Home / Rumah Tangga / Istri Kedua yang Diinginkan / Part 2. Rencana yang Ditolak 

Share

Part 2. Rencana yang Ditolak 

Author: Loyce
last update Huling Na-update: 2024-05-02 19:31:48

“Melahirkan anak untuk Ibu?” Sinar mengeluarkan suaranya dengan bergetar. 

Tatapannya tak lepas dari wajah cantik Talita. Otaknya terasa tak bisa diajak bekerja sama untuk mengurai segala macam penawaran Talita. Melahirkan anak untuk orang lain? Bagaimana mungkin? 

“Menjadi ibu pengganti, sewa rahim, atau apa pun itu sebutannya.” Talita kembali bersuara. “Dengan cara bayi tabung.”  

Sinar kali ini merasakan jantungnya berdetak tak karuan. Kerja sama macam apa yang sedang ditawarkan oleh Talita kepadanya? Dia bahkan belum menikah dan belum memiliki anak. Dia belum tahu bagaimana rasanya hamil dan melahirkan. Lalu sekarang tiba-tiba seseorang menawar rahimnya dengan imbalan pengobatan adiknya. 

Tidak! Sinar tidak bisa melakukannya. Dia tahu kondisinya sekarang ada dalam masa ‘kritis’ dan membutuhkan bantuan, tetapi bukan jenis bantuan dengan harga semahal itu.

Sinar menggeleng. “Maaf, Bu. Saya tidak bisa melakukannya.” Sinar menolak cepat. 

Dia menatap Talita dengan tegas menunjukkan kesungguhannya. Masih ada cara lain yang lebih baik untuk mendapatkan uang dibandingkan dengan melakukan sesuatu di luar nuraninya. 

“Kenapa kamu menolak di saat kamu tahu kondisi adikmu semakin melemah dan membutuhkan pertolongan?” Talita berucap lugas tanpa basa-basi. “Saya sudah mendengar semuanya dari Arkana dan kamu membutuhkan biaya cukup banyak untuk mengulur waktu agar adikmu bisa bertahan.” 

Kebimbangan lantas menyerang pikiran Sinar dan terlihat dalam tatapan matanya. Dia tampak tidak fokus. Talita menyeringai ketika dia merasa berhasil memengaruhi Sinar. 

“Sinar, seharusnya kamu lebih bijak dalam mengambil keputusan. Dia adalah adikmu satu-satunya, ‘kan? Dibandingkan dengan penyakitnya yang sekarang menggerogoti tubuhnya, penawaran saya cukup mudah untuk kamu lakukan.” 

Perempuan kaya seperti Talita ini pastilah akan sangat mudah mengorek informasi yang dibutuhkan. Terlebih lagi dokter yang menangani adik Sinar adalah orang yang dekat dengannya. Sinar menutup bibirnya rapat. Segala ucapan yang dilontarkan oleh Talita adalah sebuah kebenaran. 

Akan tetapi, tidak benar kalau dia harus melakukan ‘pekerjaan’ tersebut demi uang. Jika orang tuanya masih hidup, mereka juga pasti akan melarangnya. 

“Apa tidak ada pekerjaan lain yang bisa saya lakukan selain itu, Bu?” tanya Sinar dengan suara bergetar, “saya memiliki pendidikan baik dan lulus dari universitas.” 

“Kesempatan tidak datang dua kali, Sinar.” Talita tidak memberikan jawaban kepada Sinar atas pertanyaannya. “Kamu harus pahami satu hal, pengobatan adikmu tidak hanya cukup 500 juta. Kamu bahkan membutuhkan dua kali lipatnya. Sebelum saya memberikan penawaran itu, saya sudah bertanya banyak kepada Arkana.” 

“Apa Dokter Arkana yang memberikan ide ini?” Sinar tiba-tiba saja memicingkan matanya. Jika jawabannya iya, dia benar-benar tidak terima. 

“Tidak. Saya datang menemuimu atas inisiatif sendiri. Jadi, pikirkan. Ya, atau tidak. Setelah kita keluar dari rumah sakit ini, maka semua penawaran itu sudah tidak berarti lagi.” 

