Share

bab 6

Author: Author Rina
last update Last Updated: 2025-07-30 16:52:34

“Ono opo to Bu?”tanya Nur yang kaget mendengar teriakkan Ibunya.

“Iki Lo, la kok mahal banget. Masa harganya 500 ribu,” jawab ibu dengan wajah kaget.

“Oalah, Bu. Mbok Ojo deso to. Namanya juga di mall,” ucap Nur.

Sementara aku hanya tersenyum melihat tingkah mertuaku.

Tiba-tiba seorang wanita berpakaian khas pegawai mall mendekat.

“Maaf, Bu kalau mau minta-minta jangan di sini ya. Ini mall bukan pasar!”

What?

Aku segera mendekat, ini tak bisa dibiarkan.

“Loh kami ini mau beli je mbak, bukan mau minta-minta,” ucap Nur.

“Aduh, mending kalian ke pasar saja deh. Di sana mahal-mahal!”

Kutatap wajah SPG itu, ada tenaga penjual seperti itu.

“Ada apa mbak?”tanyaku pada pelayan tadi.

“Ini loh mbak, la wong dari pakainya aja deso. Kotor dan bau, la kok bisa-bisanya masuk mall sini. Kan gak ngenakin penununjung,” jawab SPG itu menghina.

“Ibu sama Nur mau baju yang mana?”tanyaku to the poin tanpa melihat wajah SPG tadi

“Ndak usah nak Miranda, mahal,” jawab Ibu sungkan.

“Gak papa, ibu pilih saja semua yang ibu dan Nur mau!”

Nur sumringah.

“Bener mbak?”tanya Nur.

“Iya pilih saja.”

Nur segera menarik tangan Ibu.

“Ayo Bu kita pilih-pilih.”

“Mbak gak usah kwatir, mereka itu saudara saya,”’ucapku.

“Tapi mbak, yakin bisa bayar. Itu banyak loh.”

Kusipitkan Mataku, kok ada pelayan seperti ini.

“Jangankan baju mbak, mulut mbak juga bisa aku beli. Kes lagi tak kredit,” jawabku jengkel lalu kemudian pergi. Awas saja aku akan adukan perbuatan nya pada manager mall ini.

“Ada kartu member?” tanya kasir saat aku akan membayar belanjaan.

“Gak mbak.”

Kasir itu mengangguk dan menghitung belanjaan kami. Ibu menutup mulut saat tau berapa habis belanjaan kami.

“Wah tiga juta,” matanya melotot.

“Tu kan mahal, awas ya barang sudah dibeli gak bisa dikembalikan!”

Kutoleh sumber suara tadi yang ternyata milik si SPG tadi. Heran deh sama ni cewek, dia ada dendam apa sih sama keluarga mertua.

Segera aku keluarkan kartu kredit tanpa limit milikku.

“Ini mbak.”

Kasir itu tampak bingung, sepertinya memang baru aku di sini yang membayar pakai kartu kredit.

“Maaf, apa ada uang kes mbak. Atau pakai ATM juga bisa,” ucap salah seorang kasir.

“Loh kan itu tinggal gesek mbak. Saya kebetulan gak bawa uang kes,” jawabku.

Mereka berbisik sebentar hingga datang seorang lelaki muda berpakaian rapi yang menolong. Aku perkirakan dia manager mall.

Alhamdulillah acara belanja akhirnya selesai dan kamipun segera pulang. Beruntung juga kami mendapatkan tumpangan saat turun di jalan besar untuk pulang ke rumah.

“Wah Lek Darti sekarang kaya ya. Bisa beli baju di mall. Elias memang pintar cari istri,” ucap sopir pik up yang kami tumpangi.

“Iya, Di. Alhamdulillah aku punya menantu baik dak seperti menantu kota yang lain,” jawabnya.

“Iya Lek, jenengan beruntung. Sudahlah mbaknya cantik, baik pula.”

Ya ampun , jadi melayang aku.

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, kami sampai di rumah. Nur langsung mencoba baju yang tadi dia beli.

“Wah seumur-umur baru kali ini aku pakai baju sebagus ini, mbak,” ucap Nur dengan ekspresi sumringah.

“Iya, Ndok. Ini juga ibu baru kali ini pakai gamis di hari Lebaran. Biasanya Ibu pakai bekas Mbok De Saminah.”

Mata ibu berkaca-kaca, sementara aku . Ya Tuhan tak tau harus berkata apa. Dari kecil aku tak pernah kekurangan. Baru kali ini aku tahu ada orang-orang kekurangan begini.

