Share

Bab 2 : Hamil

      

"Papamu meninggal karena kecelakaan, bagaimana bisa kamu terus memfitnah papaku?"

Nic mendorong tubuh Cloud sampai tersudut ke tembok kamar. Matanya menatap penuh kebencian ke Cloud yang berani melawan. Bukan tanpa alasan Nic marah, istrinya itu lagi-lagi ketahuan menemui pengacara untuk menanyakan prosedur pengajuan gugatan cerai.

"Aku sudah bilang punya bukti kuat!"

"Lalu tuntut saja papaku, biarkan dia masuk penjara jika memang terbukti bersalah sudah membunuh!" balas Cloud dengan mata merambang.

"Aku bisa saja melakukan itu, tapi bukan itu yang aku mau. Uang bisa dengan mudah membuat Papamu bebas dari segala tuntutan, yang aku inginkan adalah membuat keluargamu hancur dan menderita secara perlahan," jawab Nic dengan tatapan dingin.

Mata pria itu memindai wajah Cloud. Tak bisa Nic pungkiri, paras istrinya itu begitu elok dan rupawan. Namun, Cloud bukan tipenya, wanita mandiri dan pembantah adalah tipe wanita yang paling dia benci.

"Papa dan mamamu sangat sayang padaku, menantu yang penuh perhatian dan membanggakan. Apa kamu tahu? Kemarin aku dan papamu bermain golf bersama, dia berjanji akan memberiku lima persen saham PG Factory saat kamu melahirkan anak pertama kita."

"Kamu memang brengsek, aku bahkan mual berdekatan denganmu," ketus Cloud. Dia terus memberontak berusaha melepaskan diri.

Cloud frustasi, dia tidak bisa dengan mudah memberitahu sikap Nic ke orangtuanya, selain tidak ingin mereka khawatir, Cloud juga sudah memutuskan untuk menghentikan niatan keji Nic seorang diri.

Namun, terlepas dari semua itu, ada satu hal yang membuat Cloud serasa berada di persimpangan arah. Meski terus disakiti dan dikasari oleh Nic, Cloud terkadang kasihan dan simpati, tatapan mata pria itu sesekali menunjukkan kesedihan dan kesepian.

Cloud tertegun, melakukan hal bodoh lagi dengan hanya diam saat Nic menciumnya penuh nafsu, tapi kali ini ada yang berbeda. Cloud tiba-tiba merasa mual, Nic yang sadar buru-buru melepas cekalannya. Pria itu mengusap bibir yang basah dengan ibu jari, pandangan matanya terarah ke lantai, kemudian pintu kamar mandi yang dibanting keras oleh sang istri.

Cloud mengeluarkan isi perutnya di depan wastafel, sudah beberapa hari ini setiap malam dia selalu merasa mual. Nic sendiri tak tinggal diam melihat Cloud kepayahan, tapi jelas dia tidak berniat membantu.

Nic menekuk kedua tangan di depan dada lalu menyandar pada kusen pintu kamar mandi. Dia bertanya dan membuat wanita itu semakin tidak nyaman. 

“Apa kamu hamil Cloud?” tanya Nic dengan satu sudut bibir tertarik. “Secepat itu bukan aku bisa membuatmu mengandung anakku?”

Cloud mengusap mulutnya yang baru saja dibilas dengan air, dia menoleh Nic dengan raut wajah kesal. Bibirnya terasa terkunci, dia hanya diam saat pria itu kembali melempar senyum penuh cibiran padanya, seolah-olah dia bukan manusia yang bisa merasakan sakit hati.

***

Dua hari setelah kejadian itu, Cloud merasa dirinya seperti sedang menjadi pemeran utama di sebuah drama. Nic membawanya pergi secara paksa, tanpa memberi tahu ke mana tujuannya.

"Mau kamu bawa ke mana aku? Menepi dan turunkan aku!”

Cloud marah bahkan tak mau mengenakan sabuk keselamatan, dia seolah sudah siap mati kapan saja di tangan pria yang menikahinya hanya untuk menjadi alat balas dendam. Bagi Cloud, Nic adalah musuh jika mereka hanya berdua seperti saat ini, dia bahkan memanggil Nic dengan sopan hanya saat berada di depan orang lain.

"Aktingmu di depan mama dan papa benar-benar meyakinkan, sampai aku sendiri tidak percaya.”

Cloud sengaja menyindir, karena beberapa menit yang lalu Nic baru saja menjemput di rumah orangtuanya. Bianca —ibunda Cloud mengadakan arisan sosialita, dan seperti biasa Cloud diminta datang karena banyak makanan kesukaannya.

Di sana Nic mengambil kesempatan bermain sandiwara, pria itu menunjukan perhatian sebagai seorang suami dengan cara mengusap rambut Cloud, bahkan mendaratkan ciuman di pundak dan pipi saat mereka duduk bersisian. Bagaimana cara Nic memperlakukan Cloud di depan publik selalu sukses membuat orang lain iri.

"Untuk apa kamu membawaku ke rumah sakit ibu dan anak?"

Cloud terperanjat setelah tahu ke mana Nic membawanya. Dada wanita itu berdetak lebih cepat karena takut. Cloud menoleh pada Nic yang sedang melepas seat belt, setelahnya pria itu terlihat mengambil sesuatu dari dalam laci dashboard.

"Setidaknya buang ini ke tempat yang tidak bisa ditemukan orang," ucap Nic sambil menunjukkan tespek yang digunakan Cloud kemarin.

"Apa kamu mengais tempat sampah?"

"Kamu pikir aku gila? Aku mendengar mbok Cicih dan Atik berbicara tentang benda ini dan kemungkinan dirimu hamil."

Cloud tak bisa mengelak, padahal dia ingin menyembunyikan kehamilan selama yang dia bisa, tapi ternyata Nic memiliki lebih banyak cara untuk melakukan hal-hal yang tidak dia duga.

"Jika pembantu rumah saja bahagia saat tahu kamu hamil, kira-kira bagaimana reaksi orangtuamu?" Sindir Nic. "Ucapkan selamat tinggal pada niatanmu bercerai denganku! Jadilah istri dan ibu penurut sambil melihat bagaimana aku menghancurkan papamu.”

Nic kembali mengancam. Ia yakin Cloud tidak menginginkan hamil, karena tahu anak itu nantinya hanya akan dia jadikan alat untuk mewujudkan ambisi membalaskan dendam.

Nic menoleh Cloud, dia malah tersenyum senang melihat bibir istrinya itu bergetar lalu meneteskan air mata.

Komen (23)
goodnovel comment avatar
Tesya Putirulan
Sangat kejam bukan?
goodnovel comment avatar
Nellaevi
Nic awas looo kalo sampai cintaa sama cloud ku
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
pasti akan menyesal Nic nanti kalau tau kebenaran nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status