Share

3. Simbol Cinta

last update Last Updated: 2022-08-27 23:10:36

Ada satu cerita yang selalu dibacakan mendiang ibunya ketika Serena kecil. Sebuah dongeng manis yang mengantarkannya pada angan-angan bahwa suatu hari ia akan menjadi puteri yang akan menemukan cinta sejatinya. Sebuah dongeng yang sering dibaca ibunya berulang-ulang tanpa bosan.

"Ibu harap, suatu hari kau juga akan menemukan cinta sejatimu, Nak..." pesan ibunya, Maria, kala itu.

Serena kecil hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia mengharapkan hal yang sama seperti yang diinginkan ibunya. "Iya, Bu... Kalau besar nanti, aku pasti akan bertemu dengan pangeranku. Seseorang yang ibu bilang akan membuatku bahagia seeelamanya..."

Namun kini, harapan itu hanyalah sebuah harapan. Serena bahkan tidak pernah menemukan pangerannya. Ia malah mendapati fakta jika suami yang seharusnya menjaga dan mencintainya malah pergi bersama dengan wanita lain di hari pernikahannya.

Sisa-sisa malam pesta pernikahan itu diakhiri dengan konser musik dari band ternama yang hanya disaksikan oleh Serena. Rupanya semua orang terlalu terpukau dengan penampilan band tersebut sehingga tidak menyadari jika mempelai prianya sudah tidak terlihat sejak dua jam lalu.

"Serena, di mana suamimu?" tanya Tania Dominic, ibu Aarav yang notabene adalah mertuanya. Wanita baik hati dan lembut itu meraih lengan Serena. Pandangannya mencari-cari Aarav yang tidak terlihat di manapun.

Serena gelagapan. Ia bingung harus mengatakan apa pada mertuanya. "Umm... Aarav... Umm... Sedang sakit, Bu. Dia bilang ingin istirahat sebentar di kamar. Tapi entahlah. Acaranya sudah selesai tapi Aarav belum juga bangun. Mungkin dia ketiduran..."

Tania kaget mendengar hal tersebut, pasalnya anak tunggalnya itu tidak menunjukkan tanda-tanda tidak enak badan sebelum acara dimulai. Mungkin karena kelelahan menyalami banyak tamu, Aarav merasa kelelahan sekarang. Tidak bisa dipungkiri, lima ratus undangan yang memenuhi ballroom adalah orang-orang penting yang harus disapa. Terlebih mereka adalah kolega berarti yang dimiliki perusahaan. Aarav tidak mungkin mengabaikan mereka begitu saja.

"Kalau begitu biar Ibu lihat bagaimana keadaannya..." Tania langsung bergegas, berniat melihat kondisi Aarav.

Namun Serena segera mencegahnya. "Ibu, jangan!" teriaknya panik.

Hal tersebut membuat Tania menoleh.

Serena yang menyadari jika ia sudah berlebihan langsung menutupinya dengan senyum. "Maksudku, Ibu jangan menganggu Aarav dulu. Karena tadi dia berpesan agar tidak diganggu. Dia hanya kelelahan, kok. Mungkin sekarang... Ummm... Anu... Mungkin sekarang dia sedang terlelap."

Menyadari jika kalimat menantunya itu ada benarnya juga, Tania langsung menganggukkan kepalanya. "Kau benar, Nak. Aku memang tidak seharusnya menganggu pasangan yang baru saja menikah, bukan?" serunya dengan mengerlingkan mata. "Kalian pasti ingin berdua saja, kan?"

Serena menggoyang-goyangkan tangannya di depan dada. "Bukan begitu maksudku—"

"Tidak apa. Bukankah itu sudah sewajarnya? Ibu akan semakin senang jika kalian cepat memberi Ibu cucu..." gumamnya. "Ah, tapi sudahlah, mau cepat atau lambat semuanya terserah saja. Yang penting Ibu sudah senang Aarav bisa menikah dengan wanita baik-baik sepertimu..."

Serena tersenyum mendengar kalimat itu. "Memangnya, selama ini yang dikenal Aarav tidak baik?"

