"Silahkan kamu tanda tangani surat perjanjian itu! Setelah itu, semua anak buahku akan mengurus pernikahan kita secepatnya!"
Zack melempar pulpen yang dia ambil dari saku jasnya di samping kertas itu. Antara yakin atau tidak, dengan ragu tangan Celine mulai mengambil pulpen tersebut dengan dada yang berdegup kencang."Ya Tuhan, bantulah aku! Kuatkan aku dalam menjalani semua ini," gumam Celine dalam hati sambil memejamkan matanya sesaat.Tanpa membuang waktu lama, Celine menandatangani surat itu dengan cepat dan spontan memundurkan langkahnya."Bagus! Biar aku serahkan surat ini pada Jony! Dia yang akan mengurus semuanya.""Jony!" Teriak Zack memanggil anak buahnya.Dia keluar untuk mencari di mana anak buah itu berada. Saat itulah, netra Celine kembali tertuju pada tumpukan kertas berwarna merah yang tergeletak di atas meja kerja Zack.Penasaran, dengan tumpukan kertas tersebut, Celine pun meraih salah satunya dan membaca dengan cepat sebelum aksinya ketahuan oleh pemilik kertas itu."Astaga, ini undangan pernikahan!" Mata Celine terbelalak sempurna saat melihat siapa nama yang tertera di atas kertas undangan itu. “Jadi, dia memang sudah ingin menikah? Lalu, kenapa bukan menikah dengan wanita ini?”Kalimat itu terus berputar dalam benak Celine. Jika memang Tuan Zack telah mempersiapkan semuanya dengan matang, kenapa pria itu tidak mengajak sang calon langsung menikah? Kenapa justru pria itu repot-repot mengajaknya menikah secara mendadak? Banyak sekali pertanyaan menari-nari di pelupuk mata Celine saat ini.Bunyi kasak-kusuk jejak kaki melangkah semakin mendekat. Celine segera membungkus undangan itu seperti sediakala. Dan tidak lama, Zack kembali bersama Jony yang akan mengantarnya untuk pulang."Pulanglah! Besok Jony akan menjemputmu dan kita akan menikah saat itu juga."Degh!“B-besok, Yuan?” ujarnya terbata."Kenapa? Apa kau keberatan?" Celine menggeleng lesu.Mengapa laki-laki itu tidak konfirmasi dulu dengannya, atau bahkan tidak membiarkan Celine untuk bicara dengan keluarganya terlebih dahulu?Namun, nasi sepertinya sudah menjadi bubur karena surat perjanjian itu sudah ditandatangani. Celine tidak bisa lari lagi dari kenyataan."Mari Nona, saya antar pulang."Gadis itu hanya menurut saja berjalan di belakang Jony dan keluar dari ruang kerja Zack.Laki-laki bertubuh besar dan berkulit sawo matang itu berlari membukakan pintu untuk calon Nyonya muda yang kemungkinan akan resmi besok pagi."Terima kasih," ucap Celine sambil memasuki mobil.Sesaat tidak ada suara dari mereka di sepanjang perjalanan. Hanya ada suara halus mesin mobil dan desir angin dari balik jendela mobil yang sengaja Celine buka.Rasa penasaran dengan isi dalam undangan tersebut membuat Celine memberanikan untuk bertanya pada anak buat calon suami kontraknya itu.Walau dia sendiri tidak yakin kalau Jony akan menjawabnya."Em, maaf Pak! Kalau boleh tau, kenapa Tuan Zack ingin segera menikah? Lalu siapa dengan Greta itu?"Degh!Sesaat tidak ada jawaban dari Jony karena dia merasa kalau itu bukan urusan dan bukan wewenangnya untuk menjawab."Bagaimana pun, aku ini calon istri Tuan Zack. Jadi, bukankah tidak ada salahnya jika aku tau semuanya?"Kemudian, Jony terlihat berpikir. Beberapa detik, pria itu terlihat tengah menimbang-nimbang. Sebelum akhirnya buka suara."Nona Greta adalah perempuan yang Tuan Zack cinta, Nona!” ujar Jony tenang. “Mereka sudah merencanakan untuk menikah. Undangan pun sudah disebar ke mana-mana. Akan tetapi Nona Greta pergi meninggalkan Tuan Zack entah ke mana. Itu sebabnya Tuan Zack meminta anda untuk menikah dengannya besok."Mata Celine membulat. Dia paham sekarang, kenapa Zack terlihat begitu tergesa-gesa mengajaknya menikah. Ternyata dia hanya menjadi pelampiasan rasa malu pada banyak orang yang sudah dia undang.