"Aku berharap kau datang menghadiri acara yang akan kami adakan untuk Jihan," ujar Mikhaela pelan sambil menatap wajah Angga.
"Tentu saja aku akan datang," jawab Angga pelan.Kemudian Angga mulai bertanya-tanya kepada Mikhaela siapa suami Jihan, dan mengapa mereka menikah secepat itu. Sebab, selama ini ia tidak pernah mengetahui kalau Jihan memilih pacar ataupun sudah memiliki calon suami.Sontak membuat Mikhaela bingung harus menjawab apa. Kemudian dia menjelaskan bahwa Jihan memang tidak berpacaran dengan pria itu, dan mereka langsung menikah karena ta'aruf."Ya sudah kalau begitu, aku berpamitan pulang dulu, kasihan Jihan tidak ada yang menemani di rumah. Kamu tahu, 'kan dia itu sudah aku anggap seperti adik sendiri jadi aku akan selalu menemaninya," pamit Mikhaela pelan."Baiklah silahkan kamu pulang!" sahut Angga.Setelah Mikhaela pergi dari sana, Angga melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda tadi, sambil terus memikiJihan langsung bergegas pergi dari sana menuju kamar tamu. Hal itu membuat Angga sedikit berpikir. Sebab, mengapa wanita muda itu berlari ke arah kamar tamu. Kalau dilihat-lihat, Jihan tadi ingin berganti baju. Namun, kenapa ke arah kamar tamu? Bukan ke kamar pembantu yang ada di belakang dapur?Angga merasa ada yang janggal dalam hal ini. Pikirannya mulai melayang-layang entah mengapa, dan tebersit dalam pikirannya kalau Jihan menjadi simpanan Abraham."Tidak mungkinlah, karena aku tau Abraham orangnya seperti apa. Dia itu sangat mencintai Mikhaela," gumam Angga pelan.Abraham dan Mikhaela menghampiri Angga sehabis mengantar Ghina keluar tadi. Kemudian, keduanya duduk dihadapan pria muda itu."Mikhaela, kenapa tidak mengganti bajumu terlebih dahulu," ucap Angga sambil melemparkan bantal tepat ke paha wanita itu.Mikhaela tersenyum, kemudian dia bergegas pergi dari sana menuju kamar tamu. Sebab, ia ingin melihat keadaan Jihan se
Qaina sangat terkejut mendengar ucapan Abraham yang mengatakan kalau Jihan tengah mengandung. Sedangkan Jihan, hanya diam dan memejamkan kedua mata. Sebab, takut pernikahannya dengan pria itu terbongkar."Hamil? Apa Jihan sudah menikah?" tanya Qaina sambil menatap wajah Jihan.Abraham diam, karena dia keceplosan tadi. Kemudian mencari alasan agar sang tante tidak curiga."Jihan, katakan! Kau sudah menikah?" tambah Qaina."Iya Nyoya, saya sudah menikah," jawab Jihan gugup.Qaina langsung memegang tangan Jihan, kemudian menatap wajah wanita muda itu dan mereka berdua saling menatap satu sama lainnya."Siapa suamimu? Mengapa masih bekerja kalau kau hamil?" tanya Qaina penuh selidik.Jihan gugup sampai mengeluarkan keringat dingin, kemudian Abraham menarik tangan sang tante, sehingga wanita paruh baya itu melepaskan tangannya dari tangan Jihan."Kenapa sih kamu!" bentak Qaina."Tante, sebenarnya suami Jihan
Abraham dan Jihan langsung menoleh, karena takut mendengar ucapan Mikhaela yang baru saja tiba. Kemudian wanita itu menghampiri mereka dan duduk tepat di samping Jihan."Apa yang diucapkan Jihan itu benar Mas, kamu itu tidur di dalam kamar bersama aku saja! Karena di sini pasti akan sangat panas," ucap Mikhaela pelan."Kenapa seperti itu? Saya tidak bisa membiarkan Jihan tidur sendirian sebab, takut dia kenapa-napa. Apalagi kamar ini sangat jauh dari kamar yang lain," sahut Abraham.Mikhaela hanya diam, sebab sang suami sama sekali tidak mau tidur bersamanya, kemudian ia bergegas pergi dari sana dengan keadaan marah.Sedangkan Jihan, langsung memakan makanannya sampai habis karena jika dia menasehati Abraham, maka pria itu akan memarahinya jadi dia lebih memilih untuk diam.Setelah selesai makan, Jihan duduk di bibir ranjang sebab merasa sangat kenyang. Sedangkan Abraham masih duduk di lantai karena pria itu merasa sangat panas. Namun, di
Jihan sangat terkejut melihat Qaina ada di hadapannya. Padahal tadinya tidak melihat wanita itu datang, untungnya wanita paruh baya itu tidak mendengar ucapannya saat membicarakan tentang Abraham tadi."Kenapa hanya diam? Ayo jawab Jihan?" tanya Qaina lagi."Bukan seperti itu Nyonya, maksudnya kalau ada suami saya pasti dia akan melihat saya memakai baju seksi," jelas Jihan.Qaina merasa sangat janggal akan jawaban dari Jihan, namun dia tidak ingin mempertanyakan hal itu lagi. Sebab ia tidak boleh terlalu ikut campur dalam kehidupan wanita muda itu.Kemudian dia bergegas pergi dari sana sebab ingin melakukan olahraga pagi seperti biasa saat ia berada di Jepang, entah mengapa firasatnya mengatakan keluarga Abraham sedang tidak baik-baik saja mereka menyembunyikan sesuatu dari publik.'Entah masalah besar apa yang telah disembunyikan oleh Abraham, Mikhaela dan juga Jihan, aku merasa sangat janggal akan hal ini semua. Tapi aku haru
