Beranda / Rumah Tangga / Istri Warisan Sahabat / 97. Memperjuangkan Hak

Share

97. Memperjuangkan Hak

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-18 13:07:52

Happy Reading

*****

Siang setelah Haidar dan Aliyah mengantar Hazimah menemui bayinya, mereka berbincang di ruang tamu bersama Yana. Kini, perempuan paruh baya itu mulai bisa menggerakkan beberapa jarinya sehingga ketika mengelami kesulitan berbicara sering menggunakan tulisan supaya orang di sekitarnya mengerti.

"Mama mau ngomongin apa?" tanya Hazimah ketika Yana mulai menggerakkan bibir, tetapi tak jelas apa yang diucap. Perempuan itu sudah menyodorkan benda pipih pintar untuk komunikasi mereka.

Yana menuliskan apa yang menjadi ganjalan hatinya. Beberapa menit kemudian, ketiga orang tersebut sudah bisa melihat maksud hati perempuan paruh baya tersebut.

"Enggak perlu khawatir, Tan. Saya pasti akan memperjuangkan hak-hak Zafran," ucap Haidar.

Yana mencoba mengingatkan bahwa besok, Haidar harus bertemu dan berunding dengan rekan kerja Zafran untuk menuntut ketidakadilan atas pembagian laba usaha yang didirikan bersama rekanannya.

"Terima kasih, Nak," tulis Yana, membalas ucapan Haid
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri Warisan Sahabat   104. Haidar

    Happy Reading*****Beberapa menit kemudian saat keduanya sudah menyelesaikan ritual. Haidar mengajak Hazimah ke tempat akadnya tadi untuk menandatangani berkas yang harus mereka selesaikan. Para tamu undangan dan juga saksi pernikahan keduanya dipersilakan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Mereka masih terus berbisik-bisik menggosipkan pernikahan Haidar."Gimana, sih. Sudah tahu istri lagi sakit keras. Kok, malah nikah lagi. Pasti sama-sama gatel, nggak pernah bisa nahan nafsunya." Omongan seperti itulah yang paling banyak di dengar oleh Haidar. Lelaki itu cuma bisa mengembuskan napas. Lelah, sudah pasti Haidar rasakan apalagi jika dia harus menjelaskan alasan di balik pernikahannya saat ini. Hazimah menoleh ke arah sang suami. "Beginilah yang akan kita hadapi ke depannya," ucap perempuan itu. "Maafkan aku, Im. Kamu harus menjadi cemoohan orang lain," sahut Haidar. Ragu, dia menangkupkan tangannya di atas tangan Hazimah. Perempuan itu menoleh kembali disertai senyuman. "

  • Istri Warisan Sahabat   103. Akad Kedua 2

    Happy Reading*****Tenang, seolah tak ada gejolak apa pun di hatinya, Aliyah mengantarkan Hazimah mendekat pada Haidar. Suasana mendadak hening dan canggung, semua menunggu Haidar membacakan doa pada istri barunya. Sementara orang yang ditunggu masih berperang dengan hati dan perasaannya. Haidar mungkin terlihat tangguh dan kuat di depan semua orang. Namun, mereka yang berada di sana tak pernah mengetahui jika lelaki tersebut tengah kesakitan saat ini. Cinta yang seharusnya, hanya dia berikan pada Aliyah kini harus dibagi dengan Hazimah. Mengingat masa lalunya yang memiliki perasaan cinta pada Hazimah, harusnya Haidar bahagia karena semua angannya telah terpenuhi. Namun, kenyataan tidak demikian. Haidar tidak bahagia dengan pernikahan keduanya. "Mas," panggil Aliyah sambil menggendong Ilyas. Namun, Haidar belum meresponnya."Adik," tambah Sania. Haidar masih bergeming. Tatapannya lurus ke depan."Ain," kali ini Ruby mencoba menyadarkan si bungsu.Satu sentuhan dari dari Abdul, mem

