Share

Bab. 08

Penulis: Naura Shafa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 10:49:09

Semenjak kejadian malam itu suasana di rumah semakin dingin pria itu bahkan jarang pulang, Nadya berusaha tetap menunggunya. Walau bagaimana pun dia tetap suaminya, sudah dua minggu berlalu Bastian selalu pulang terlambat bahkan dia tidak pulang. Menanyakan kabar pun dia tidak pernah, dia cuek acuh bahkan dingin, sekalinya pulang Bastian tidak berbicara dengannya.

Malam ini Nadya bersiap untuk menghadiri acara pesta ulang tahun kakek Baskoro yang akan segera di gelar. Make up tipis menghiasi wajah cantik Nadya, lipstik andalannya berwarna pink muda menempel sempurna di area bibirnya. Nadya membiarkan rambutnya terurai dan sedikit ia catok bergelombang. Wanita itu tersenyum dan menatap wajahnya di depan cermin. Akan tetapi sudah jam tujuh malam Bastian belum mengabarinya dia bahkan tidak pulang semalaman. Dan malam ini Bastian tidak kunjung datang membuat hati dan perasaan Nadya resah gelisah.

“Bagaimana kalau dia tidak datang? apa yang akan aku katakan pada kakek dan mamah?” Gumam Nadya menatap jam yang menempel di dinding tembok.

Nadya bergegas keluar kamar dengan gaun cantik menempel sempurna di tubuhnya dia juga mengenakan tas kecil yang akan dia pegang sebagai perhiasannya Nadya memakai kalung pemberian Bastian pada saat mereka menikah.

“Kenapa dia belum kunjung datang? acara akan segera di mulai.” Ucap kembali Nadya dengan pikirannya yang sangat resah.

Tidak menunggu waktu lama Bastian datang dengan mobil hitam miliknya Nadya tersenyum akhirnya pria itu datang juga.

Terlihat Bastian sudah rapih dengan kameja hitam, pria itu terlihat sangat tampan membuat Nadya terdiam.

“Tuan, akhirnya kau datang juga.” Ucap Nadya tersenyum menghampiri.

Bastian tidak menghiraukannya dia bergegas menarik tangan mulus Nadya untuk segera masuk ke dalam mobil.

“Masuklah, jangan pernah berbicara lagi, saya muak mendengarmu.” Bastian menutup pintu mobil dan bergegas pergi meninggalkan rumah bersama Nadya.

Di dalam perjalanan Nadya hanya diam membisu tangannya mencekal erat tas yang dia pegang. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut mereka berdua, tiba-tiba saja Bastian menghentikan laju kendaraannya membuat Nadya terkejut. Padahal sudah setengah perjalanan menuju ke rumah sang kakek.

Ckkiit

“Tuan, ada apa? Apa kau menabrak sesuatu?” Tanya Nadya panik menatap ke arahnya.

Bastian tidak mengeluarkan sepatah kata pun dia diam membisu menatap ke arah jalanan, tatapan itu kosong. Nadya semakin khawatir dan panik dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Tuan, apa kau baik-baik saja?” Tanya kembali Nadya mulai panik.

Tiba-tiba saja Bastian menatapnya dalam dengan tatapan dingin, dia mulai mendekatinya mengekang sedikit tubuh Nadya. Hingga wanita itu tidak bisa keluar dari kekangan karena memang mereka berada dalam mobil. Tubuhnya kaku napasnya memburu, Nadya mengalihkan pandangannya akan tetapi pria itu menarik sedikit wajah istrinya untuk terus menatapnya.

Tiba-tiba saja Bastian menarik dagu lancip Nadya lalu mengecupnya dengan lembut. Nadya terkesima kedua matanya membulat Nadya merasakan sentuhan bibir suaminya menempel sempurna.

Nadya mendorong tubuh Bastian dia menatap dengan wajah memerah, ingin sekali Nadya memberontak dan berteriak akan tetapi dia enggan melakukannya bahkan tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya seakan membisu dan beku.

“Kau menginginkan hal ini, apa ini yang kau inginkan?” Tanya Bastian dingin menatap tajam. Hanya mendengar suara itu dengan tuduhan yang keluar dari mulut suaminya.

Nadya tercekat tenggorkannya tiba-tiba saja kering kerontang untuk membuka mulut saja pun dia tidak bisa seakan di kunci dengan rapat. Bastian kembali mendekati tubuhnya dia menarik wajah Nadya yang kian memerah.

“Kau menginginkannya lagi.” Suara itu menggema di area telinga. Bastian semakin menatapnya sorot mata merah menyala seakan ingin membunuh dan menelan hidup-hidup.

Nadya membuka mulut mendorong tubuh Bastian dengan tenaga yang dia miliki, Nadya kemudian mengusap bibir tipisnya. Nadya membuat pembelaan pada dirinya dia tidak ingin harga dirinya di injak-injak oleh suaminya sendiri. Kedua mata mulai memerah matanya mulai mengeluarkan air mata lalu dia mengusapnya kembali dengan kasar.

“Kau salah, Tuan. Aku bahkan tidak menginginkannya! Aku tidak menginginkan kamu dalam hidupku. Tuduhanmu menyakitiku,” Nadya menangis dia mendorong tubuh Bastian dia mulai mengeluarkan napas berat.

“Kau berbohong! Kau menginginkan apa yang seharusnya saya berikan kepada wanita lain. Kau cemburu kepadaku.” Ucap Bastian sambil tertawa terkekeh.

Nadya mendelik tajam ke arahnya dia ingin memukul bahkan mendorongnya keluar dari mobil. Akan tetapi tangan itu seperti kaku diam membisu tidak ada pemberontakan.

“Aku memang istrimu tapi tidak untuk kau lecehkan, kau bilang kau tidak akan menyentuhku tapi malam ini kau berani menyentuhku secara tiba-tiba.” Nadya menatap dengan tatapan tajam. Kedua tangannya mengepal geram kesal dan marah.

“Ya, memang benar aku mengatakan hal itu akan tetapi aku bisa saja menyentuhmu kapan pun dan di mana pun. Kau yang menginginkan hal ini kau cemburu ketika aku membawa wanita di depan matamu. Kau menyukainya? Kau menginginkan hal ini.” Ejek Bastian terkekeh.

Kedua tangan wanita itu mencengkram kuat gaun yang dia kenakan napasnya memburu dia tidak bisa melawan karena Bastian sangat kuat.

“Kau memang pria licik! Kau sangat egois.”

“Aku! Egois? Apa kau tidak merasa dirimu yang lebih egois dariku?!” Tuduh Bastian.

Nadya menundukan wajahnya tiba-tiba saja Bastian menarik tubuhnya yang kini mereka berhadapan. Bastian mengecup bibir Nadya secara kasar dan ganas hingga Nadya merasakan sesak tidak bisa bernapas. Ciuman itu semakin merajala lela Bastian mengekang tubuh Nadya yang lemah tidak berdaya.

“Lepaskan aku!” Nadya berhasil mendorong tubuh Bastian dengan sekuat tenaganya. Polesan make up itu hancur berantakan akibat yang dilakukan Bastian. Nadya menangis air mata jatuh tumpah membasahi kedua pipi dan gaunnya.

“Kau menyakitiku!”

Akan tetapi Bastian tidak menghiraukan istrinya dia terkekeh mengejek dia segera merapihkan diri lalu menjalankan kembali laju kendaraannya menuju ke rumah sang kakek di mana pesta itu sudah di gelar sangat meriah.

“Saya tidak bisa datang ke sana! Saya ingin pulang! Tolong Tuan saya tidak bisa menghadiri acara kakek dengan wajah berantakan begini.” Nadya memohon akan tetapi Bastian tidak menghiraukannya dia tetap menjalankan mobilnya menatap dingin seolah-olah tidak ada kejadian yang terjadi di antara mereka berdua.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pengganti   TAMAT

    Satu bulan kemudian. Nadya meringis merasakan sakit yang amat di bagian perut buncitnya, mungkin sudah saatnya dia melahirkan. Dirinya membangunkan Bastian yang baru saja tertidur karena sejak siang tadi dia menemani Serly berobat ke rumah sakit. Hingga sekarang Bastian baru tertidur pulas, Nadya membangunkan suaminya untuk meminta bantuan karena perutnya sudah merasakan kontraksi yang luar biasa. “Sayang, perutku sakit tolong bawa aku ke rumah sakit.” Rintih Nadya. Ia terkejut karena cairan bening mulai merembes ke seluruh pakaian yang dia kenakan, Bastian dengan sigap langsung membuka kedua mata lalu melihat kondisi istrinya. Di sana Nadya tengah mengelus-elus perutnya sambil menangis karena kontraksi yang dia alami sangat luar biasa. “Kamu mau melahirkan?” Tanya Bastian. “Sepertinya sayang, karena memang sudsh waktunya aku melahirkan.” Ucap Nadya dengan suara terengah menahan rasa sakit. Tanpa menunggu w

  • Istri Pengganti   Bab. 205

    Laura malah cemberut dia tetap ingin duduk di kursi yang Nadya duduki membuat Arga jengkel dan kesal. Walau bagaimana pun Laura harus dia ajarkan tatakrama karena ia akan meninggalkannya cukup lama, Arga tidak mau Laura tidak tahu sopan santun apalagi kepada keluarga Nadya. “Laura pengen duduk di sana.” Rengek Laura menunjuk ke arah kursi yang Nadya duduki.Bi Ayu yang melihat dari arah dapur merasa jengkel atas sikap yang Laura perlihatkan, ia merasa anak itu sangat menyebalkan.“Sayang, kamu tidak boleh merebut hak orang lain apalagi kursi itu sudah tante Nadya duduki.” Arga menatap tajam ke arah Laura. “Sudah-sudah, hanya kursi, Laura kalau kamu pengen duduk di sini boleh sayang biar tante duduk di tempat lain.” Ucap Nadya merayu. “Pergilah.” Titah Laura membuat Arga terkejut atas apa yang anak itu lontarkan kepadanya.“Laura.”“Sudah, Arga. Namanya juga anak kecil, kamu tidak boleh bersikap keras, biar nanti aku yang urus.” Ucap Nadya.Nadya hanya bisa menggelengkan kepala ia m

  • Istri Pengganti   Bab. 204

    Arga datang malam-malam untuk menemui Bastian dan keluarganya dia ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang telah ia perbuat. Malam ini Arga ingin menitipkan Laura kepada mereka karena dia yakin bahwa Bastian dan Nadya bersedia merawat putri kandungnya. Sampai dia benar-benar bisa menerima segalanya, Arga menahan rasa malu dan memutuskan untuk datang ke rumah mereka. “Arga, ada apa ini?” Tanya Nadya terlihat cemas. Arga membawa tas jinjing dan koper berisi pakaian Laura. “Maafkan, aku.” Ucapnya sambil menghampiri Nadya. Koper dan tas ia taruh kemudian Arga langsung mendekati Nadya dan bersujud dihadapannya. Nadya menggelengkan kepala dia tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada pria itu, sampai-sampai Arga bersujud di kakinya.“Apa yang kamu lakukan, bangunlah.” Titah Nadya.“Apa yang kamu lakukan, Arga berhenti bersikap seperti itu.” Nadya mulai meninggikan suaranya karena Arga masih bersujud di kakinya.“Maafkan atas segala kesalahanku, aku tahu kalian pasti tidak akan mau

  • Istri Pengganti   Bab. 203

    Nadya segera menyusul suaminya di mana Bastian langsung melihat kondisi Serly yang tiba-tiba pingsan. Serly tergeletak di bawah lantai membuat Bastian sangat terkejut dan sedih sekali, padahal tadi pagi Serly baik-baik saja. ”Mamah, bangun, Mah.” Ucap Bastian. Tidak terasa air matanya mengalir begitu deras, hal yang Bastian takutkan akhirnya terjadi kepada Serly di mana kondisi sang Mamah sudah tidak terkendali. Penyakit yang di deritanya semakin parah membuatnya sangat takut kehilangan orang tuanya. Bastian segera menyiapkan mobil untuk membawa Serly ke rumah sakit. “Sayang, bagaimana kondisi Mamah?” Tanya Nadya menghampiri.“Kepalanya berdarah, sepertinya Mamah jatuh dan terbentur.” Ucap Bastian. “Ya ampun, Mamah.” Lirih Nadya. Serly tengah berbaring dengan kondisi sangat mengenaskan padahal Bastian sudah berusaha melindungi orang tuanya. Akan tetapi hal tidak terduga terjadi di mana Serly tidak sengaja terjatuh mengakibatkan dirinya jatuh pingsan.“Aku harus membawa Mamah ke r

  • Istri Pengganti   Bab. 202

    Nadya perlahan duduk di kursi lalu memandangi Jeni yang tengah berbaring lemah, dia masih ingin mengandung dan melahirkan. Walau pun penyakit yang dia derita sangat parah tapi Jeni tetap bersikeras untuk melahirkannya.“Nadya, maafkan aku.” Ucapnya dengan suara lemah. Kedua matanya tertutup rapat napasnya terengah. “Kenapa kamu masih mau mempertahankan kehamilanmu, Kak?” Tanya Nadya.Terdengar suara napas berat dari Jeni, dia meneteskan air mata kemudian mulai membuka kedua matanya. Kemudian ia langsung menoleh ke arah Nadya yang kini ada di sampingnya. “Aku tidak mau anakku April tidak memiliki adik, aku tidak mau dia kesepian. Jadi aku putuskan untuk tetap mempertahankan kehamilanku supaya dia memiliki adik kandung. Aku merasakan bagaimana hidup sendiri tidak punya kakak atau adik, itu sebabnya aku ingin mempertahankan kehamilanku. Tinggal menunggu satu bulan lagi aku akan melahirkan anak ini. Nadya, aku percaya kepadamy kau akan menyayangi anakku juga sama seperti anakmu, kan?” T

  • Istri Pengganti   Bab. 201

    Beberapa hari kemudian.Nadya mencari-cari ke mana perginya Jeni, sampai-sampai orang yang berada di rumahnya tidak memberitahu bahwa Jeni berada di rumah sakit. Bastian tidak mau terus-terusan seperti ini di mana dirinya membohongi istrinya tentang keadaan Jeni. Semua yang dia lakukan untuk kesehatan Nadya karena dia sedang mengandung. Hari ini Nadya tengah duduk termenung pikirannya sangat kacau padahal sebentar lagi dia akan melahirkan tinggal menunggu satu bulan lagi. Tapi Jeni pergi entah ke mana, dia juga tidak pamit membuatnya sangat mencemaskannya.“Sayang, aku mau bicara sesuatu kepadamu,” ucap Bastian mendekatinya. Nadya masih duduk menatap ke arah jendela hatinya sangat hancur karena beberapa setelah kejadian mereka tidak tegur sapa. Ia enggan mempertanyaan siapa yang membuat suaminya berubah. “Aku tahu kamu pasti marah kepadaku, aku juga tahu kamu menjauhiku. Aku khawatir tentang keadaanmu karena kamu sedang hamil besar.” Ucap Bastian ia duduk tepat di pinggir Nadya la

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status