bingung masalah kios bunga? Dan disinilah Sophia akhirnya, duduk di depan rumahnya sambil menanam banyak bunga yang dia bawa dari toko yang belum sempat Sophia tanam. Karena beberapa hari lalu terlalu sibuk, semua tanaman ini belum sempat Sophia pindahin. Satu persatu bunga yang sudah dia taman pun berjejer dengan tapi, Sophia tersenyum kecil. Pekarangan rumahnya akan indah dan banyak bunga kesukaan dirinya. Sophia paling suka dengan bunga lili, dia bahkan sampai menanam bunga lili pal
Acara selesai Sophia adalah orang paling sibuk di rumah ini, dia harus membereskan semua piring motor sendiri tanpa ada satu orang pun yang membantu. Begitu juga dengan Shaka yang dilarang keras Mia untuk membantu Sophia di dapur. Dia harus berjalan dengan kaki yang diseret membawa banyak piring dan juga sisa makanan yang ada.“Mami bilang begitu nggak keterlaluan?” tanya Shaka yang mulai serius menatap ibunya.“Apanya yang keterlaluan? Memangnya Mami bilang apa?” “Sophia pembantu dan cacat.” Mia menatap Shaka tidak suka. “Kenapa jadi belain dia? Bukannya apa yang Mami bilang itu benar? Dia kan memang cacat, dan menurut Mami dia memang nggak pantas untuk jadi istri kamu. Mami malu punya menantu yang begitu, nggak bisa banggain sama sekali.” Shaka tahu, tapi kan setidaknya tidak melontarkan kata itu di depan banyak orang. Bagaimana perasaan Sophia saat ini? Meskipun apa yang dibilang Mia itu benar, jika Sophia cacat tapi bukan berarti Sophia harus dianggap sebagai pembantu kan? Pern
Sophia merasakan tubuhnya menggigil, membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk pergi ke toko bunga. Dia juga meminta Sion untuk menyiapkan pesanan bunga mawar seratus biji untuk diambil sore nanti. Akhir-akhir ini banyak sekali kegiatan yang menguras tenaga Sophia, wajar saja jika dia ambruk apalagi setelah menikah yang jelas Sophia jarang sekali memiliki waktu seratus persen untuk istirahat. Waktunya benar-benar harus dibagi, bangun pagi hari untuk menyiapkan sarapan dirinya, Shaka dan juga makan siangnya. Pulang ke rumah sore hari sudah disuguhi halaman rumah yang berantakan dan tak beraturan. Belum lagi Sophia harus masak untuk makan malam jika dia malas untuk berhenti membeli makan. Itu pun juga dia harus mandi malam yang selama ini jarang sekali dia lakukan. Paling sore Sophia mandi jam lima sore, semua kebutuhan dirinya, rumah hingga makan pun sudah disiapkan oleh ibunya. Tapi sekarang apa-apa Sophia harus kerja sendiri. “Aduh … pusing banget.” lirih Sophia, sesekali memega
Dengan amat sangat terpaksa Alcand pun menelpon Petra untuk datang ke rumah sakit. Dia memberitahu Petra jika Sophia pingsan di tengah jalan dalam keadaan demam. Peduli setan jika setelah ini Petra akan marah besar pada Shaka yang sama sekali tidak peduli dengan Sophia. Tidak suka boleh, tapi bukan begini cara memperlakukan manusia. Tidak menunggu lama, akhirnya Petra pun datang bersama dengan sang istri. Alcand mencoba untuk tersenyum, disini Alcand tahu hanya wajahnya Petra saja yang terlihat khawatir. Tapi tidak dengan ibu Shaka yang terlibat biasa saja tanpa beban. Entah perasaan Alcand atau memang seperti itu. “Alcand bagaimana keadaan Phia? Apa yang dikatakan Phia? Dan kenapa Phia bisa sama kamu? Dimana Shaka?” tengah Petra bertubi-tubi.Alcand meminta Petra untuk tenang sejenak. Untuk saat ini Sophia sudah ditangani dokter dengan baik. Tidak perlu dikhawatirkan, Sophia hanya terkena typus karena banyak sekali kegiatan dan jarang istirahat. Itu sebabnya daya tubuhnya tidak k
