"Logan, kapan kau menceraikannya? Wanita bodoh itu, kapan kau akan membuangnya?"
Suara lembut itu terdengar dari dalam ruangan sebuah kamar apartemen class S yang terletak di kawasan elit kota C, Paris. Paras cantik dengan kulit putih dan rambut coklat bergelombang itu tergerai hingga menutupi punggungnya yang sedikit terbuka. Kaki jenjang dengan tubuh langsing itu sebagian tertutup selimut berwarna putih dan tubuhnya yang sedikit berkeringat memeluk sebuah lengan yang berada di sampingnya. Ada aroma khas percintaan panas yang masih melekat di antara keduanya. Senyum puas setelah mencapai puncak kenikmatan bersama terlihat jelas di wajah keduanya.
"Chassy, bertahanlah sebentar lagi. Kenapa kau sangat terburu-buru akhir-akhir ini? Pemilihan pewaris bisnis keluarga bahkan belum jatuh atas namanya," suara merdu nan lembut namun terdengar sedikit berat menyambut pertanyaan yang Chassy berikan. Sebuah kecupan ringan melayang di puncak kepala wanita tersebut dengan penuh kasih sayang.
Chassy, gadis bermata coklat itu cemberut dan mengigit bibir bawahnya saat sesaat. Dia menjatuhkannya kepalanya pada dada bidang dengan otot kokoh yang tak tertutupi selimut seluruhnya. Tangannya bermain di atas perut dan menyentuh otot-otot sixpack yang menonjol. "Logan, aku sangat ingin menyingkirkannya. Bagaimana bisa aku terus bertahan melihat dia berkeliaran di sekitar kekasihku yang tampan? Aku ingin kita segera bersama dan aku menjadi satu-satunya."
Logan tersenyum mendengar itu, dia memiringkan tubuhnya, memeluk Chassy lebih erat. Tatapan lembut penuh kasih sangat terpancar dari matanya. "Chassy, dia kakakmu. Kau ingat? Kau saudara perempuannya. Kita bahkan sudah bersabar selama ini. Apa kau tak bisa menunggu sebentar lagi?"
Chassy mengerucutkan bibirnya kesal hingga Logan mengecup bibirnya sayang. "Tapi aku tak ingin berbagi. Aku hanya ingin memilikimu sendiri. Logan, kau tak akan mengerti."
"Bagaimana aku tak mengerti? Aku juga merindukanmu di setiap malamku. Aku bahkan tak pernah menyentuhnya dan selalu datang padamu. Di hadapan wanita cantik sepertimu, dia bukanlah apa-apa. Sedangkan kau sangat luar biasa." puji Logan puas. Ada senyum di wajah tampannya dengan garis tegas dan mata sayu bersahabat. Dia sangat tampan, dengan tubuh tinggi nan bagus, dan dua mata berwarna coklat kehitaman yang dalam.
Chassy tersenyum, tangan rampingnya balas memeluk tubuh berotot di sampingnya saat kepalanya jatuh tepat di lengan kekasihnya. "Jadi, karena aku sangat luar biasa, maka kau harus membuangnya. Bukankah begitu, sa-ya-ng-ku?" Tekannya sengaja dengan mengeja sebutan sayang dari bibirnya.
Logan terdiam, tampak berpikir. Sebuah bayangan wajah lugu, lembut dan tak lagi cantik terbayang. Dia memejamkan matanya pelan lalu menarik napas dalam. "Tapi dia tengah mengandung. Aku tak bisa menceraikannya begitu saja. Chassy, aku-"
"Logan," potong Chassy cepat. "Bukankah kau terlalu baik? Anak dalam perut wanita itu bahkan bukan anakmu. Jadi, kenapa kau terus menunggu?"
"Tapi kita telah menikah selama dua tahun. Dan dia adalah wanita penurut."
"Sudah kubilang kau terlalu baik," ujar Chassy lagi. Dia ingin, Logan, menceraikan istrinya yang tengah hamil tua dan menjadikannya Nyonya satu-satunya dalam mimpi bersama. Pria tampan di sampingnya ini, tak lain adalah kakak iparnya, juga kekasih yang sangat dia cintai.
Tanpa mereka tahu, ada seseorang yang telah melihat semua hal yang mereka lakukan. Wanita itu mengepalkan tangannya kuat dengan satu tangan lain meraba perutnya. Air matanya mengalir sejak dia menyaksikan semuanya. Dia baru saja menemukan bahwa suami yang sangat dia cintai telah mengkhianatinya tepat saat dia mengandung anak pertamanya. Dan hal yang tak bisa dia terima adalah wanita di dalam sana, wanita yang tengah mendesah dan menikmati kenikmatan bersama suaminya adalah adik tirinya sendiri.
"Bagaimana bisa, bagaimana bisa mereka melakukan ini di depanku? Di apartemen milikku dan memanggilku wanita bodoh?"
Dia sempat ragu, namun sesuatu yang meledak dari dalam dirinya membuatnya tak bisa menahan lagi. Dia membanting pintu di depannya, berteriak histeris dan memukul keduanya dengan semua barang yang bisa dia dapatkan hingga Logan dan Chassy terkejut.
"Ka-kakak,"
"Chana,"
Keterkejutan Logan dan Chassy adalah jawaban atas kemarahan Chana. Chana menarik rambut Chassy kuat, memukul bahkan menampar. Dia tak dapat mengendalikan amarah yang meledak dari dalam hatinya.
"Kakak, hentikan. Sakit, itu sakit. Kakak...!"
"Chana, hentikan. Kau menyakitinya. Chana, Chana, Chana...!"
Plakk!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Chana dengan keras hingga membuat kedua telinganya berdengung. Ia berhenti, dan menatap Logan yang baru saja menampar wajahnya dengan keras. Kesempatan ini Chassy gunakan untuk segera menyelimuti tubuhnya lalu berangsur mundur dj belakang tubuh Logan.
"Logan, kau menamparku?" Tanya Chana tak percaya. Air matanya yang sempat tertahan kini tumpah. "Aku istrimu," lanjutnya parau.
"Lalu apa?" Jawab Logan seakan tak bersalah. "Kau memukul adikmu."
Ada hening sesaat dalam suasana kamar yang sunyi. Chana termangu untuk sesaat lalu tertawa kecil dan kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
"Dan hal apa yang kau lakukan pada adikku? Tidak, apa yang kalian lakukan di belakangku?"
"Kakak, ini tak seperti yang kau lih-"
"Hal yang kulihat adalah kau menikmati suamiku, Chassy, kakak iparmu," potong Chana cepat.
"Dia tak bersalah," bela Logan melindungi. "Itu aku. Kau bisa menyalahkanku. Chana, dia-"
"Dan ini jawabanmu?" Tanya Chana cepat. Ada nada yang sangat kecewa dalam setiap kata-katanya yang terlontar. Tubuhnya bergetar hebat, menahan amarah, benci, rasa tak terima juga rasa tak percaya akan semua hal yang telah dia lihat. "Logan, aku hamil anakmu. Dan itu hanya menunggu hari untuk dia lahir ke dunia. Tapi, apa yang kalian lakukan!"
"Chana, aku-"
"Bagaimana kau akan menjelaskan padaku? Perselingkuhanmu? Kau yang terlena pada Chassy atau kalian yang sama-sama gila hingga tega melakukan ini padaku! Kau, kau sangat tak bermoral! Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku!"
Ada raungan kepedihan di antara semua kata-kata kecewa yang terlontar dari mulut Chana. Logan bergegas, mencoba menenangkan dan memeluk tubuh Chana yang hampir saja jatuh.
"Berhenti," keluh Chana sedih. "Jangan sentuh aku, jangan sentuh aku lewat tanganmu yang kotor!"
"Chana," Logan terhenti, dia seakan sadar bahwa dia sama sekali tak mengenakan pakaian dan istrinya terlihat sangat jijik padanya.
"Kakak, berhentilah menangis." Tegur Chassy bosan. "Jangan menyalahkan kak Logan. Kami tak bersalah,"
"Apa?" Mata Chana bergerak sangat cepat dengan kilatan api penuh permusuhan. Dia menatap wajah Chassy yang cantik dengan rambut berantakan dan hal itu tak mengurangi kecantikan adiknya yang saat ini tengah bersandar di tempat tidur.
"Salahkan dirimu sendiri yang tak mampu memenuhi kebutuhan suamimu hingga dia lari padaku."
"Chassy," peringat Logan tak suka. Sedangkan Chana membeku seakan mati rasa.
