Share

Bab. 2.

"Silahkan kamu tanda tangani surat perjanjian itu! Setelah itu, semua anak buahku akan mengurus pernikahan kita secepatnya!"

Zack melempar pulpen yang dia ambil dari saku jasnya di samping kertas itu. Antara yakin atau tidak, dengan ragu tangan Celine mulai mengambil pulpen tersebut dengan dada yang berdegup kencang.

"Ya Tuhan, bantulah aku! Kuatkan aku dalam menjalani semua ini," gumam Celine dalam hati sambil memejamkan matanya sesaat.

Tanpa membuang waktu lama, Celine menandatangani surat itu dengan cepat dan spontan memundurkan langkahnya.

"Bagus! Biar aku serahkan surat ini pada Jony! Dia yang akan mengurus semuanya."

"Jony!" Teriak Zack memanggil anak buahnya.

Dia keluar untuk mencari di mana anak buah itu berada. Saat itulah, netra Celine kembali tertuju pada tumpukan kertas berwarna merah yang tergeletak di atas meja kerja Zack.

Penasaran, dengan tumpukan kertas tersebut, Celine pun meraih salah satunya dan membaca dengan cepat sebelum aksinya ketahuan oleh pemilik kertas itu.

"Astaga, ini undangan pernikahan!" Mata Celine terbelalak sempurna saat melihat siapa nama yang tertera di atas kertas undangan itu. “Jadi, dia memang sudah ingin menikah? Lalu, kenapa bukan menikah dengan wanita ini?”

Kalimat itu terus berputar dalam benak Celine. Jika memang Tuan Zack telah mempersiapkan semuanya dengan matang, kenapa pria itu tidak mengajak sang calon langsung menikah? Kenapa justru pria itu repot-repot mengajaknya menikah secara mendadak? Banyak sekali pertanyaan menari-nari di pelupuk mata Celine saat ini.

Bunyi kasak-kusuk jejak kaki melangkah semakin mendekat. Celine segera membungkus undangan itu seperti sediakala. Dan tidak lama, Zack kembali bersama Jony yang akan mengantarnya untuk pulang.

"Pulanglah! Besok Jony akan menjemputmu dan kita akan menikah saat itu juga."

Degh!

“B-besok, Yuan?” ujarnya terbata.

"Kenapa? Apa kau keberatan?" Celine menggeleng lesu.

Mengapa laki-laki itu tidak konfirmasi dulu dengannya, atau bahkan tidak membiarkan Celine untuk bicara dengan keluarganya terlebih dahulu?

Namun, nasi sepertinya sudah menjadi bubur karena surat perjanjian itu sudah ditandatangani. Celine tidak bisa lari lagi dari kenyataan.

"Mari Nona, saya antar pulang."

Gadis itu hanya menurut saja berjalan di belakang Jony dan keluar dari ruang kerja Zack.

Laki-laki bertubuh besar dan berkulit sawo matang itu berlari membukakan pintu untuk calon Nyonya muda yang kemungkinan akan resmi besok pagi.

"Terima kasih," ucap Celine sambil memasuki mobil.

Sesaat tidak ada suara dari mereka di sepanjang perjalanan. Hanya ada suara halus mesin mobil dan desir angin dari balik jendela mobil yang sengaja Celine buka.

Rasa penasaran dengan isi dalam undangan tersebut membuat Celine memberanikan untuk bertanya pada anak buat calon suami kontraknya itu.

Walau dia sendiri tidak yakin kalau Jony akan menjawabnya.

"Em, maaf Pak! Kalau boleh tau, kenapa Tuan Zack ingin segera menikah? Lalu siapa dengan Greta itu?"

Degh!

Sesaat tidak ada jawaban dari Jony karena dia merasa kalau itu bukan urusan dan bukan wewenangnya untuk menjawab.

"Bagaimana pun, aku ini calon istri Tuan Zack. Jadi, bukankah tidak ada salahnya jika aku tau semuanya?"

Kemudian, Jony terlihat berpikir. Beberapa detik, pria itu terlihat tengah menimbang-nimbang. Sebelum akhirnya buka suara.

"Nona Greta adalah perempuan yang Tuan Zack cinta, Nona!” ujar Jony tenang. “Mereka sudah merencanakan untuk menikah. Undangan pun sudah disebar ke mana-mana. Akan tetapi Nona Greta pergi meninggalkan Tuan Zack entah ke mana. Itu sebabnya Tuan Zack meminta anda untuk menikah dengannya besok."