Tania mengibaskan tangannya. "Tidak ada yang sebaik kau. Semua teman dekat Aarav hanyalah gadis-gadis yang mengincar harta saja. Mereka juga selalu berpakaian terbuka dan seksi. Meskipun sekarang jaman modern, tapi jujur saja, Ibu tidak suka dengan baju-baju yang kekurangan bahan seperti itu. Ibu malah malu saat melihatnya..."

Serena tersenyum. Tania adalah sosok ibu mertua yang banyak diidamkan menantu di dunia ini. Wanita itu pula lah yang memaksa Aarav untuk menikahinya. Serena hanya bertemu beberapa kali dengan Nyonya Dominic. Awalnya, ia pikir wanita itu adalah tipikal mertua yang galak. Namun tidak, Tania sangatlah baik dengan perangai yang lembut.

"Ketika pertama kali melihatmu, Ibu sangat senang. Kau gadis yang polos dan juga sopan. Kau bahkan jauh dari kata manipulatif seperti mantan-mantan Aarav. Kau pasti tidak tahu betapa leganya aku ketika putraku menemukan wanita sebaik dirimu. Sebagai Ibunya, aku sangat bahagia melebihi siapapun di dunia ini, Serena..." Tania lantas meraih bahu Serena. Lalu menepuknya perlahan. "Semoga hubungan kalian selalu awet, langgeng, dan bahagia..."

Serena mengangguk. Ia lantas memeluk Tania dengan sayang. Kerinduannya pada sosok ibu kandung membuatnya merasa jika Tania hidup untuk menjadi mertua sekaligus ibunya. "Terima kasih, Ibu..."

"Ah ya, aku punya hadiah untukmu..."

Serena melepaskan pelukannya dengan lembut. Lalu menatap Tania. Senyumnya merekah. "Hadiah apa?"

Tania lantas melepaskan kalung yang ia pakai. Wanita itu lantas menggenggamnya. Lalu menyerahkannya pada Serena. "Kalung ini, adalah pemberian dari ayah Aarav ketika kami menikah dulu... Aku tidak pernah melepaskannya sekalipun seumur hidupku. Tapi hari ini kuberikan kalung ini padamu. Sebagai simbol jika aku memberikan cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang kelak harus kau lanjutkan sebagai seorang isteri pada suamimu..."

Serena menggelengkan kepalanya. "Jangan, Bu... Kalung ini pasti sangat berharga untuk Ibu. Aku tidak bisa menerimanya..."

"Serena!" panggil Tania. Wanita itu lantas menggelengkan kepalanya. "Aku sudah berniat memberikan kalung ini pada istri Aarav sejak lama. Dan kini aku menemukan wanita itu. Dia adalah kau! Jadi kumohon, terimalah kalung ini sebagai pemberian dan sambutan pertama dariku..."

Tangis Serena langsung mengucur deras. Ia tidak menyangka jika Tuhan mempertemukannya dengan sosok mertua sebaik Tania. Serena bahkan tidak pernah membayangkan akan bertemu dengannya. Namun Tuhan memberinya kesempatan untuk merasakan hangatnya cinta dari seorang ibu. Dari seorang Tania...

Tania lantas memasangkan kalung tersebut pada leher Serena. Kalung dengan berlian cantik sebagai hiasannya itu terlihat begitu pas di lehernya. Serena meraba kalung tersebut.

Simbol cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang harus ia berikan pada Aarav...

Serena menyadari dengan pahit jika ia bersedia memberikan ketiganya untuk pria itu. Tapi masalahnya, apakah Aarav bersedia menerimanya? Apakah pria itu bersedia menerima kasih sayang dan pengorbanan yang akan ia berikan? Dan cinta, bukankah Aarav sudah memiliki cintanya sendiri?

Serena memeluk Tania sekali lagi. "Terima kasih banyak, Ibu Tania... Aku akan berusaha berjalan di belakang Aarav dan menjadi wanita yang menurut apapun semua perkataannya."

Tania menggelengkan kepalanya. "Tidak, Nak. Kau tidak boleh berjalan di belakang Aarav. Tapi kau harus berjalan bersisian dan beriringan dengannya. Bukan sebagai bawahan, bukan sebagai atasan. Tapi sebagai teman seperjalanan. Kau mengerti?"

Serena mengangguk penuh senyum.