"Bukankah itu benar? Kakak selalu mengatakan bahwa aku luar biasa di setiap hubungan kita dan kak Chana bukanlah apa-apa."
Chana terhuyung, rasa jijik di matanya merambat cepat keseluruh tubuhnya. Dia tak percaya, adik yang dia sayangi mengatakan itu semua tepat di depannya. Dia tak bisa percaya bahwa suami dan adiknya telah melalui hal panas ini tak hanya sekali. Dan yang terburuk, dia menjadi perbandingan antara keduanya. Bagaimana bisa!
"Kalian, orang-orang sejenis yang sangat cocok. Sangat kotor dan menjijikkan!"
"Chana!" Teriak Logan tak terima.
"Aku akan memberi tahu ayah dan ibu. Perselingkuhan kalian, aku akan memberi tahu setiap orang yang bertanya dan kalian bisa lebih menikmati semuanya."
Chana baru saja berbalik sebelum tarikan di rambutnya dari belakang membuat langkahnya berhenti. Dia mendapati wajah Logan yang menggelap dan wajah Chassy yang tersenyum puas. Apa? Apa yang salah dengan kedua orang ini hingga tega melakukan semua ini padanya? Hal apa yang tak ia berikan pada adik dan suaminya. Hartanya, properti bagian miliknya bahkan sahamnya juga telah ia berikan. Dia pikir dia akan bahagia, namun dia sama sekali tak menyangka akan menemui neraka!
Chana membuka pintu kamarnya dan teringat dengan flashdisk yang dia terima. Rasa ingin tahunya meningkat pesat namun dia juga sadar bahwa dia tak memiliki laptop di rumah ini. Menyelinap ke ruang kerja ayahnya, dia membawa dua flashdisk yang dia dapatkan dengan tangan gemetar karena pertama kalinya menyelinap ke ruang kerja ayahnya. Awalnya dia sangat bimbang untuk memilih flashdisk mana yang akan dia buka dulu. Tapi ketika mengingat wajah tampan Richard, dia pun memutuskan untuk membuka flashdisk yang Richard berikan terlebih dahulu. Mata Chana terfokus pada layar monitor yang mulai menampilkan gambar. Dia menyilangkan kedua tangannya di dada setelah memilih salah satu video dari tiga video yang ada. Namun setelah beberapa detik layar monitor itu tetap gelap. Kesunyian mendominasi kecuali suara gemerincing besi yang sesekali terdengar. "Apa ini. Video ini dalam ruangan yang gelap. Apakah Richard ingin mempermainkan aku?" Tapi kemudian Chana terpana saat ruangan gelap dalam video i
Chana merasakan aneh karena tiba-tiba Oscar menjauh seolah menjaga jarak. Tanpa sadar dia mengikuti arah pandang Oscar yang jatuh pada pria tinggi yang mulai datang menghampirinya. Entah kenapa, rasa tak peduli hadir saat dia mengingat kejadian yang dia temukan di kantor Axel. Axel berdiri di tengah pintu cukup lama, matanya mengedar pelan dan pandangannya jatuh pada peti mati lalu Chassy dan Elden yang masih menangis berpelukan. Rion adalah orang yang memberitahu dirinya tentang kematian Agraf saat mereka baru saja berkumpul bersama malam ini. Tapi dia juga tak menyangka bahwa akan melihat Oscar begitu dekat dengan Chana. Keduanya tampak sangat akrab dengan pembicaraan yang terlihat serius. Tapi hal yang mengusik pandangannya adalah tatapan Oscar pada istrinya begitu menganggu. Axel tak menyukainya. Saat melihat Oscar menjauh, dia sedikit lega, tapi dia tak menyangka akan mendapatkan tatapan acuh tak acuh dari istrinya. Tatapan yang mengatakan bahwa kehadirannya menganggu dan dia t