“J-jadi, aku dijadikan pengantin pengganti untuk kekasihnya yang kabur itu?”Suara Celine mendadak sumbing kala mengatakan itu, dadanya mendadak sesak mendengar penjelasan dari anak buah calon suaminya.***"Bagaimana Celine, apa kamu sudah menandatangani surat perjanjian itu?"Baru sampai di depan rumah sakit, Sisilia menyambut kepulangannya dengan tidak sabar ingin mendengar keputusan putrinya itu.Dia berpikir seandainya Celine menikah dengan pria kaya raya itu tentu kehidupan pribadinya akan membaik, bahkan dia tidak harus dipusingkan lagi dengan ekonomi yang selama ini membuat dia banyak pikiran."Sudah Mah, dan Tuan Zack meminta kita untuk menikah besok."Mata Sisilia membulat sempurna dengan senyum mengembang senang."Apa, besok? Jadi besok kalian akan menikah? Astaga Celine, Mama tidak menyangka kalau sebentar lagi kamu akan menjadi Nyonya muda Welyoston. Selamat ya Nak!"Mendengar nama Welyoston, membuat Crush yang terbaring di atas brankar seketika mengangkat kepalanya dan menoleh pada istri dan putrinya itu.Dia tau kalau putrinya hanya suka pada satu pemuda dari semenjak mereka duduk di bangku sekolah dulu. Pemuda itu bahkan berpamitan padanya pada saat hendak pergi untuk bekerja dan menitipkan agar Celine menunggu kepulangannya."Tapi Nak, bukankah kamu hanya cinta pada Nak Raka?” Crush merasa bersalah jika sampai anaknya mengorbankan perasaan demi dia yang hidupnya tak akan lama lagi. “Apa kamu sudah pikirkan baik-baik?”"Papa, Papa tidak perlu memikirkan soal itu!” ucap Celine dengan lembut dan senyum tipisnya menghampiri Crush. Dia meraih tangan keriput itu dan menggenggamnya dengan lembut.“Yang harus Papa pikirkan sekarang, bagaimana caranya Papa bisa sembuh dari sakit! Itu yang membuat Celine tidak kuat, Papa!"Tetes air mata membasahi pipi laki-laki yang mulai terlihat keriput. "Semua ini memang salah Papah! Maafkan Papah, Sayang. Papah memang orang yang tidak berguna."Tangis Papanya membuat Celine tak kuat menahan air matanya agar tidak terjatuh. Sekuat apapun dia menahan, bulir bening itu tetap menetes di pipi mulusnya.Dalam pelukan papa tersayang Celine menangis sejadinya, menerima nasib yang sepertinya tidak pernah berpihak baik kepadanya.Sedangkan Sisilia hanya bisa menepuk punggung putrinya itu dengan wajah pura-pura layu. Jika ada orang yang paling bahagia menyambut pernikahan dadakan putrinya dengan Tuan Zack, tentu dialah orangnya."Aku ikhlas Pa! Aku rela. Apapun akan aku lakukan agar Papa bisa sembuh! Aku tidak mau kalau Papa terus seperti ini!"Laki-laki tua itu mengangguk cepat di dalam tangisnya, memberi semangat pada anaknya yang sudah rela berkorban.“Terima kasih, Nak. Kamu memang putri kebanggan Papa,” ujar Crush begitu tulus.Belum usai tangis mereka mereda, terdengar suara langkah kaki semakin mendekat dan berhenti di depan pintu ruang rawat tersebut.Crush dan Celine spontan menoleh pada orang yang baru saja datang itu."Permisi apakah ini dengan Nona Celine Rosella Ardinanta?"Seorang wanita berpakaian formal datang membawa sebuah koper berukuran sedang.Sepintas, Celine seperti pernah melihatnya, tetapi siapa? Dan dimana dia melihatnya?"Iya, saya Celine Rosella Ardinanta, ada apa Nona mencari saya?"BERSAMBUNG."Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak