Share

Istri yang menjadi Gundik
Istri yang menjadi Gundik
Author: Ilaks

Bab 1

Author: Ilaks
Selama lima tahun ada di sisi Doni, baru hari ini aku tahu bahwa dia sudah punya istri sah dan dua anak! Bahkan dia diam-diam memberiku pil KB selama ini. Dan sekarang, dalam perutku, sedang tumbuh anak yang tidak akan pernah dia akui sebagai darah dagingnya.

Aku berjalan keluar seperti orang linglung, langkah kakiku terasa ringan seolah menginjak kapas.

Nama Vivi Wisnutama, pewaris Keluarga Wisnutama, sangat tidak asing di telingaku. Doni sudah berkali-kali mengeluh soal dia. Dengan wajah penuh kejengkelan, Doni berkata, "Vivi itu sombong dan kasar, semena-mena karena kekayaan keluarganya. Sekali pun aku bangkrut, aku nggak akan pernah mau menikahinya!"

"Elma, hanya kamu satu-satunya yang benar-benar memahami aku di dunia ini. Tak ada satupun gadis kaya yang sungguh-sungguh mencintaiku."

"Sekarang dewan direksi perusahaan mulai menekanku, jadi hubungan kita sementara harus dirahasiakan. Tapi tenang saja, begitu aku sudah menguasai perusahaan sepenuhnya, aku pasti mengumumkan pernikahan kita."

Dan sekarang, semua itu terdengar seperti lelucon kejam. Anak-anak mereka bahkan sudah masuk SD. Lalu, apa arti pengorbananku selama lima tahun ini?

Sarapan yang kusiapkan setiap pagi, malam-malam panjang yang kuhabiskan sendirian menunggunya pulang, dan … nyawa kecil yang belum dia ketahui itu gini sedang tumbuh di dalam tubuhku. Apa semua itu tidak berarti baginya?

Aku berjalan seperti larut dalam mimpi. Ketika melewati ruang rapat, aku melihat dua sosok di balik pintu kaca, yaitu Doni dan ibunya.

Ibunya bicara pelan, suaranya nyaris tidak terdengar, "Apa yang akan kamu lakukan tentang urusan dengan Keluarga Wisnutama?"

Nada Doni terdengar kesal saat berkata, "Ibu, jangan ikut campur. Vivi memang sombong, tapi dia setuju mempertahankan status kita saat ini. Sekarang dia kembali dari Negara Subara untuk mengurus perwalian keluarga, aku nggak bisa mengabaikannya."

"Terus, bagaimana dengan Elma?" Nada ibunya berubah dingin. "Selama tiga tahun ini, dia sudah mengurusku dengan sangat baik."

"Secara resmi, dia masih pacarku," jawab Doni enteng. "Vivi nggak peduli soal status. Lagi pula aku juga lebih banyak berada di kantor. Ada Elma di rumah untuk merawat Ibu, aku jadi bisa fokus bekerja."

Aku segera menutup mulutku. Seperti ada rasa darah di lidahku.

Di mata Doni, aku hanya pengasuh gratisan.

"Lagi pula, Vivi hanya memintaku ke Negara Subara beberapa hari setiap bulan untuk menemuinya dan anak-anak. Tenang saja, Elma itu sangat polos. Dia nggak akan curiga."

Darahku terasa berhenti mengalir. Suara gemuruh memenuhi telingaku, seperti ada air es yang disiram ke kepalaku.

Jadi, saat bilang sedang "dinas ke luar negeri", sebenarnya dia sedang bersama keluarga aslinya di Negara Subara.

Setiap kali dia mengigau dalam tidur, bukan karena ingin bertemu calon bayi kami, tapi karena merindukan anak-anaknya yang tinggal di Benua Etuania.

Saat aku hendak pergi, kudengar ibunya bicara lagi dengan nada yang lebih serius, "Anak-anak itu cepat atau lambat harus sekolah di Kota Orawa. Elma nggak akan bisa dibohongi terus."

Doni mendengus dingin, lalu berkata, "Elma bahkan nggak punya buku nikah, urusan anakku itu bukan haknya. Bilang saja ini pernikahan bisnis dan harus dilakukan. Dengan kepribadiannya, Elma pasti mengerti. Malah bisa jadi ikut bantu menjaga anak-anak."

Tiba-tiba perutku terasa sakit luar biasa. Aku membeku di tempat.

Ibunya sempat ragu, lalu berkata pelan, "Elma sudah merawatku selama ini, bukankah ini terlalu kejam untuknya?"

Nada suara Doni langsung dingin. Dia berkata, "Ibu, jangan naif! Apa Ibu nggak ingin melihat cucu kandung Ibu? Vivi itu anak keluarga terpandang, tapi dia mau melahirkan anak-anakku dan merawat mereka sendirian di Negara Subara selama ini. Sekarang dia hanya minta anak-anak kembali ke rumah, apa kita harus memikirkan perasaan orang luar?"

Aku ingin tertawa saking sakit hatinya.

Selama lima tahun aku selalu ada di sisinya dan di matanya aku hanya “orang luar.”