Damon membanting pintu ruangan kerjanya lalu mengunci rapat. Meletakkan tubuh Chelsea ke lantai dingin tanpa perasaan. Matanya menyala melihat wajah cantik di depannya tengah mengigit jari lentik dengan menjulurkan lidah secara sensual. Tanpa sadar, tangannya terulur, menarik stoking tipis yang Chelsea gunakan. Robekan yang terjadi membuat pemandangan menjadi semakin indah. Chelsea terlihat sangat cantik dengan pakaian yang tak lagi utuh, kulit paha yang mulus dengan rambut panjang berwarna pirang yang tergerai acak. "Nona, kau sangat cantik." Pujian itu tulus, Di mata Damon kecantikan yang sempurna akan lebih nyata jika wanita di depannya tak mengenakan pakaian apa pun. Sebagai pria dia memiliki gairah yang normal. Dan di depannya, seorang wanita dengan sengaja menggoda dirinya secara terang-terangan. "Tuan, dari mana kita akan mulai?" Chelsea kehilangan seluruh kesadarannya. Ingatannya hanya berputar pada malam-malam panjang penuh jeritan kenikmatan yang pernah dia lalui sebulan
Damon menyeret Chelsea kasar memasuki sebuah lift yang terletak di balik kamar ruang pribadi Axel di Axion Company. Axel hanya menatap datar saat tubuh ramping Chelsea mencoba memberontak dan melambaikan tangan padanya. Kemudian sudut bibir Axel terangkat tipis, dia melihat secangkir teh yang dipaksakan Damon untuk Chelsea minum. Meski menolak, nyatanya wanita gila itu meminumnya meski tak semuanya. "Tidak, Axel, Axel, tidak. Aku tak ingin kembali. Axel," "Nona, diam dan patuhlah. Atau tuan muda akan marah." "Lepaskan, lepaskan tanganku. Aku harus menamparnya karena berani mengusirku dan menikahi wanita lain!" Damon tak bereaksi dan tetap menyeret tangan Chelsea. Meski Chelsea terjatuh di lantai, Damon tetap menarik tangan kurus itu tanpa memperdulikan cakaran yang bersarang di tangannya. Mendengar kata-kata Chelsea, sudut bibir Axel tertarik. Minatnya tiba-tiba bangkit saat dia melirik cangkir teh yang telah kosong. "Damon, lepaskan dia." Damon terhenti, dia berbalik. "Tuan mud
Chana tersenyum tipis. "Aku tidak peduli." Lebih tepatnya dia pura-pura tak peduli. Karena dia tak ingin menjadi sejata bagi orang lain. Semua orang disekitarnya hari ini selalu membahas Axel. Pria itu tak terkejut. Dia meraih tangan Chana secara tiba-tiba lalu meletakkan sebuah flashdisk di genggaman tangan Chana. "Aku tahu kau tak peduli, tapi alangkah baiknya jika kau mengetahui suamimu dengan baik." Chana menatap flashdisk di tangannya. "Apa tujuanmu?" Chana tidak bodoh. Berdiri sebagai Tuan muda Axion, Axel jelas memiliki banyak musuh. Dia hanya sedikit waspada, meski dia sendiri juga melihat Axel memeluk seorang wanita, lalu Alice yang telah memperingatkannya. Kini seorang pria asing yang bahkan tak dia kenali datang memberikan informasi. Mungkin Alice hanya ingin dia hati-hati tapi pria ini, pasti memiliki tujuan pasti. Dia tak akan terseret dengan mudah. "Membawamu pulang ke keluarga Aster," jujur pria itu terbuka. "Kakek ingin melihat salah satu cucunya yang tak pernah di
Chana mempercepat langkahnya saat telepon Oscar terhubung. Untuk sesaat, semua hal tentang Axel yang dia pikirkan hampir setengah hari terlupakan begitu saja. "Nona, ibu nona mengunjungi rumah utama Oswald." Wajah Chana sedikit panik. "Siapa yang menyambutnya?" "Itu ... Nona Chassy yang ada di rumah utama. Sedangkan tuan besar masih belum kembali." "Apakah ibu baru berangkat atau sudah di sana?" "Kemungkinan sudah tiba di rumah utama." "Bagaimana dengan kakek?" "Ketua akan kembali lusa.""Baiklah. Aku akan segera bergegas." Chana menutup telepon yang tersambung dan segera kembali. Sedangkan di rumah utama Oswald, Kelsyana masih berdiri saat pintu rumah utama Oswald terbuka. Chassy berdiri di tengah pintu dengan wajah muram. "Kami tak menerima tamu," Kelsyana yang baru menjalani operasi pita suara dua minggu lalu tersenyum. Suaranya kembali meski belum begitu normal. "Aku bukan tamu." Chassy terbelalak, tangannya bergerak untuk menutup pintu tapi tertahan saat tangan Kelsyan