“Nek begini, besok kita pasti di undang ke acara Yasinan besok, Bu,” celetuk Nur.

Eh, bukannya acara keagamaan itu semua di undang. Bahkan di elu-elukan untuk datang. Masa iya karena miskin gak diundang.

“Loh bukannya kalau acara Yasinan itu semua boleh datang ya?” tanyaku,” keknya sih,” lanjutku bergumam. Karena aku juga gak pernah datang ke acara seperti ini.

“Ya harusnya begitu, mbak. Tapi nyatanya tidak dengan kami.” Nur menunduk sedih.

“Memangnya gimana Nur?”tanyaku penasaran.

“Ya karena kami miskin mbak, makanya kami gak..”

“Nur, sudah. Gak baik bicara seperti itu. Sudah nasib kita jadi orang gak punya,” tegur Ibu yang membuat Nur tak melanjutkan ucapannya.

“Ya udah. Kapan acara Yasinan? Nanti kita datang, nanti mbak ikut. Kalau ada yang macam-macam biar mbak yang jawab,” ucapku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 35

    "Yo wis Bu kalau begitu Aku bersihkan dulu habis itu kita goreng. Mbak mau digoreng seperti apa? Mau disambel atau digoreng gitu aja?" Nur menatapku. "Goreng pakai tepung aja Nur biar rasanya lebih crispy.""Ouh tepung bumbu ya mbak?"Aku menggangguk," ada gak tepungnya, kalau nggak biar aku beli di warung."Nur mencari-cari bumbu itu dan ternyata tidak ada. "Weh gak ada je, mbak.""Yo wis kalau begitu aku ke warung sebelah dulu.""Nggak papa kan Mbak sendirian?"Aku menggangguk, tinggal di sini beberapa Minggu aku sudah hapal jalan. Lagi pula warungnya juga tidak terlalu jauh._Suasana sore di kampung ini cukup syahdu. Embun tipis mulai turun, udara dingin menyentuh tulang. Anak-anak kecil dengan berpakaian muslim berjalan menuju ke sebuah sungai kecil di ujung kampung. "Mau ke mana?"tanyaku. "Mau ngaji Mbak."Aku menatap ke arah dompet dan ternyata aku memiliki beberapa Uang pecahan rp10.000 ya aku rasa cukup untuk memberi kamu kepada 4 anaknya sedang berjalan itu. "Sini Mbak

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 34

    "Oalah Ti, mbok kamu sama anak kamu itu ngaca, hidup aja susah kok mau buat rumah tingkat. Mikirlah, hutangmu masih banyak!" Aku segera memasang telinga untuk mendengar apa yang akan dilakukan oleh orang tua gak tau adab itu lagi. "Sampean ngomong opo to mbak Yu. Aku loh sadar diri, aku tu hidup yang penting bisa makan, anak-anakku gak kekurangan sudah kok. Aku gak terlalu ambisi sama dunia," jawab Ibu. "Halah sok-sokan kamu gak butuh harta! La wong setiap hari saja kamu tuh sibuk mau nyaingi aku kok!" Sengit Mbok De Saminah. "La yang mau saingan sama sampean itu loh siapa, sampean mau numpuk harta sampai gunung anakan aku yo gak peduli. Harta orang tua sampean telan sendiri aku ya gak papa. Karena bagiku hidup itu bukan cuma harta. Percuma punya banyak harta kalau gak merasa cukup, tetap saja hidup gak tentram! Mati juga cuma butuh tanah 1.5 meter Yu."Eh sejak kapan Ibu mertua berani?"Halah kamu itu sok-sokan aja bilang gitu, kamu itu sebenarnya iri to sama aku. Sudah semua war

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 33

    "Apa pedulimu!" Sengitku.Elias menyentil keningku. "Dasar bodoh, kamu akui atau tidak aku ini suamimu. Tentu saja aku ingin yang terbaik untuk kamu selama kamu masih jadi istriku," jawabnya Eh "Mas, memang benar ya, kamu hutang minum kopi di warung sebelah?" tanya Nur tiba-tiba yang membuat Elias menoleh ke arahnya."Siapa yang bilang?"tanya lelaki itu."Tadi mbah Kamis yang bilang. Katanya kamu gaya pakai mau bangun rumah segala, wong kopi aja ngutang," jawabku padahal tadi Nur sudah buka mulut hingga akhirnya menutup lagi."Hah, sembarangan ngutang. Malah aku yang traktir dia tiap hari. Kalau dulu iyalah ngutang," jawab Elias santai. "Tuh kan. Aku sudah sangka pasti Mbah Kamis itu cuman ngada-ngada bilang kalau Mas Elias suka ngutang. Dia iri karena mas Elias mau bangun rumah," ujar Nur. "Kira-kira nanti apa reaksi ibu ya?"tanyaku sementara Elias hanya diam."Mas nanti kalau rumahnya tingkat 3 aku kamarnya di atas ya. Biar aku bisa liat pemandangan," rengek Nur."Enak aja, kam