Akhirnya, ibunya pun menyerah dan berkata, "Ya, kamu benar. Darah daging tetap yang paling utama."

Kulihat dari balik kaca, dua orang itu sedang menyusun rencana dengan penuh perhitungan. Aku tidak bisa menahan tawa.

Lucu sekali. "Darah daging" yang mereka bangga-banggakan itu, justru sedang tumbuh dalam rahimku.

Selama lima tahun penuh.

Setiap kali dia pulang ke rumah dalam keadaan lelah, aku selalu tepat waktu meminum obat penyubur yang diresepkan dokter, demi meningkatkan peluang hamil.

Ketika dokter bilang kandunganku lemah, aku bangun subuh setiap hari untuk lari kecil dan mengatur pola makan dengan ketat.

Saat tahu hormonku rendah, aku rela menanggung suntikan hormon yang menyakitkan.

Lenganku penuh bekas tusukan jarum, suasana hatiku naik turun karena efek samping obat itu. Semua itu kulakukan dengan sukarela.

Tiga hari lalu, ketika tahu aku hamil, aku menangis bahagia. Penuh harapan menyusun kejutan untuk Doni.

Siapa sangka, di saat yang sama, mereka sedang sibuk menyusun rencana untuk membawa pulang istri dan anak-anaknya ke rumah tanpa sepengetahuanku.

Kukuku mencengkeram telapak tangan sampai berdarah, tapi sakit itu tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa dingin di hatiku. Sampai akhirnya, kurasakan gerakan halus dari bayi dalam perutku dan aku tersadar sepenuhnya.

Kalau mereka menganggap anak orang lain itu segalanya, biar aku tunjukkan bahwa anak ini sepenuhnya adalah milikku.

Kuraih perutku, di bibirku muncul senyum tipis namun penuh tekad.

'Doni, kamu pikir aku ini apa? Kelinci kecil yang penurut?'

'Kalian sudah membohongiku dan menghinaku, lalu masih berharap aku akan mengurus istri dan anak-anakmu?'

'Jangan mimpi!'

Kekayaan Keluarga Hariyono?

Harapan ibumu?

Garis keturunanmu?

Tunggu saja, Doni Hariyono. Aku akan tunjukkan pada kalian, jangan remehkan wanita yang sedang hamil. Apalagi wanita yang berkemampuan dan punya sumber daya, akan membuat kalian mendapat konsekuensi besar!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang menjadi Gundik   Bab 9

    Setelah dipenjara di tahanan wanita, Vivi segera mengalami gangguan jiwa.Dokter penjara mendiagnosisnya mengalami skizofrenia berat. Setiap hari, dia berbicara sendiri seolah-olah anak-anaknya masih ada di sisinya.Sementara itu, kedua anak itu hidup buruk di keluarga asuh. Kehilangan kehidupan mewah dan dibebani dosa ibu mereka, mereka menjadi sasaran penindasan di sekolah.Doni dijatuhi hukuman penjara 25 tahun. Sebagai mantan ahli keuangan elite, dia menjadi sasaran penindasan paling parah di penjara. Para tahanan yang bangkrut karena kejahatan finansial melampiaskan kemarahan mereka padanya.Kurang dari setahun, dia terus dipukuli hingga tulang belakangnya cedera dan lumpuh dari pinggang ke bawah. Setiap hari, dia hanya bisa berbaring di ranjang dan menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Perawat bilang, dia sering memanggil nama “Elma” dalam mimpi-mimpinya.Seluruh aset Keluarga Wisnutama pun disita karena kasus pencucian uang. Kerajaan hotel yang dulu megah runtuh dalam s

  • Istri yang menjadi Gundik   Bab 8

    Aku mengirimkan laporan DNA itu, beserta catatan aborsi dari rumah sakit, ke kantor Doni lewat jasa kurir anonim. Tentu saja, begitu mengetahui kebenaran itu, Doni pun kalang kabut mengumpulkan bukti kejahatan Vivi. Dua penipu itu akhirnya saling menerkam.Keesokan paginya, Hariyono Fund tiba-tiba mengumumkan pembersihan kantor. Semua staf diminta meninggalkan gedung. Doni muncul dengan setelan hitam, membawa sebuah map, dan langsung menuju ruang rapat.Di ruang rapat, Vivi sudah berdandan rapi menunggu dengan senyum penuh kemenangan.Senyumnya langsung memudar saat melihat map di tangan Doni.“Vivi, kita perlu bicara.” Suara Doni tenang tapi menyeramkan. Dia membuka laporan DNA di atas meja dan berkata, “Jovan dan Salsa bukan anakku.”Wajah Vivi berubah pucat. Dia mencoba tetap tenang sambil berkata, “Ini palsu. Dari mana kamu dapat laporan palsu ini?”“Aku melakukan pemeriksaan tiga kali.” Doni tertawa dingin. “Tiga laboratorium berbeda dan semua hasilnya sama. Ayah biologis mereka