Abraham langsung melemparkan bantal pada Seem yang meledeknya, berbicara seolah-olah adalah sang istri. Pria itu langsung menghampiri sang-bos dan memberikan obat yang dibeli dari apotek."Suamiku, apakah kamu ingin aku layani?" tanya Seem yang memperagakan seperti seorang wanita."Saya masih normal ya!" seru Abraham.Seem tertawa lepas, kemudian membantu sang bos minum obat. Setelah itu, Abraham meminta agar pria itu mengambil alih perusahaan untuk beberapa hari. Sebab, ia tidak sanggup ke kantor dalam keadaan seperti ini."Anda tenang saja! Aku akan menjaga perusahaan ini seperti yang Bos lakukan," janji Seem."Terima kasih Seem, saya pulang dulu ya," pamit Abraham.Seem menganggukkan kepala, kemudian Abraham bergegas pergi dari sana dengan bantuan supir. Sebab, ia kesulitan berjalan, karena kepalanya pusing sekali.Setelah sampai di rumah, Abraham diantar oleh supir ke ruang tamu. Sontak saja membuat Qaina terkejut sa
Qaina terus menatap wajah pria yang menabrak Jihan, karena dia sama sekali tidak mengenali pria itu. Sedangkan Jihan hanya menganggukkan kepala."Maaf ya, aku tadi tidak sengaja menabrakmu," ujar Angga lembut."Tidak apa-apa Ngga, aku tidak terluka kok," sahut Jihan pelan.Angga tersenyum kemudian bergegas pergi dari sana. Sebab, ada yang harus dibeli sekarang. Sedangkan Jihan dan Qaina masih di depan tadi.Qaina mulai bertanya-tanya pada Jihan, kenapa bisa mengenali pria tadi dan wanita hamil itu menjelaskan semua sampai Qaina paham betul.Setelah itu mereka bergegas pulang. Sebab, Jihan sudah merasa lelah. Bahkan, wanita muda itu tertidur di dalam mobil.Membuat Qaina merasa bersalah membawa wanita hamil itu berkeliling mall. Namun, semua ia lakukan untuk membeli semua barang-barang yang disukai oleh Jihan."Semua belanjaan ini aku beli untuk Jihan, sebagai hadiah perpisahan. Karena lusa aku akan kembali ke Jepang meng
Abraham dan Jihan saling menatap kemudian mereka menoleh ke arah Mikhaela yang baru saja tiba, dan pria itu menjelaskan mengapa ia ingin mengantarkan istri mudanya untuk memeriksakan kandungan.Namun, Mikhaela tetap tidak terima dan ia ingin mengantarkan Jihan seperti biasanya. Sebab, dia tidak mau jika sang suami dan madunya semakin dekat dan dirinya semakin dilupakan.Abraham terpaksa menuruti keinginan sang istri, karena ia tidak ingin istri pertamanya itu berpikir yang bukan-bukan. Padahal, dia ingin sekali melihat perkembangan anaknya. Namun, tidak bisa."Ya sudah kalau begitu kalian berdua, hati-hati perginya. Nanti minta antarkan sopir, setelah itu langsung pulang ke rumah. Jangan pergi ke mana-mana!" pesan Abraham."Baik Mas, kami setelah memeriksakan kandungan langsung pulang, tidak kemana-mana lagi," sahut Mikhaela.Abraham tersenyum, kemudian dia bergegas pergi dari sana. Sedangkan Jihan hanya diam saja, karena ia melihat sepe
Sontak saja membuat Mikhaela langsung terdiam, kemudian dia membawa Jihan masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Wanita itu mulai menjelaskan kenapa sikapnya berubah.Jihan merasa tidak puas akan jawaban dari Mikhaela. Sebab, ia berpikir bahwa wanita itu memang benar tidak menyukainya. Jadi dengan menjelaskan hal seperti itu sama saja tidak merubah suasana hatinya yang tengah gundah gulana."Jihan, kamu tahu, 'kan kita sudah lama mengenal? Bahkan, hampir 20 tahun lebih. Jadi tidak mungkin aku membencimu hanya karena itu. Lagi Pula memang aku yang memintamu menikah dengan mas Abraham, kenapa sekarang mempermasalahkannya," terang Mikhaela.Jihan hanya menganggukan kepalanya dan berpura-pura percaya dengan penjelasan Mikhaela. Padahal, ia sama sekali tidak percaya akan penjelasan wanita itu.Namun, dia harus berpura-pura agar bisa lebih mendapatkan bukti yang jelas bahwa memang Mikhaela tidak menyukainya."Oh ya, aku lupa mengatakan padamu,