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 32

    "Maaf, Memangnya Kalau kami miskin kami nggak boleh bangun rumah? Kutatap orang tua itu,"toh kami bangun juga dengan uang kami sendiri kami tidak pinjam pada kalian. Lagian kalian itu loh udah tua, mbok ya fokus ibadah. Jangan suka ngurusin orang lain, takutnya belum tobat malah udah mening oi duluan. Apa gak rugi kalian!""Wo bocah gendeng, gak ada aturan. Orang tuamu gak mendidik sopan santun mesti, makanya berani sama orang tua!" Si kakek tak terima dan mengacungkan aritnya padaku. Loh gimana sih, kan bener dia itu sudah tua dan sudah bau tanah bisa saja kan tiba-tiba mening oi. Ya gak? Apa yang salah coba dengan ucapan aku?"Memangnya, kalian punya sopan gitu. Namanya orang tua kalau lihat keponakan bisa bangun rumah, ya harusnya ikut bersyukur. Bukan malah julid, sampean nenek dan kakeknya Elias dan Nur kan?"Aku masih ingat ketika pertama kali datang, Elias dan Ibu memperkenalkan aku pada mereka dan mereka itu masih ada hubungan darah dengan Elias."Dasar wong kuto, gak duwe so

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 31

    Akhirnya aku terpaksa membuat perjanjian dengannya supaya dia tidak membuka rahasiaku di muka umum. Beruntung pria itu mau bekerjasama denganku walaupun aku harus memenuhi beberapa persyaratan. "Mbak ternyata benar Mas Elias yang merencanakan semua ini. Lah aku pikir kejutannya nggak seperti ini je. Kok malah seperti ini, benar-benar mas Elias itu cinta sama kamu mbak."Loh apa hubungannya meronovasi rumah sama masalah cinta, kok aneh."Aneh kamu ini Nur, Apa hubungannya merenovasi rumah sama aku? Kan yang direnovasi rumah kamu bukan rumahku," jawabku.Nur hanya tersenyum lalu kemudian kami berdua segera keluar. "Pak ini menunggu ibu kami dulu atau langsung diukur?"tanya Nur."Nggak papa mbak lagian kan ada mbak. Kata Pak Elias nggak papa kok nggak harus ada Ibunya mbak, yang penting semuanya sudah jelas."Nur mengangguk begitu pula dengan aku. "Jadi tanah ini batasnya mana ya Mbak?"tanya sang kontraktor untuk menentukan batas tanah. "Ini pak ini ada patokannya. Jadi bagian sini i

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 30

    Nur mempersilahkan orang-orang itu masuk. Sementara aku menunggu dengan jantung yang ikut berdebar. "Iya pak?"tanya Nur "Apa benar ini rumah Bu Darti?"tanya lelaki berpakaian rapi itu."Iya pak ada urusan apa ya?" Nur tampak gemetar. Beberapa kali gadis itu mengusap tangannya yang berkeringat. Tampak sekali dia gelisah atau mungkin takut. "Perkenalkan saya Hadi. Kami dari pihak kontraktor PT Adem Mukti. Kami ke sini untuk melihat kondisi lahan rumah yang akan direnovasi. Ini gambar yang telah masuk ke kami. Apa ada yang mau ditambahi.""Hah?" Mata Nur melotot, dia menatap ke arahku, sementara aku juga bingung. Aku memang punya rencana untuk memugae rumah ini tapi baru wacana karena takut menyinggung Elias. Masa iya bisa tembus ke kontraktor?"Bapak memang beneran yang mau di renovasi ini rumah saya. Kami tidak merasa mengontrak bapak," ujar Nur," lagi pula sepertinya nggak mungkin pak kalau ibu saya yang meminta bapak untuk datang ke sini, kami loh orang miskin, Mana mungkin bisa m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status