  • Istri yang menjadi Gundik   Bab 7

    Aku diam-diam kembali ke Kota Orawa tepat pada saat Natal. Jalanan dipenuhi lampu hias dan toko-toko memutar lagu-lagu ceria. Namun, gedung kantor Hariyono Fund diselimuti suasana muram.“Pak Hariyono sebulan ini nggak masuk kantor,” bisik barista di kedai kopi. “Katanya dia hanya mengurung diri di kantor dan terus melihat foto-foto lama.”Mendengar hal itu, aku hanya merasa mual. Saat aku masih hidup, dia tidak pernah menghargaiku. Sekarang, dia malah pura-pura sedih. Apa ini? Memakai kematianku untuk menebus penyesalannya? Lalu anakku? Si kecil yang bahkan belum sempat melihat dunia. Siapa yang akan menuntut keadilan untuknya?Aku berdiri di seberang jalan, melihat sebuah mobil Bentley melambat dan berhenti di depan gedung. Seharusnya Keluarga Wisnutama sudah bersiap kembali ke Negara Subara, tapi dua anak itu belum juga terdaftar di sekolah Kota Orawa. Saat sedang berpikir, sebuah mobil Mercedes masuk ke area parkir bawah tanah dengan tenang. Vivi mengenakan kacamata hitam, m

  • Istri yang menjadi Gundik   Bab 6

    Aku mulai menyusun rencana balas dendam secara rinci. Pertama, aku butuh identitas baru. Rendra menghubungkan aku dengan temannya di FBI. Mereka menyiapkan serangkaian dokumen resmi Stella Harvis, seorang konsultan investasi yang baru kembali dari Kota Landa.“Keluarga Wisnutama sedang mencari konsultan investasi luar negeri.” Rendra menunjuk lowongan di layar. “Dengan kemampuanmu, posisi itu gampang kamu rebut.”Aku menelaah laporan keuangan Keluarga Wisnutama dengan teliti dan menemukan lubang-lubang menarik. Teknik pencucian uang mereka tidak terlalu canggih. Melalui “investasi karya seni” dan “donasi amal”, aliran dana besar mengarah ke Kepulauan Kerman.“Apa bukti ini cukup?” tanyaku pada Rendra. “Cukup untuk membuat FBI mengadakan penyelidikan,” jawab Rendra. “Tapi kita butuh bukti internal lebih banyak lagi.”Aku tersenyum tipis. “Kalau begitu biarkan aku yang jadi orang dalam mereka.”Selama sebulan berikutnya, aku belajar gila-gilaan tentang derivatif keuangan dan hukum pajak

  • Istri yang menjadi Gundik   Bab 5

    Tentu saja aku tidak mati. Mereka tidak tahu yang dikremasi itu hanyalah jenazah wanita tidak dikenal dari rumah sakit. Saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit pribadi di Geneta. Di luar jendela menjulang puncak bersalju Pegunungan Urpan.Perawat sedang mengganti infus. Ketika melihat aku terbangun, Dia menangis haru dan berkata, “Nona Stella, Anda akhirnya bangun! Anda koma selama sebulan penuh.”Aku menatap pemandangan salju di luar dan ingatan pun pelan-pelan kembali.Sahabat Ayah datang tepat waktu, menggunakan pengaruh dan identitas khusus untuk memindahkanku keluar dari rumah sakit, menciptakan ilusi kematian, lalu malam itu juga menyelundupkanku ke luar negeri.Butuh dua bulan perawatan di Negara Subara sebelum aku bisa berdiri dan berjalan lagi.Di depan cermin, tubuhku hanya tersisa kulit dan tulang, tapi yang penting adalah aku masih hidup.Waktu meninggalkan Kota Orawa, niatku hanya ingin kabur bersama anak yang sedang kupikul di dalam. Namun, mereka bahkan merampas har

  • Istri yang menjadi Gundik   Bab 4

    Pil KB?Seluruh tubuhku gemetar, menatap Doni dengan tatapan tidak percaya. “Pil KB apa?”Doni mengalihkan pandangan dan mengendurkan dasinya, dia berkata, “Pokoknya, kamu nggak mungkin hamil.”Aku terpaku memandangnya, tiba-tiba semuanya menjadi jelas.Vitamin yang setiap pagi dia beri padaku, suplemen kesehatan impor dari Negara Subara, ternyata adalah pil KB.Karena itu, setiap kali periksa ke dokter kandungan, mereka bilang hormonku tidak normal dan sulit untuk bisa hamil.Aku pikir itu karena stres, sehingga aku rajin minum berbagai vitamin dan latihan yoga agar bisa punya anak.Ironisnya, tiga bulan lalu aku khawatir komposisi suplemen itu tidak jelas, jadi aku diam-diam berhenti meminumnya. Justru karena itu, rencana kontrasepsi yang dia susun dengan rapi jadi gagal.Sakit di perut bawah tiba-tiba makin parah, darah deras mengalir dari tubuhku.Aku menunduk, melihat gaun putihku berubah jadi merah menyala dan baru sadar apa yang sedang terjadi.Aku menggenggam tangannya dengan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status