Demi Tuhan, Sinar tampak begitu bimbang dengan keputusan yang akan diambilnya. Biaya pengobatan adiknya semakin lama semakin meningkat sejalan dengan kondisinya yang memburuk. Jika dua kali lipat dari biaya operasi, itu artinya dia harus memiliki 1 milyar. 

Ingat! 1 milyar bukan jumlah yang sedikit dan bahkan dia tidak akan mampu mengumpulkan uang sebanyak itu selama hidupnya. 

Talita tidak tampak tergesa ketika menunggu keputusan Sinar. Dia dengan tenang memberikan waktu kepada gadis itu untuk berpikir. Talita seolah paham jika Sinar akan menerima penawarannya. 

Benar saja, setelah berpikir beberapa saat, Sinar akhirnya kembali bertanya tentang sewa rahim. “Bagaimana efek samping ketika saya melakukan itu?” Sinar buta tentang masalah ibu pengganti. “Saya belum menikah dan belum pernah memiliki anak.” 

“Tidak ada efek samping. Jika memang kamu bersedia, kita akan bertemu dengan dokter agar dokter bisa menjelaskan lebih lanjut.” 

Demi Tuhan, Sinar masih enggan menerima penawaran tak masuk akal tersebut. Namun, dia juga tak kuasa jika harus melihat adiknya meregang nyawa. Dia adalah seorang kakak, bukankah sudah sewajarnya kalau dia harus berkorban? 

Ragu, Sinar mengangguk. “Bisa kita bertemu dengan dokter untuk menjelaskan tentang itu, Bu?” 

“Dengan senang hati. Ayo, kita temui dokter sekarang.” 

Sinar berjalan di belakang Talita dengan keraguan menggantung di setiap langkah kakinya. Segala pertanyaan muncul di dalam kepalanya dengan berisiknya. Bahkan ketika dia masuk ke dalam ruangan dokter pun, dia hanya mendengarkan penjelasan dokter tersebut dengan seksama. Intinya, itu tidak melibatkan hubungan badan atau apa pun. 

“Bagaimana, Sinar? Keputusan ada di tanganmu. Kalau memang kamu menyayangi adikmu, maka harusnya kamu bersedia bekerja sama dengan saya.” Talita mengatakan itu ketika mereka sudah keluar dari ruangan dokter. 

Tangan Sinar membulat kencang dan mengangguk kecil penuh keraguan. “Ya, saya bersedia membantu Ibu. Tapi, saya meminta agar Ibu tidak mengingkari janji Ibu. Ibu akan menanggung semua biaya pengobatan adik saya.” 

“Saya pantang mengingkari janji yang sudah saya buat.” Talita lagi-lagi menarik sudut bibirnya. “Sekarang, ikutlah bersama saya. Kita akan menyelesaikan perjanjian itu hari ini juga.” 

Sinar merasa tidak memiliki pilihan lain ketika dia terdesak dengan kebutuhan yang begitu besar. Banyak orang di luar sana yang melakukan apa pun demi keluarga yang dicintainya. Dia sekarang sedang melakukannya. 

Lantas satu jam setelah itu, Sinar dan Talita sudah berada di sebuah rumah mewah. Sinar hanya seperti patung hidup yang bersedia dibawa ke sana-kemari oleh orang yang baru dikenalnya. Ketakutan dan kebimbangan bercampur menjadi satu di dalam hatinya.  

“Duduklah.” Talita mempersilakan Sinar duduk di sofa mewah ruang tamu setelah masuk ke dalam rumah besar tersebut. Talita masuk lebih dalam sebelum keluar kembali bersama dengan seorang lelaki yang Sinar yakin itu adalah suaminya. 

Sinar mengetahui nama lelaki itu adalah Praba setelah mereka berkenalan secara singkat. Lantas Talita bersuara untuk membagi hasil dari rencananya kepada sang suami. 

“Ada hal yang ingin aku bicarakan kepada Mas.” Talita mengawali obrolan. “Ini tentang anak.” Rahang Praba seketika tampak menguat. Namun, tidak ada tanggapan apa pun yang keluar dari mulutnya. 

“Mas, kita tahu aku nggak bisa hamil karena kondisi rahimku yang tidak kuat. Aku tadi bertemu lagi dengan dr. Wahyu dan dia memberikan opsi lain agar kita bisa memiliki anak.” Talita tersenyum. “Yaitu dengan cara meminjam rahim seseorang.”

