Beranda / Romansa / Istri Kecil Tuan CEO / AKU MAU BICARA JUJUR

Share

AKU MAU BICARA JUJUR

Penulis: UmiLovi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-08 16:54:34

Hari itu, langit Jakarta tampak teduh, awan tipis menggantung tanpa ancaman hujan. Di halaman sekolah, aktivitas para siswa berjalan seperti biasa—riuh, cepat, dan penuh warna.

Elina berjalan cepat menuju ruang OSIS dengan map di tangan, seragam putih abu-abunya tampak sedikit kusut karena tergesa-gesa sejak pagi. Rambutnya dikuncir seadanya, wajahnya tampak serius—ada beberapa hal yang harus ia siapkan untuk rapat evaluasi acara kemarin.

Di tengah langkahnya, suara panggilan lirih menghentikannya.

“Elina.”

Ia menoleh. Di bawah pohon flamboyan dekat gerbang samping, berdiri sosok yang sudah akrab di matanya, Rio.

Elina tersenyum kecil. “Hey. Pagi.”

Rio mendekat, ragu-ragu sejenak sebelum berbicara. “Kamu sibuk nggak nanti sepulang sekolah?”

“Ada rapat OSIS. Terus kayaknya lanjut beresin dokumentasi juga,” jawab Elina sambil mengecek jam tangannya. “Malam dikit baru kelar, kayaknya.”

Rio tampak kecewa, tapi ia menyembunyikannya di balik senyum datarnya. “Oh… yaudah. Padahal aku mau nga
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri Kecil Tuan CEO   RETAK YANG MENGANGA

    Taman kecil itu terasa terlalu sepi untuk sore sehangat ini. Bangku panjang di bawah pohon akasia tua menjadi satu-satunya tempat berteduh dari cahaya matahari yang mulai condong. Lidya datang lebih dulu, duduk tenang sambil memainkan tutup botol minumannya. Matanya sesekali melirik ke arah gerbang kecil sekolah di ujung jalan.Dan akhirnya, Elina muncul. Rambutnya kusut, wajahnya sembap. Langkahnya lesu seperti baru saja selesai berlari jauh dan kehilangan arah. Lidya berdiri sambil memasang wajah kaget pura-pura. “Elina? Ya ampun, kamu kenapa?”Elina hanya menatap sekilas, lalu duduk di ujung bangku. Napasnya berat, seperti menahan sesuatu yang sudah terlalu lama menggumpal di dadanya.Lidya ikut duduk perlahan. “Maaf ya, aku maksa kamu buat ketemu. Tapi kamu keliatan bener-bener... bukan kamu yang biasanya."Elina tak menjawab. Matanya menatap lurus ke tanah.Lidya mengambil napas pelan. “Kalau kamu nggak mau cerita, aku ngerti kok. Tapi... aku di sini. Kalau kamu butuh teman.”El

  • Istri Kecil Tuan CEO   PUTUS

    Udara pagi di halaman sekolah masih segar, dihiasi sinar matahari yang belum terik dan embun yang masih menggantung di dedaunan taman depan gerbang. Beberapa siswa mulai berdatangan dengan langkah tergesa—menghindari keterlambatan, atau sekadar ingin mengerjakan PR sebelum bel masuk.Namun, di balik semua itu, ada satu sosok yang berdiri gelisah di dekat gerbang utama. Rio.Sejak lima belas menit lalu, ia mondar-mandir di tempat yang sama. Sesekali melirik ke arah pintu masuk sekolah. Di tangannya, tas selempang hitam tergantung lesu. Wajahnya pucat karena kurang tidur. Matanya sembab, nyaris tak percaya kalau semalam Elina benar-benar meninggalkannya begitu saja di kafe."Aku harus minta maaf langsung," gumamnya pada diri sendiri.Dan seperti doa yang dijawab, ia melihat sosok itu—Elina—melangkah masuk dari pintu gerbang. Rambut panjangnya dikuncir rendah, seragamnya rapi seperti biasa. Tapi ekspresinya... bukan seperti Elina yang ia kenal.Langkah Rio refleks maju.“Elina!”Gadis it