"Dan kau tidak boleh hanya menurut atas apa yang Aarav perintahkan padamu. Ada kalanya kau melawan jika itu adalah perintah yang bertentangan dengan kebaikan. Kau harus tegas. Karena, kau adalah asisten nahkoda dalam rumah tangga ini. Mengerti?"

Serena mengangguk lagi. "Semua yang Ibu katakan akan aku ingat hingga nanti..."

Tania tertawa. "Dasar anak penurut! Sekarang Ibu antar kau ke kamarmu. Istirahatlah... Acaranya sudah selesai. Dan kau harus tidur!"

"Baik, Ibu mertua yang cantik..."

"Ish!"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cantik Tuan Dominic   33. Habis Kesabaran

    Serena baru saja mengecek kembali kondisi Tania dengan memeriksa suhu badannya. Mulai turun. Meskipun belum bisa dikatakan normal, ketika Aarav datang. Pria itu terlihat menghentikan mobilnya di halaman. Tadinya Serena memang sempat melihat Aarav keluar. Tapi ia tidak sempat menanyakan kemana gerangan pria itu pergi. Lagipula kalau dipikir-pikir kenapa ia harus menanyakan hal tersebut pada Aarav? Pria itu pasti akan menghujatnya dengan melabeli Serena sebagai orang yang kepo dan cerewet. Toh, ia bukanlah istri sebenarnya yang harus mengetahui kemana suaminya pergi. Ia hanyalah istri yang tidak dianggap. Lebih tepatnya, istri yang dianggap hanya sebagai pembantu. Jadi, Serena memilih tidak bertanya. Karena... Sepertinya lebih baik memang begitu...Pria itu terdengar membuka pintu dan menghampiri Serena yang sedang menyiapkan air panas untuk mengompres Tania lagi. "Apa yang sedang kau lakukan dengan air panas itu?" tanya pria itu heran ketika melihat Serena menuangkan air panas ke da

  • Istri Cantik Tuan Dominic   32. Remuk Redam

    Aarav memasuki kelab yang dipenuhi lautan manusia baik sadar maupun dalam keadaan mabuk dengan langkah panjang. Malam minggu begini memang banyak sekali muda-mudi yang menghabiskan waktu mereka dengan dunia malam. Aarav khawatir pada Evelyn yang masih di dalam. Bagaimana bisa manajer wanita itu meninggalkannya sendirian seperti itu?Aarav mulai mencari-cari Evelyn diantara banyaknya orang yang berada dalam ruangan pengap tersebut. Lampu blits menyala-nyala, menyilaukan pandangannya yang berusaha mencari-cari Evelyn. Ditengah usahanya mencari wanita itu, banyak sekali wanita yang melambai padanya. Mereka bahkan melihat kedatangan Aarav dengan pandangan memuja. Mereka mendekati pria itu sembari menawarkan segelas wine. Aarav menggeleng. Dan para wanita itu akhirnya berlalu setelah berdecih kecewa. Tujuannya datang kemari adalah untuk mencari Evelyn. Dan..Itu dia!Sosok wanita cantik terlihat sedang menyilangkan kakinya di sofa VIP. Wanita itu terlihat sedang mengobrol dengan orang la

  • Istri Cantik Tuan Dominic   31. Upaya Saling Menyakiti

    Serena menyuapi Tania dengan telaten. Ia selalu berusaha mengajak ibunya mengobrol. Dan entah bagaimana, ibunya yang sakit itu terlihat sedikit riang karena menimpali ucapan Serena dengan senyum atau tawa kecil. Aarav menyesal karena mendapati fakta jika ibunya tidak pernah seriang itu ketika mengobrol dengannya. Aarav memang mengakui jika ia adalah anak yang kaku. Kehidupannya selama ini hanya berpusat pada pekerjaan dan pekerjaan saja. Pasti sangat membosankan mengobrol dengannya. Namun Tania seolah mendapatkan teman baru saat bersama Serena. Mereka berdua membicarakan banyak hal seputar makanan. Serena lebih banyak bicara dan menceritakan apa saja. Sementara Tania hanya bisa tersenyum dan memukul menantunya itu dengan sayang sesekali. "Ibu tahu tidak. Terkadang Aarav selalu mendengkur saat tidur. Yah memang tidak setiap malam. Tapi bukankah itu lucu... Hahahha..." ucap Serena pada Tania. Aarav mencoba mengalihkan pandangannya. Mendengar dua orang membicarakan dirinya dengan tawa