“Apa?” Praba tampak menunjukkan keterkejutannya. “Kamu gila?” Ekspresi lelaki itu kaku luar biasa. 

“Aku serius, Mas. Dan itulah kenapa ada Sinar di sini. Dia yang akan meminjamkan rahimnya untuk kita. Dia bersedia hamil anak kita.” Talita memasang senyum penuh arti. 

Hal itu berbeda dengan Praba yang tampak menahan amarah. Lelaki itu bahkan menatap Sinar dan Talita bergantian dengan penuh emosi. Praba pasti tidak pernah menyangka kalau istrinya akan memiliki ide sejauh ini untuk mendapatkan anak. 

“Mas … ini adalah jalan satu-satunya ….”

“Tidak!” jawab Praba tegas, “saya tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti itu dengan alasan apa pun.”

*** 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Agus Roma
Disaat kepepet untuk uang yang sangat banyak harus rela berkorban buat adik
goodnovel comment avatar
Enang Ayong Enang Ayong
ya bersukur ada yg mau ngasih rahim kedua. hehhh
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 125. End

    Halaman belakang rumah besar Praba dipenuhi keceriaan yang luar biasa. Askara, Bhumi, dan Cherry berdiri di depan panggangan barbeque sambil sesekali saling menyenggol. Namun, kali ini tidak ada yang mencoba untuk melerainya.Para pekerja juga membantu mereka memanggang banyak makanan. Aroma makanan menguar tiada henti. Begitu nikmat luar biasa. Cherry pergi lebih dulu, lalu duduk dan bergabung dengan kedua orang tuanya.“Makan dulu, Bos.” Begitu katanya kepada sang ayah juga ibunya. “Ayo, Bunda makan dulu. Mengobrol juga butuh tenaga.”Ya, tidak ada yang salah dengan panggilan Cherry karena di sana memang ada Talita. Setelah obrolan Talita dan Sinar saat itu, hubungan dua perempuan itu lambat laun membaik. Mereka menekan ego mereka demi Askara.Begitu juga dengan Praba dan anak-anak mereka. Bhumi dan Cherry bahkan ikut-ikutan memanggil Talita dengan bunda. Jika dalam kondisi yang lalu, Talita pasti akan merasa keberatan, tetapi sekarang tentu berbeda. Dia bahkan merasa memiliki tiga

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 124

    “Sebagai seorang ibu, kita adalah dua orang yang sama-sama menyayangi dan mencintai Askara. Dia memintaku untuk mempertimbangkan agar kita bisa berdamai.”Talita secara pribadi datang ke rumah Sinar dan membicarakan masalah tersebut setelah dia berpikir secara terus menerus. Dia menarik garis ke belakang dan memikirkan tentang masa lalu yang sudah terjadi. Jika dia menyalahkan Sinar sepenuhnya dan menganggap perempuan itu salah, maka itu tidak benar.Sinar dulu juga seorang korban. Dia juga perempuan yang sudah memberikan cintanya dengan penuh kepada Askara. Tidak sekalipun dia merasa terganggu dengan kehadiran putranya tersebut.“Selama ini saya tidak pernah ingin berseteru dengan Ibu secara terus menerus. Hanya saja, Ibu masih menganggap saya adalah orang yang harus Ibu musuhi.” Itu adalah jawaban yang diberikan oleh Sinar. “Melihat bagaimana hubungan kita selama ini, saya yakin itu menjadikan tekanan sendiri bagi Askara. Itulah kenapa dia ingin melihat kita berdamai.”Sinar menging

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 123

    “Abang nggak jadi ke luar negeri, Ma.”Sinar yang sedang membuatkan sandwich untuk Askara itu segera mendongak menatap putranya yang tengah duduk di stole bar. Anggota keluarganya yang lain sedang sibuk sendiri-sendiri dan hanya ada Sinar dan Askara saja di sana.“Abang bicara banyak dengan Bunda. Bunda pun mengerti tentang keinginan Abang. Kalaupun toh nanti misalnya Abang ingin sekolah di sana, itu atas dasar keinginan Abang sendiri. Tapi, sampai sekarang, Abang belum ingin. Abang masih lebih suka di negeri sendiri.”Sinar meletakkan sandwich-nya ke atas piring lalu meletakkan di depan Askara. “Mama senang mendengar itu.” Perempuan itu duduk di samping putranya dan menemani makan.“Abang berharap, Mama dan Bunda bisa berbaikan.”Kalimat itu membuat Sinar segera menoleh ke arah putranya. Tatapan remaja itu penuh pengharapan. Dia tampaknya ingin melihat kedua orang yang disayanginya tidak lagi berselisih paham. Askara tentulah tahu jika sebenarnya yang selalu membuat masalah antara ke