“Meeting dibatalkan!! Kita bertemu kembali minggu depan.” ucap Shaka.Semua orang yang ada di ruangan meeting pun menatap Shaka dengan alis yang mengerut. Dalam hati mereka bertanya-tanya kenapa meetingnya dibatalkan secara mendadak? Sedangkan Shaka tahu jika meeting ini sangat penting untuk proyeknya yang ada di luar negeri. Ya, setelah menikah Petra meminta Shaka untuk mengurus perusahaan yang ada di luar negeri. Ada beberapa cabang dan juga kerja sama di negara maju, yang memang sejak dulu harus ditangani oleh Shaka. Hanya saja karena kejadian itu semuanya berubah, Petra baru melepas perusahaan itu setelah Shaka menikah. Pria itu memutuskan untuk pulang ke rumah. Tapi yang ada Shaka tidak menemukan siapapun di rumah, kecuali lampu rumah yang masih menyala. Ini bukan pagi hari, tapi lampu rumahnya masih juga menyala. Lagian apa sih kerjaan Sophia di rumah? Dari sudut ke sudut rumah ini, Shaka tidak menemukan Sophia sama sekali. Rumah ini benar-benar kosong, jika Sophia pulang ke r
Tau apa soal cinta dan memanfaatkan? Bahkan setelah kecelakaan itu Sion memberitahu Shaka jika tidak ada satu pria pun yang mendekati Sophia lebih dari teman. Hubungan mereka akan putus dan berakhir dengan di pria yang memilih wanita lain yang lebih sempurna dari Sophia. Itu pun terjadi ketika Sophia masih memakai seragam abu-abu, dia tidak memiliki banyak teman. Beberapa saja, ada yang kerja kelompok sampai ke rumah Sophia. Sion pikir salah satu di antara mereka menyukai Sophia karena cara bicara dan sifatnya yang memerlukan Sophia dengan lembut. Tapi yang ada ketika Sion mempertanyakan hal itu, Sophia memilih untuk diam. Meskipun Sion tahu kenapa alasannya tapi dia ingin mendengar langsung dari mulut Sophia. Tapi yang ada sampai dewasa pun Sion tidak pernah mendengar Sophia menceritakan satu pria yang dia sukai atau sedang dekat dengannya. Tentu saja karena fisiknya yang kurang beruntung, sehingga membuat para pria memilih untuk pergi ketimbang menetap di sisi Sophia. Secantik apapu
Mendengar hal itu mata Sophia pun melebar dengan sempurna. Dia pun menatap Alcand dengan tidak percaya. Bagaimana bisa pria itu melontarkan kata-kata seperti itu dengan mudah, sedangkan di ruangan ini tidak hanya ada mereka berdua. Tapi juga dengan Shaka yang sudah menunjukkan wajah tidak sukanya dengan ucapan Alcand.Bukannya takut, Alcand malah tertawa kecil dan masuk ke dalam ruang inap Sophia tanpa dosa. Tentu saja hal itu langsung membuat Sophia canggung setengah mati. Tadi pagi, Sophia sudah meminta Alcand untuk pulang lebih dulu. Setidaknya dia harus mandi dan mengganti pakaiannya bukan? Tapi yang ada Alcand malah menolak dan meminta orang suruhannya untuk mengantarkan baju dan juga peralatan mandi untuk Sophia. Dia bertanggung jawab pada hidup Sophia yang sedang sakit. Alcand menganggap jika Sophia sakit itu karena ulahnya bukan yang lain. Alcand selalu menyalahkan dirinya dan mengatakan hal yangs ama. Andai saja malam itu mereka tidak keluar menggunakan motor, mungkin hal ini