Share

Bab 7: Dilamar

Akram mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak cincin berwarna merah dengan desain yang indah.

Sudut mata Rayyana melirik sekilas. Dari kotaknya saja sudah terlihat sangat indah, apalagi isinya.

"Untuk siapa kak?“ tanya Rayyana penasaran.

Bukan menjawab pertanyaan istrinya, Akram malah mengulas senyum simpul nya.

Karena tidak dijawab, Rayyana pun menepuk dahinya sendiri. "Ah aku lupa, pasti cincin pernikahan Ustadz dengan Ning Zahro 'kan? Indah banget,“ ujar Rayyana menertawakan dirinya sendiri. Disini, ialah yang menjadi wanita pengganggu antara Akram dan Zahro.

Bunga mawar berjatuhan dari atas secara tiba-tiba. Di tengah danau, ada sebuah kalimat "Ana Uhibbuki Fillah“ yang artinya aku mencintaimu karena Allah. Ditambah dengan semilir angin membuat kesana romantis tercipta disana.

Tangan kekar Akram membuka kotak cincin yang sedaritadi ia pegang di depan Rayyana.

"Tiada kata paling indah selain Qobiltu. Tiada hati yang paling indah selain hatimu. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi di masa lalumu. Yang terpenting bagiku adalah kamu mau berubah dan memperbaiki hidupmu.“ ucap Akram membuat Rayyana terbelalak dan salah tingkah. Namun, ia berusaha menyembunyikan perasaannya.

'Paling cuma latihan untuk melamar Ning Zahro!' hatinya membatin.

"Althafunnisa Rayyana Harrison, maukah kamu menjadi partner di dalam hidupku? Bukan hanya sebatas suami dan istri, saya mau kamu menjadi teman serta sahabat surgaku. Saya tau, saya bukanlah manusia yang paling sempurna di dunia ini. Karena kesempurnaan semata-mata hanya milik Allah SWT. Izinkan saya untuk membimbingmu. Izinkan saya untuk menjadi imam di dalam hidupmu, ya Zaujati.“ lanjut Akram dengan lembut seraya meraih tangan mungil Rayyana.

Rayyana terdiam. Ini pertama kalinya ia mendapatkan lamaran secara tiba-tiba. Ia bingung harus menjawab apa.

Tanpa sepengetahuan keduanya, diam-diam Zahro mengamati dari balik pohon. Hatinya terasa diremas-remas. Sungguh, itu sangat menyakitkan. Melihat pria yang ia cintai duduk berdua bersama kekasih halalnya. Seharusnya, dirinya lah yang mendapatkan perlakuan itu dari Akram. Tapi, justru Rayyana yang mendapatkannya.

'Aku tidak sanggup dipoligami, ya Allah. Melihatnya tersenyum dan melamar wanita lain saja membuat hatiku sakit dan tidak ridho. Apalagi, kelak aku akan menjadi madunya' batin Zahro meremas ujung hijabnya.

Tak tahan melihat pemandangan di depannya, Zahro langsung pergi darisana dan menghubungi kedua orang tuanya. Ia ingin membatalkan rencana pernikahannya dengan Akram.

Kembali pada Rayyana, gadis itu masih terdiam dan bergelut dengan pikirannya sendiri. Sampai akhirnya, Akram berdeham dan menyadarkan Rayyana dari lamunannya.

"Ekhem... bagaimana dek? Tanganku sudah pegal nih!" ucapnya terkekeh pelan.

"Ja-jadi ini untukku? Bukan untuk Ning Zahro? Tapi mengapa? Bukankah setelah satu tahun, kita akan berpisah?“ cerca Rayyana melayangkan beberapa pertanyaan pada Akram.

"Siapa yang bilang kalau setelah satu tahun kita akan berpisah?“ tanya Akram balik. Ia masih dengan posisi yang sama, yaitu memegang cincin permata yang sangat indah dan unik. Sepertinya, hanya ada satu di dunia.

"Aku!“ jawab Rayyana singkat.

"Bukan saya 'kan? Saya menikahi mu untuk seumur hidup saya, kalau bisa sampai ke Jannah-Nya. Bukan hanya satu tahun, lagipula saya tidak ada pikiran seperti itu." timpal Akram menjelaskan.

"Tapi, aku sudah membuat perjanjian diatas kertas. Disana tertulis setelah setahun, kita akan berpisah!“ sahut Rayyana kesal.

Memang benar, tadi malam sebelum tidur. Rayyana memberikan sebuah surat pada Akram. Namun, Akram tidak menandatanganinya. Jangankan ditandatangani, dibaca saja tidak olehnya.

Senyuman simpul terbit diwajah tampannya. "Maksud kamu kertas ini? Lihatlah tidak ada tandatangan saya disana.“ ucap Akram dengan santainya. Bahkan, ia menyobek kertas tersebut menjadi kecil dan melemparnya ke tempat sampah.

