"Semua rasa sakit yang selama ini aku derita, pasti akan kamu rasakan juga."Pernikahan KeduaEpisode 15Happy Reading 💞***Abizar mendapatkan telepon dari anak buahnya, ia sudah mengetahui di mana keberadaan Excel kali ini. Tentu saja laki-laki itu sudah menunggu waktu lama untuk melakukan semua itu.Abizar tersenyum dingin sambil melipat ke arah kaca kecil di dalam mobil. "Tunggu dan lihat bagaimana rasa sakit itu akan menggerogoti hatimu," gumam Abizar.Mobil kini melaju menuju di mana Excel dan Alesha berada. ***Sementara itu di rumah mewah itu, Alesha tengah dalam masalah. Excel terus saja mendekati dirinya, hingga ia kini tersudut di pojok kamar. Tante Mutiara yang mencoba menggedor pintu untuk masuk harus berurusan dengan anak buah Excel."Kenapa kamu lakukan ini padaku?" tanya Alesha tak mengerti."Kamu tahu dengan jelas aku sangat mencintaimu, Alesha." Excel mendekat dan menatap wajah Alesha."Cinta kamu bilang!" teriak Alesha. "Jika kamu mencintai kamu tidak akan pernah
Excel menatap Abizar, ia benar-benar tak menyangka bahwa laki-laki yang kini berdiri di hadapannya adalah seseorang yang berasal dari kisah masa lalunya."Tunggu dan lihat saja nanti, setiap detiknya kamu akan merasa seperti tak ingin hidup." Abizar lalu berbalik dan menarik tangan Alesha begitu saja.Alesha yang masih bingung, hanya bisa diam saat sang suami meraih tangannya dan menarik kasar ke luar dari kamar itu."Abi, tunggu sebentar, Nak," ucap Mutiara sembari mengejar langkah menantu dan putrinya.Abizar berhenti dan berbalik, menatap wanita berusia empat puluh tahun itu dengan dingin."Tolong pelan-pelan, Alesha sedang sakit," ucapnya sambil mendekat ke arah sang putri."Alesha baik-baik saja," tegas Abizar lalu menarik tangan istrinya itu."Abi, jangan bersikap seperti itu dengan Alesha, semua yang terjadi bukan karena sengaja, malam itu Mama---"Abizar mengangkat tangannya membuka kelima jemarinya dan mengarah ke sang mertua. "Aku tak ingin mendengar apapun untuk saat ini."
Abizar melepaskan tangan Alesha dari pinggangnya. Laki-laki itu tak memedulikan kehadiran Alesha yang masih berdiri di sana."Maaf," ucap Alesha. "Aku hanya punya kata maaf untuk apa yang terjadi padamu." Abizar terdiam, laki-laki itu memilih meraih baju dari dalam lemari. Mengenakan kaos putih polos lalu menuju meja rias untuk menyisir rambutnya.Alesha tak bisa berbohong tentang rasa sesak yang kini ia rasakan. Hatinya tak terima mendapatkan perlakuan dingin dari Abizar, karena sebelum laki-laki itu begitu peduli padanya hingga benih cinta itu hadir di hatinya."Jika kamu ingin berkata walau kasar, aku akan jauh berterima kasih, tetapi jika kamu hanya diam saja, aku sungguh tak tahan dengan rasa sesak ini," ucap Alesha jujur.Abizar meletakkan sisir, berbalik dan menghadap Alesha. Mata mereka saling bertemu. Untuk beberapa saat keduanya terdiam dan hanya saling pandang."Kamu bilang tak tahan dengan rasa sesak?" Abizar mendengkus. "Apa yang telah ibumu lakukan? Apakah menurutmu tak
"Duduk di sini," pinta Abizar dengan lembut.Alesha memandang heran pada suaminya itu, sikap kasarnya mendadak hilang begitu saja.Abizar segera berdiri dan meraih kotak P3K di laci kerjanya. Ia membuka kotak itu dan mengeluarkan kapas lalu ia basahi dengan cairan pembersih luka. Alesha meringis menahan rasa sakit, saat kapas itu menyentuh kulitnya yang luka. "Tahan, ini tak akan lama," ucap Abizar sambil sesekali melihat ke arah pintu.Arum masih berdiri di sana."Lain kali kamu gak perlu sok perhatian padaku, gak usah peduli dengan apa pun tentang diriku," ucapnya lirih pada Alesha.Tentu saja, rasa sakit menjalar di hati Alesha saat ini. Mungkin Excel mengkhianati dengan sahabatnya, tetapi ia berusaha untuk tetap mendapatkannya kembali. Sementara, Abizar ia datang sebagai pahlawan, tetapi ternyata hanya memberikan kepedihan dalam hidup Alesha."Aku bisa sendiri," ucap Alesha meraih kapas dari tangan Abizar.Abizar membiarkan tindakan Alesha dan memilih untuk memunguti pecahan kac