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 122

    Untuk pertama kalinya, Askara menghadiri acara keluarga Talita. Dia berusaha berbaur dengan keluarganya yang menerima Askara dengan sangat baik. Nenek dan kakeknya begitu bahagia melihat cucunya akhirnya datang dan berumpul dengan keluarga.“Nenek senang kamu ada di sini.” Askara menoleh dan mendapati seorang perempuan tua yang tampak masih begitu sehat. Tentu jika bersama dengan nenek dan kakeknya bukan pertama kalinya mereka bertemu, hanya saja dia selalu menolak untuk hadir ketika acara-acara seperti ini dilakukan.“Nenek sudah makan?” tanya Askara mencoba untuk perhatian. “Aku lihat, sejak tadi hanya mondar-mandir ke sana-kemari. Nenek harus menjaga kesehatan.”Perempuan tua itu tersenyum lembut. Menarik tangan Askara, lalu menggenggamnya. “Nenek senang kalau cucu-cucu Nenek berkumpul seperti ini, hati Nenek terasa bahagia sekali.”Askara menatap langit yang mucul sekumpulan bintang-bintang. Indah sekali. Sayangnya ini bukan bulan purnama. Jika bulan purnama, sekarang ibunya pasti

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 121

    Kedua tangan Askara maupun Talita penuh dengan barang belanjaan. Talita benar-benar membeli banyak barang untuk dirinya sendiri dan juga Askara. Setelah keluarga bersama dengan Talita, melepaskan segala beban yang selama ini dirasakan, Askara sedikit luluh dengan sikap ibunya.“Terima kasih. Abang sudah bersedia berjalan-jalan dengan Bunda.”Mereka sudah sampai di rumah dan sama-sama melepas lelah dengan duduk di sofa. Askara segera membaringkan tubuhnya di sofa dan memeluk bantal sofa. Memainkan ponselnya sebentar sebelum meletakkannya kembali.“Kalau ngantuk, naik gih, tidur di kamar.” Talita menepuk kaki Askara, lalu mengelus pelan kaki tersebut.“Aku di sini aja. Jendelanya biarin kebuka aja, Bun. Nggak usah pakai AC.” Askara menutup matanya setelah itu. Dia sepertinya benar-benar lelah luar biasa.Talita membuka jendela-jendela lebar itu agar angin bisa masuk. Membuat Askara menjadi nyaman luar biasa. Lelaki itu segera saja terlelap dalam tidurnya. Jika Askara sudah memutuskan un

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 120

    “Cerita Tante ternyata cukup rumit.” Tanggapan Bastian setelah itu. Menatap Askara setelah itu. “Bagaimana tanggapan lo tentang itu, Askara?”Askara menanggapi santai. “Gue udah pernah cerita itu dari Papa. Nggak beda jauh. Hanya beda sudut pandang.”“Papamu menceritakannya?” Talita mengernyit, lalu dia mengingat sesuatu. “Apa karena saat Bunba minta kamu bertanya tentang waktu itu ….”“Ya.” Askara memotong ucapan ibunya. “Papa sudah cerita semuanya.”“Lalu, apa tanggapanmu?” tanya Bastian lagi. “Menurut gue, ini terlalu rumit.”“Kehidupan orang tua selalu rumit dan gue benci itu.” Askara menarik napasnya panjang. “Bukankah keegoisan mereka sehingga membuat gue harus berada dalam masalah? Harus memilih di antara dua ibu.” Askara tersenyum kecil. “Percayalah, itu sangat menyebalkan.”Akhirnya, Askara mengungkapkan isi hatinya yang terpendam. Sejak kecil dia harus ditarik ke sana-kemari untuk hidup dan tinggal bersama mereka. Dia kesal luar biasa.Ruangan itu seketika hening karena keju

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status