  • Istri Warisan Sahabat   102. Akad Kedua

    Happy Reading*****Sudah hampir dua bulan ini, bayi yang dilahirkan Hazimah diperkenankan pulang. Si kecil tumbuh dengan sehat setelah dinyatakan bobot tubuhnnya memenuhi syarat. Acara akikah juga dilaksanakan cukup meriah dengan menyembelih dua ekor kambing di rumah Hazimah. Aliyah menjadi perempuan yang paling antusias menggendong si kecil walau tubuhnya masih terbilang ringkih karena penyakit yang dideritanya.Mereka semua telah sepakat untuk melaksanakan pernikahan Haidar dan Hazimah setelah perempuan itu selesai nifas.*****Acara yang cukup sederhana digelar di rumah Haidar, tak banyak yang diundang dalam akad keduanya kali ini. Bukan berniat lelaki itu meremehkan Hazimah atau yang lainnya, tetapi akad kali ini dilakukan dalam keadaan banyak masalah yang terjadi. Rasanya kurang pantas menyelenggarakan pesta pernikahan saat Yana, sang Mama mertua dan juga Aliyah, istri pertama Haidar sedang sakit. Walau berat, tetapi Haidar dan Hazimah tetap melakukan pernikahan tersebut karena

  • Istri Warisan Sahabat   101. Berbunga-bunga

    Happy Reading*****"Sayang, jangan salah paham dulu. Semua ini, enggak seperti yang kamu bayangkan." Haidar segera berdiri dan mendekati sang istri. Wajah ketakutan jelas sekali tergambar pada lelaki itu apalagi ketika Aliyah menolak rangkulan sang suami.Hazimah yang mendapati posisi tidurnya sangat tidak pantas, merasa bersalah. "Al, jangan salah paham. Kami nggak melakukan apa-apa seperti yang terlihat sekarang dan perkiraanmu." Cepat-cepat Hazimah menggeser posisi duduknya menjauh dari suami Aliyah. Sungguh, kepergok seperti posisinya tadi apalagi dengan seorang lelaki yang bukan mahramnya, membuat Hazimah malu. "Sayang," panggil Haidar sekali lagi sambil berusaha melingkarkan tangannya ke pinggang Aliyah. Namun, lagi-lagi sang istri mengikis tangannya. "Sayang, jangan kekanakan, dong."Aliyah menatap sang suami dan Hazimah bergantian. Kalau boleh, saat itu juga dia ingin tertawa keras sepuasnya melihat wajah ketakutan dan rasa bersalah dia orang tersebut. Namun, semua itu mas

  • Istri Warisan Sahabat   100. Tertangkap Basah

    Happy Reading****Malam semakin sunyi, hampir tak ada lalu lalang orang lagi di sekitaran lorong rumah sakit. Hazimah mengeratkan kedua tangannya di depan dada, hawa dingin mulai menyerang. Gamis yang membalutnya tak cukup mampu memberikan kehangatan. Jarak beberapa puluh senti di depannya, Haidar menyandarkan punggungnya pada dinding penyangga. Tangannya terlipat di dada, kaki kanannya menimpa di atas kaki kiri. Seluruh raganya lemah saat ini, sesekali dia melihat ke arah Hazimah yang masih terdengar terisak walau lirih. "Aku antar kamu pulang? Malam ini biarkan aku yang menjaga putramu." Haidar mencoba memberi solusi. "Sebentar lagi, sopirku ke sini," katanya.Haidar memang telah meminta ijin pada Aliyah dan Sania untuk menginap di rumah sakit menunggu bayinya Hazimah. Haidar tidak tega melihat keadaan Hazimah yang terus bersedih. Jadi, biarlah dia sendiri yang akan menjaga bayi itu malam ini."Nggak usah, aku mau nungguin dia. Kamu aja yang pulang. Aliyah sama Bunda pasti sudah

  • Istri Warisan Sahabat   99. Gelisah

    Happy Reading*****"Tenang, Sayang. Kamu jangan ikutan panik. Kontrol emosi agar enggak terjadi sesuatu. Mas, enggak mau kamu kenapa-kenapa," peringat Haidar ketika mendengar suara kekhawatiran sang istri."Astagfirullah," ucap Aliyah berusaha menetralkan semua kegelisahan hatinya. Terdengar beberapa kali helaan napas dari perempuan itu hingga beberapa detik kemudian, dia kembali berkata, "Coba njenengan tanya pada perawat yang menjaga ruangan tersebut. Barangkali ada yang tahu.""Ya, sudah. Mas tanya ke perawat aja. Kamu yang tenang, ya. Jaga kesehatan, jangan berpikir terlalu keras. apalagi negatif. Si kecil pasti baik-baik saja." Setelah mengucap salam, Haidar mengakhiri panggilannya. Lelaki itu mengedarkan pandangan, mencari seorang petugas medis yang bisa dia tanya tentang keberadaan bayi yang dilahirkan Hazimah. Melihat seseorang yang dicari tengah duduk di salah satu meja tak jauh dari tempatnya berdiri kini, Haidar segera menghampiri perempuan tersebut."Permisi, Sus. Saya m