  • Istri Cantik Tuan Dominic   30. Panggilan Sayang

    "Aku ikut. Aku akan mencoba membantu merawat ibumu!"Untuk sedetik, Aarav merasa ia begitu terpana. Pada kalimat yang diutarakan oleh Serena. Wanita itu terlihat panik meraih tas mungilnya yang kusam. Lalu mengambil jaket yang berada di gantungan dengan kecepatan kilat dan langsung menyusul Aarav. "Aarav, ayo!" ucap Serena ketika Aarav malah bengong sembari menatapnya. Sebenarnya Aarav terpana pada sikap Serena yang langsung berniat ikut ke rumah ibunya tanpa ragu sedikitpun. Ekspresi khawator benar-benar ditunjukkannya sepanjang wanita itu melangkah menuju mobil dan duduk di samping kemudi Aarav. Semua ekspresi dan perilakunya sama sekali tidak luput dari perhatian Aarav. Bagaimana ada seorang wanita manipulatif yang begitu khawatir pada ibunya? Aarav bertanya-tanya apakah itu hanyalah samdiwara? Tapi bagaimana bisa seseorang bisa bersandiwara sehebat itu? Rasanya tidak mungkin. Serena bahkan berulang kali menangkupkan tangannya seolah sedang berdoa untuk kesembuhan ibunya. "Sem

  • Istri Cantik Tuan Dominic   29. Drama Makan Malam

    Serena menatap Aarav dengan pandangan membulat. "Katanya kau tidak suka makanan yang kubuat?" Aarav merasa sedikit keceplosan. Ia mengangkat bahunya. "Memang!""Lalu kenapa kau bertanya soal makanan apa yang kumasak?!" Aarav hanya terdiam. Pria itu tidak mengatakan apapun. Ia mulai bingung menyusun kalimat untuk membuat alasan. "Kau mau kupesankan makanan saja?" tanya Serena. Ia bingung dengan pertanyaan Aarav. Karena biasanya pria itu selalu memesan makanan. Namun Aarav menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku ingin menyantap makanan buatanmu malam ini."Serena membulatkan matanya. Menyantap makanan buatannya? Tumben sekali. Biasanya pria borju pemilih ini sangatlah anti terhadap apapun yang Serena buat. Jangankan memakannya, menyentuh saja Aarav seolah haram. Jadi sangatlah beralasan kalau Serena hanya bisa mengangkat alisnya ketika pria itu mengutarakan keinginannya. "Kau yakin?!" tanya Serena lagi. Aarav mengangkat alisnya. "Menurutmu itu hal aneh? Meminta sesuatu pada istrinya

  • Istri Cantik Tuan Dominic   28. Di Rumah Saja

    Aarav masuk ke dalam rumahnya. Dan seperti biasa, Serena terlihat menyambutnya dari balik pintu rumah. Meskipun sambutan itu bukanlah sapaan seperti layaknya istri pada suaminya, melainkan hanya senyuman biasa, Aarav tetaplah tidak terbiasa. Sejak kecil ia selalu dibesarkan untuk menjadi seorang pria yang ditakdirkan sendirian. Terlahir dari seorang ibu dan ayah yang selalu sibuk membuatnya merasa kesepian. Ia tidak memiliki saudara. Aarav juga jarang berteman dengan sebayanya saat anak-anak hingga beranjak dewasa. Bukan apa-apa, mereka takut jika berada dalam lingkungan Aarav. Kalaupun ada, anak-anak itu hanya memanfaatkan Aarav untuk kepentingan mereka sendiri. Dulu Aarav pernah memiliki seorang sahabat ketika ia duduk di bangku sekolah atas. Ia temannya itu selalu bersama, bahkan Aarav yang awalnya tidak memiliki kepercayaan diri dalam pertemanan mulai percaya pada sosok sahabat yang selalu di sampingnya. Kehidupan sahabatnya yang miris dan jauh dari kata layak membuat Aarav mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status