  • Istri Kecil Tuan CEO   PINTU YANG TERTUTUP

    Deru mobil yang berhenti di depan rumah nyaris tak terdengar oleh kedua orangtuanya yang tengah menyantap makan malam di meja makan bundar. Lampu gantung menggantung anggun di atas meja, aroma sup ayam mengepul hangat, tapi suasana rumah mendadak berubah saat suara langkah Elina terdengar terburu-buru di tangga marmer menuju lantai dua.Tanpa sepatah kata. Tak ada sapa. Tak ada tatapan. Hanya bayangan punggungnya yang hilang di tikungan tangga.Anita meletakkan sendoknya, menoleh ke suaminya yang ikut berhenti mengunyah. Mata mereka bertemu, dan keduanya tahu—ada sesuatu yang tidak baik sedang terjadi.“Elina,” panggil Anita dengan nada ragu. Tapi tak ada jawaban. Hanya bunyi pintu kamar yang dibanting pelan, namun cukup untuk membuat udara di rumah itu berubah hening dan penuh tanya.Di dalam kamarnya, Elina melempar tas ke sudut ruangan. Ia menarik hoodie-nya hingga menutupi wajah, lalu jatuh terduduk di lantai, bersandar ke sisi ranjang. Matanya masih sembab. Pipinya dingin karena

  • Istri Kecil Tuan CEO   DETAK JANTUNG YANG AKU SUKA

    Aroma telur dadar keju dan roti panggang menyambut Eliza begitu ia turun ke lantai satu. Di dapur, Nicholas sibuk menuang jus jeruk ke dua gelas bening di atas meja makan. Wajahnya tampak segar, rambutnya sedikit acak seperti baru selesai mandi.“Pagi, sayang,” sapa Nick tanpa menoleh.“Pagi,” balas Eliza pelan, duduk di kursinya.Ia melirik layar ponsel yang sejak tadi digenggam erat. Tidak ada pesan baru dari Rio. Tapi pesan semalam masih tersimpan di sana, membayangi pikirannya.Pikirannya berkecamuk. Siapa Lily sebenarnya? Apakah Lily adalah orang yang sedang dekat dengan Elina? Dan apa yang sebenarnya Rio tahu?“Telurnya saya kasih oregano, biar gak bosen,” kata Nicholas, menyajikan sarapan di hadapannya. “Kamu kelihatan lesu.”Eliza tersenyum kecil. “Agak sulit tidur tadi malam.”Nick duduk di kursi seberangnya, mengamati wajah istrinya dengan seksama. Eliza berusaha menghindari tatapannya dan mulai mengaduk-aduk potongan telur di piringnya.“Besok-besok jangan main ponsel terus

  • Istri Kecil Tuan CEO   AKU MAU BICARA JUJUR

    Hari itu, langit Jakarta tampak teduh, awan tipis menggantung tanpa ancaman hujan. Di halaman sekolah, aktivitas para siswa berjalan seperti biasa—riuh, cepat, dan penuh warna.Elina berjalan cepat menuju ruang OSIS dengan map di tangan, seragam putih abu-abunya tampak sedikit kusut karena tergesa-gesa sejak pagi. Rambutnya dikuncir seadanya, wajahnya tampak serius—ada beberapa hal yang harus ia siapkan untuk rapat evaluasi acara kemarin.Di tengah langkahnya, suara panggilan lirih menghentikannya.“Elina.”Ia menoleh. Di bawah pohon flamboyan dekat gerbang samping, berdiri sosok yang sudah akrab di matanya, Rio.Elina tersenyum kecil. “Hey. Pagi.”Rio mendekat, ragu-ragu sejenak sebelum berbicara. “Kamu sibuk nggak nanti sepulang sekolah?”“Ada rapat OSIS. Terus kayaknya lanjut beresin dokumentasi juga,” jawab Elina sambil mengecek jam tangannya. “Malam dikit baru kelar, kayaknya.”Rio tampak kecewa, tapi ia menyembunyikannya di balik senyum datarnya. “Oh… yaudah. Padahal aku mau nga

  • Istri Kecil Tuan CEO   WASPADA

    Suasana malam di ruang tengah terasa tenang. Hanya ada suara humidifier yang berdengung pelan dan aroma lavender dari diffuser yang biasa dipakai Eliza menjelang tidur. Di sofa, ia sedang memijat perlahan perutnya yang semakin membesar. Tangan kirinya menopang tubuh, sementara tangan kanan mengusap-usap perut, seolah menyapa bayi yang tengah tumbuh di dalam sana.Tiba-tiba, layar ponselnya menyala.Satu pesan masuk.Rio.Eliza mengerutkan kening. Sudah lama pria itu tak menghubunginya. Jantungnya berdetak pelan namun tak nyaman saat jempolnya menyentuh layar dan membaca isi pesannya:[ Apa kamu kenal seseorang namanya Lily? Hati-hati sama dia.]Eliza terdiam.Nama itu… terdengar asing. Tapi cara Rio menulisnya—singkat, tajam, dan serius—membuat Eliza langsung siaga.Ia menelan ludah dan buru-buru mengetik balasan.[ Siapa? Aku gak kenal orang namanya Lily.]Beberapa detik kemudian, balasan muncul:[ Cewek. Ngaku temen komunitasnya Elina. Belakangan sering bareng Elina. Tapi dia kayak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status