Share

LIMA

Setengah jam kemudian, suasana kediaman Evand sudah sangat ramai. Para tamu undangan masing-masing datang dengan membawa putra putri mereka.

Malam ini cuaca sangat mendukung, bulan sangat terang bahkan bertabur bintang di langit. Evand baru saja keluar dari salah satu salon kecantikan yang cukup terkenal, milik teman sang istri.

"Pah, sebenarnya kita mau kemana sih? Kok Papah cuma ajak Bella?! Kenapa Papah nggak ajak Mamah juga?! Atau kak Clara sama kak Rissa," tanya Bella.

Bella terheran-heran kenapa sejak sore hari Evand hanya membawa dirinya seorang untuk jalan-jalan, bahkan Evand membawanya ke sebuah salon mewah untuk merias dirinya hingga mengubahnya menjadi seperti seorang putri. Memakai gaun indah dan juga mengubah model rambutnya menjadi tertata rapi dan cantik.

Evand membukakan pintu mobil untuk Bella, lalu lekas menjawab. "Kakak-kakak mu nggak bisa ikut karena mereka ada les privat di sekolahnya. Mamah juga nggak bisa, ada arisan sama temen-temennya,"

"Oh gitu..! Pantesan, cuma aku yang di bawa."

Isabella mengangguk-anggukkan kepalanya, dia mempercayai begitu saja ucapan Evand. Padahal Evand sengaja berbohong demi melancarkan pesta kejutan untuk Isabella, dia tidak mau Bella mengetahui jika mereka sudah membuat kejutan untuk Bella.

Setelah masuk ke mobil, Evand pun melanjutkan kendaraannya dengan santai, sambil menunggu pesan yang akan di kirimkan oleh Stevie di ponselnya.

"Trus kita sekarang mau kemana Pah?!"

"Ke acara temen Papah, sayang! Kamu mau kan temenin Papah malam ini?!"

Bella tersenyum lebar sambil mengangguk singkat. "Pasti mau lah, dandan udah cantik begini masa' nggak mau,"

Evand tertawa kecil mendengar ucapan putrinya, sekilas dia menatap kearah Bella yang duduk di samping kursi kemudi, dan setelah itu dia kembali fokus pada setir mobilnya.

Malam ini Bella terlihat begitu cantik, bahkan sangat cantik. Rambut yang di sanggul rapi ala modern, dengan sedikit polesan make up pada wajahnya lengkap dengan gaun simpel tapi indah dan terkesan mewah dan elegan. Sangat cocok dengan usianya saat ini, empat belas tahun. Siapapun yang memandangnya, pasti akan sangat terkagum-kagum padanya.

Baru beberapa menit mobil yang di kendarai oleh Evand meninggalkan area salon kecantikan, tiba-tiba saja ponsel milik Evand yang berada di saku jasnya bergetar. Tentu saja Evand mengetahui pesan dari siapakah yang masuk ke ponselnya itu, tanpa harus melihatnya.

Evan pun segera menghentikan laju kendaraannya di pinggir jalan.

"Loh, kenapa berhenti Pah?"

Bella menatap dengan terheran-heran kenapa Evand tiba-tiba menghentikan kendaraan mereka.

Evand tidak menjawab, dia hanya tersenyum sambil mengeluarkan kain kecil yang akan digunakannya untuk menutupi mata Isabella.

"Tutup dulu matanya sayang, Papah ingin menunjukkan sesuatu sama kamu,"

"Hah, kenapa harus di tutup sih Pah? Emang Papah mau kasi kejutan apa buat Bella?"

"Nanti juga kamu tau! Kalau di kasi tau sekarang itu namanya bukan kejutan."

Bella pasrah saat Evand menutup matanya dengan kain kecil itu, dan setelah selesai Evand kembali melajukan kendaraannya dengan sangat cepat.

Sesampainya di rumah, Evand membawa Bella turun dari mobilnya dengan mata yang masih tertutup oleh kain penutup.

Semua para tamu undangan berserta Stevie menatap kagum pada Isabella yang terlihat anggun dan cantik.

Dalam hitungan ke tiga Evand segera membuka penutup mata Isabella.

"Happy birthday, Isabella!!"

"Hah! Pah, ini apa?!"

Air mata Isabella seketika menggenang hingga jatuh menetes di pipinya. Tangis haru sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi. Bella berlari kearah Stevie lalu memeluk tubuh wanita itu dan membenamkan wajahnya di dada Stevie.

"Eh, kenapa nangis?! Harusnya seneng dong!"

Sebenarnya Stevie juga ingin menangis, namun dia mencoba menahannya dengan tertawa kecil sambil memeluk Bella lalu mengusap lembut pipi Bella yang di basahi oleh air mata.