Mata Celine membulat. Dia paham sekarang, kenapa Zack terlihat begitu tergesa-gesa mengajaknya menikah. Ternyata dia hanya menjadi pelampiasan rasa malu pada banyak orang yang sudah dia undang.

“J-jadi, aku dijadikan pengantin pengganti untuk kekasihnya yang kabur itu?”

Suara Celine mendadak sumbing kala mengatakan itu, dadanya mendadak sesak mendengar penjelasan dari anak buah calon suaminya.

*

*

*

"Bagaimana Celine, apa kamu sudah menandatangani surat perjanjian itu?"

Baru sampai di depan rumah sakit, Sisilia menyambut kepulangannya dengan tidak sabar ingin mendengar keputusan putrinya itu.

Dia berpikir seandainya Celine menikah dengan pria kaya raya itu tentu kehidupan pribadinya akan membaik, bahkan dia tidak harus dipusingkan lagi dengan ekonomi yang selama ini membuat dia banyak pikiran.

"Sudah Mah, dan Tuan Zack meminta kita untuk menikah besok."

Mata Sisilia membulat sempurna dengan senyum mengembang senang.

"Apa, besok? Jadi besok kalian akan menikah? Astaga Celine, Mama tidak menyangka kalau sebentar lagi kamu akan menjadi Nyonya muda Welyoston. Selamat ya Nak!"

Mendengar nama Welyoston, membuat Crush yang terbaring di atas brankar seketika mengangkat kepalanya dan menoleh pada istri dan putrinya itu.

Dia tau kalau putrinya hanya suka pada satu pemuda dari semenjak mereka duduk di bangku sekolah dulu. Pemuda itu bahkan berpamitan padanya pada saat hendak pergi untuk bekerja dan menitipkan agar Celine menunggu kepulangannya.

"Tapi Nak, bukankah kamu hanya cinta pada Nak Raka?” Crush merasa bersalah jika sampai anaknya mengorbankan perasaan demi dia yang hidupnya tak akan lama lagi. “Apa kamu sudah pikirkan baik-baik?”

"Papa, Papa tidak perlu memikirkan soal itu!” ucap Celine dengan lembut dan senyum tipisnya menghampiri Crush. Dia meraih tangan keriput itu dan menggenggamnya dengan lembut.

“Yang harus Papa pikirkan sekarang, bagaimana caranya Papa bisa sembuh dari sakit! Itu yang membuat Celine tidak kuat, Papa!"

Tetes air mata membasahi pipi laki-laki yang mulai terlihat keriput. "Semua ini memang salah Papah! Maafkan Papah, Sayang. Papah memang orang yang tidak berguna."

Tangis Papanya membuat Celine tak kuat menahan air matanya agar tidak terjatuh. Sekuat apapun dia menahan, bulir bening itu tetap menetes di pipi mulusnya.

Dalam pelukan papa tersayang Celine menangis sejadinya, menerima nasib yang sepertinya tidak pernah berpihak baik kepadanya.

Sedangkan Sisilia hanya bisa menepuk punggung putrinya itu dengan wajah pura-pura layu. Jika ada orang yang paling bahagia menyambut pernikahan dadakan putrinya dengan Tuan Zack, tentu dialah orangnya.

"Aku ikhlas Pa! Aku rela. Apapun akan aku lakukan agar Papa bisa sembuh! Aku tidak mau kalau Papa terus seperti ini!"

Laki-laki tua itu mengangguk cepat di dalam tangisnya, memberi semangat pada anaknya yang sudah rela berkorban.

“Terima kasih, Nak. Kamu memang putri kebanggan Papa,” ujar Crush begitu tulus.

Belum usai tangis mereka mereda, terdengar suara langkah kaki semakin mendekat dan berhenti di depan pintu ruang rawat tersebut.

Crush dan Celine spontan menoleh pada orang yang baru saja datang itu.

"Permisi apakah ini dengan Nona Celine Rosella Ardinanta?"

Seorang wanita berpakaian formal datang membawa sebuah koper berukuran sedang.

Sepintas, Celine seperti pernah melihatnya, tetapi siapa? Dan dimana dia melihatnya?

"Iya, saya Celine Rosella Ardinanta, ada apa Nona mencari saya?"

BERSAMBUNG.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status