  • Istri Warisan Sahabat   98. Panik lagi

    Happy Reading*****Skak mat, Haidar tidak lagi bisa berkata-kata setelah membaca isi perjanjian kerjal sama antara Zafran dan Tomi. Suami Aliyah itu memilih diam dan bungkam. Dia merasa gagal, tak bisa memperjuangkan hak almarhum sahabatnya yang mungkin bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bayinya yang baru lahir."Saya rasa maksud saya cukup jelas, apalagi Anda lulusan akademik yang cukup berkompeten di bidang ini. Jelas tertulis pada pasal perjanjian, bahwa Ibu Hazimah adalah pewaris dari saham usaha ini. Jika hanya kuasa yang dia berikan, maka itu tidak terlalu kuat. Kecuali Anda menggantikan posisi Zafran sebagai suaminya." Jeda sejenak, Tomi menatap Haidar dan Notaris itu bergantian. "Bukan begitu, Pak?" tanyanya lebih lanjut pada Notaris."Itu hanya akal-akalan Anda saja, Pak. Enggak ada hukum yang menyebutkan saya harus menjadi suaminya untuk membantu memperjuangkan semua ini. Kuasa dari Bu Hazimah sudah cukup mewakili," sanggah Haidar, tidak mau ditekan oleh T

  • Istri Warisan Sahabat   97. Memperjuangkan Hak

    Happy Reading*****Siang setelah Haidar dan Aliyah mengantar Hazimah menemui bayinya, mereka berbincang di ruang tamu bersama Yana. Kini, perempuan paruh baya itu mulai bisa menggerakkan beberapa jarinya sehingga ketika mengelami kesulitan berbicara sering menggunakan tulisan supaya orang di sekitarnya mengerti. "Mama mau ngomongin apa?" tanya Hazimah ketika Yana mulai menggerakkan bibir, tetapi tak jelas apa yang diucap. Perempuan itu sudah menyodorkan benda pipih pintar untuk komunikasi mereka.Yana menuliskan apa yang menjadi ganjalan hatinya. Beberapa menit kemudian, ketiga orang tersebut sudah bisa melihat maksud hati perempuan paruh baya tersebut."Enggak perlu khawatir, Tan. Saya pasti akan memperjuangkan hak-hak Zafran," ucap Haidar. Yana mencoba mengingatkan bahwa besok, Haidar harus bertemu dan berunding dengan rekan kerja Zafran untuk menuntut ketidakadilan atas pembagian laba usaha yang didirikan bersama rekanannya."Terima kasih, Nak," tulis Yana, membalas ucapan Haid

  • Istri Warisan Sahabat   96. Bahagia di tengah Ujian

    Happy Reading*****Beberapa menit berada di ruang NICU membuat pasangan yang sedang didera banyak ujian itu memiliki pasokan kebahagiaan. Terutama Aliyah, perempuan itu merasa bahwa kelahiran putra Hazimah adalah awal dari semua kebahagiaan yang akan segera datang."Mas, kita jenguk Mbak Azza sekarang, yuk," ajak Aliyah setelah bayi tampan milik Hazimah itu memejamkan mata, sepertinya hawa di inkubator sama dengan di dalam rahim. Jadi, bayi lucu nan menggemaskan itu langsung nyaman berada di dalamnya."Ayo," sahut Haidar dengan wajah yang tidak bisa dideskripsikan oleh Aliyah.Perempuan itu tidak bisa menebak ekspresi suaminya saat ini. Antara bingung, sedih sekaligus bahagia. Namun, perempuan itu mencoba mengabaikan semuanya. Berpikir, mungkin Haidar lelah karena sejak kepulangan mereka, masalah datang bertubi-tubi tanpa henti. Sesampainya di depan ruang inap Hazimah, para orang tua sudah berada di depan, hanya Yana dan Sania yang diperkanankan masuk untuk menjaga perempuan yang ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status