Semua para tamu undangan tersenyum haru melihatnya, ada yang langsung memberi ucapan selamat ulang tahun secara bergantian kepada Bella.

Sementara dari jarak yang tidak terlalu dekat, si kembar Clara dan Clarissa menatapnya tidak suka.

"Mamah sama Papah tuh apa-apaan sih, gitu banget sama anak pungut."

Clara sangat jengkel melihat kedua orang tuanya memanjangkan Isabella, apa lagi sampai membuat pesta ulang tahun untuk Bella.

"Males ah, cabut aja yuk. Ngapain ikut nimbrung di acara beginian, mending kita cari hiburan sendiri,"

Clarissa memilir pergi, dia sudah tidak tahan berada di sana. Tanpa bertanya mereka akan kemana, Clara pun mengikutinya hingga mereka keluar dari rumah.

Pesta ulang tahun Bella cukup meriah, suasana rumah menjadi sangat riuh dengan suara alunan musik serta suara orang-orang yang sedang bercengkrama.

Setelah pestanya usai, Evand dan Stevie menemani Bella di kamarnya. Mereka membuka satu persatu kado ulang tahun yang di berikan oleh para tamu.

"Mah, Pah, makasih ya. Mamah sama Papah udah bela-belain bikin pesta buat Bella,"

"Sama-sama, sayang!" jawab Stevie.

Stevie pun memberikan sebuah kado istimewa untuk Bella, dan dengan senang Bella menerimanya.

Evand yang saat itu hanya memandangi istri dan putrinya yang asik dengan tumpukan kado, tiba-tiba keluar dari kamar Bella kemudian kembali lagi dengan membawa sebuah kota perhiasan yang berukuran sedang.

"Bella! Ini, ambillah."

Stevie yang semula duduk di tepian ranjang, refleks mengubah posisinya menjadi berdiri. Raut wajah Stevie seketika berubah sendu.

"Ini apa Pah?"

"Buka saja, itu milikmu."

Perlahan Bella membuka kotak itu, kemudian kembali menatap Evand setelah dia melihat isinya dan memegangnya.

"Ini, punya Bella?" tanya Bella dengan bingung, sebab liontin yang ada di rantai kalung itu berbentuk huruf A.

Evand mengangguk lemah dengan raut wajah yang sendu. Dia menatap lekat raut wajah Bella sambil menarik nafas dalam lalu dihembuskannya dengan perlahan.

"Kenapa liontin ini bentuknya A? Namaku kan Isabella, kok ini huruf nya A sih Pah? Keluarga kita mana ada nama dengan huruf yang berawalan A,"

Bella sangat bingung, dia menatap Evand bergantian dengan menatap Stevie.

Sesaat Evand dan Stevie saling menatap, kemudian Stevie menganggukkan sedikit kepalanya sebagai tanda mempersilahkan Evand untuk bicara.

"Mah, Pah! Apa yang kalian sembunyikan?"

Sikap Evand dan Stevie tentu membuat Bella curiga, arti tatapan mereka pun tidak biasa bagi Bella.

"Pah, kata Papah kalung ini milik Bella, tapi kenapa harus huruf A, bukan I? Apakah yang ada di pikiran Bella selama ini benar? Apa kecurigaan Bella itu benar Mah, Pah?! Apakah Bella bukan anak Mamah sama Papah?!"

Bella menangis, berharap apa yang dia pikirkan selama ini adalah tidak benar. Tapi melihat reaksi Evand yang tertunduk lemah, seakan menjadi jawaban bahwa kecurigaannya selama ini adalah benar.

Stevie pun tidak mampu menahan air matanya, dia memeluk tubuh Bella yang sudah berdiri berhadapan dengan mereka. Stevie menangis, sungguh dia tidak sanggup menjawab pertanyaan Bella.

Begitu juga Evand, walaupun bibirnya tidak mengucapkan sepatah katapun, namun linangan air matanya menggambarkan sebuah jawaban jika Bella bukanlah putri kandung mereka.

"Papah sama Mamah kenapa nutupin ini sama Bella..!! Dari kemarin Bella minta Papah sama Mamah untuk jujur..!! Jawab Bella Pah..!! Bella anak kandung Papah atau bukan..!!"

Bella berteriak kencang diiringi dengan tangisnya. Hatinya begitu rapuh. Di saat hari ulang tahunnya, dia harus menerima kenyataan pahit. Sebuah kenyataan jika dirinya bukan putri kandung Evand dan Stevie, dan itu menjadi sebuah kado yang sangat istimewa baginya.

"Maafkan Papah, Bella!!"

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status