"Sudah jelas bukan? Saya tidak menerima pernikahan kontrak, lagipula ketika saya mengucapkan kata 'Qobiltu' saya memiliki tanggungjawab terhadapmu. Dan itu berlaku SELAMANYA!“ lanjut Akram menekankan kata terakhirnya.

Rayyana terkejut. Ia mengira bahwa Akram akan menceraikannya dan memilih untuk bersama Ning Zahro. Tapi, ternyata Akram justru memilih dirinya. "Lantas bagaimana dengan Ning Zahro?“ tanya Rayyana penasaran.

"Ning Zahro? Beliau bisa memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya." jawab Akram dengan wajah datar, namun terkesan santai.

"Kalau boleh jujur, aku ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi. Cita-cita ku ingin menjadi seorang dokter, apakah Ustadz akan mengizinkanku untuk menggapainya?“ tanya Rayyana memberanikan diri untuk menatap mata elang suaminya.

Akram terdiam. Di keluarganya, jika seorang wanita sudah menikah, mereka tidak boleh mengejar pendidikan di kelas umum. Dengan kata lain, bercampur antara laki-laki dan perempuan.

Melihat suaminya terdiam, kini Rayyana mengerti bahwa ia tidak diizinkan untuk mengejar cita-cita nya. "Tidak boleh 'kan? Konyol sekali diriku yang berharap lebih!" tukas Rayyana menertawakan dirinya sendiri.

"Saya izinkan, tapi ada syaratnya.“ ucap Akram membuat Rayyana tersenyum riang.

"Serius Ustadz? Apa syaratnya?" tanya Rayyana dengan sangat antusias.

Melihat istrinya begitu menggemaskan membuat Akram tertawa kecil. "Pertama, jangan panggil saya Ustadz, panggil dengan 'kak'. Kedua, terimalah cincin ini sebagai simbol pernikahan kita. Ketiga, jika kamu mau melanjutkan pendidikan dokter, maka kamu harus menjadi hafidzoh terlebih dahulu, ditambah harus hafal seribu hadis dan tidak boleh berkhalwat!Bagaimana, kamu sanggup melaksanakan tiga syarat itu?“ tanya Akram menaikkan sebelah alis tebalnya.

Mata Rayyana membulat sempurna mendengar syarat ketiga dari suaminya. "Bagaimana aku bisa melakukannya dalam waktu enam bulan? Sedangkan aku masih baru di pesantren ini!" tanya Rayyana bingung disertai wajah polos yang amat menggemaskan.

Sungguh, wajah polos Rayyana membuat Akram gemas sendiri. "Untuk apa ada suamimu ini dek? Saya bisa membimbingmu. Setelah kelas berakhir, kamu harus setoran kepadaku, minimal tiga lembar ditambah satu hadis, perhari!“ jawab Akram membuat Rayyana bergidik ngeri.

Mendingan dirinya setoran kepada Umi Laila atau kak Aulia, daripada bersama dengan suaminya ini. Awalnya, Rayyana mengira bahwa Akram akan dingin kepadanya seperti waktu itu. Tapi, dugaannya sepenuhnya salah.

"Kalau aku gak bisa?“ tanyanya lagi.

Akram tersenyum smirk. "Maka saya akan mengambil hakku satu persatu!" jawabnya santai sembari menyematkan cincin dijari manis istrinya.

Rayyana bergidik ngeri mendengar jawaban Akram. "Aku setoran ke Umi atau Mbak Aulia aja deh!" timpal Rayyana dengan wajah pucat pasi.

"Maka, saya tidak akan mengizinkanmu untuk berkuliah di kedokteran! Syaratnya harus setoran ke saya atau tidak sama sekali?“ sahut Akram mengedikkan bahunya.

"Wajib?“

"Iya!“ jawab Akram singkat.

"Boleh dikurangi gak, kak? Satu kembar gitu?“ tawar Rayyana menautkan jemarinya.

"Tidak! Minimal tiga lembar, boleh lebih, tidak boleh kurang!“ jawab Akram menggelengkan kepalanya.

"Terus kalau kakak sibuk bagaimana?“ tanya Rayyana lagi. Ia masih memikirkan cara agar Akram mau mengurangi setorannya.

"Sesibuk apapun diriku, saya pasti akan menyempatkan waktu untukmu." jawab Akram menatap intens istrinya. "Yasudah, mari kembali ke ndalem. Takutnya, Umi akan mencari kita berdua." ajak Akram menggenggam kembali tangan istrinya.

*****

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Kholilah
kapan lanjut kak
goodnovel comment avatar
Rieke Nazlatul uzma
lanjut dong kak
goodnovel comment avatar
Nuriyah Alfina
lanjut dong kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status