Alesha dan Abizar hendak keluar dari kamar Ummi, tetapi tiba-tiba wanita pemilik pipi chubby itu memanggil putranya."Abi, tunggu," ucap Ummi membuat Alesha dan Abziar menoleh bersamaan."Ada apa, Ummi?" tanya Abizar yang masih berdiri di depan pintu kamar."Duduklah sebentar, ada yang ingin Ummi bicarakan dengan kamu dan Alesha lagi," pintanya.Tentu saja Alesha dan Abziar segera duduk di sofa kembali. Walau dalam hati Alesha dipenuhi dengan banyak tanda tanya, tetapi ia memilih untuk memasang wajah santai."Ummi ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan dua hari lagi," ucap Ummi.Seketika Alesha dan Abizar menatap tak mengerti. Syukuran untuk apa, pasalnya tak ada hal istimewa yang terjadi baru-baru ini."Syukuran apa, Ummi?" tanya Abizar penasaran."Syukuran atas pernikahan kamu dan Alesha. Hal ini sudah Ummi bicarakan dengan Abi, memang sudah kami rencanakan agar tetangga sekitar tahu bahwa kamu telah menikah, agar tak ada fitnah nantinya," jelas Ummi.Abizar hanya mengangguk menger
Abizar keluar dari kamar sembari membawa pecahan kaca dan juga foto Fatimah. Ia baru saja akan meletakkan foto itu di atas meja saat tiba-tiba Arum melihatnya."Kamu melepaskan foto Fatimah dari kamar? Kenapa bingkainya bisa pecah gitu?" Arum bertanya dengan penuh penasaran."Ya, aku akan menggantinya dengan bingkai baru," ucap Abizar yang lalu membuang pecahan kaca ke tempat sampah."Ini pasti ulah Alesha, kan?" Abizar segera berbalik menatap wanita bergamis navi itu. Perkataan Arum bukan terdengar seperti sebuah pertanyaan, tetapi justru seperti sebuah tuduhan."Aku sudah merasa perempuan itu tak baik, baru juga beberapa hari menjadi istrimu dia sudah pergi tanpa izin dengan laki-laki lain, sekarang dia pasti sengaja menjatuhkan foto itu agar pecah dan terpaksa dikeluarkan dari kamar. Aku yakin dia hanya ingin menggantikan posisi Fatimah," ucap Arum terlalu sok tahu dengan begitu bersemangat.Abizar menatap tajam ke arah istri kakaknya itu lalu berkata, "Kalau Mba gak tahu kejadian
"Semakin dingin sikapmu padaku, maka semakin ingin aku mendekatimu."Alesha SyaquenaHujan yang turun dengan deras membuat kaca jendela itu menjadi basah, laki-laki yang tengah menyesap asap rokok itu sesekali mengehela napas kasar karena teringat akan kebodohannya yang terlena akan bujuk rayuan Kyoona."Hadiah pernikahan. Ck!" Dengkusnya.Seharusnya Excel bisa menahan gejolak sesaat yang Kyoona tawarkan, tetapi nyatanya justru laki-laki itu terjebak ke dalam lobang zina untuk kedua kalinya.Kyoona memang tak menuntut apa-apa setelah kejadian itu, walau kesuciannya direnggut oleh Excel. Pikiran laki-laki tampan itu kini justru beralih pada Alesha, gadis yang begitu ia cintai yang kini telah sangat membencinya.Excel segera berdiri, ia meraih ponsel dari atas tempat tidur dan menekan nomor anak buahnya."Aku ingin kamu lakukan sesuatu untuk meneror perusahaan Abizar," ucapnya yang kini telah berdiri sambil menghadap kaca.Kaca basah itu menjadi saksi bisu rencana jahat Excel. "Apa yan
"Mengapa kamu terus mengelak dari rasa yang nyata-nyata ada?"***Selepas shalat Subuh Ummi sudah mewanti-wanti kepada para lelaki yang berada di rumah itu agar tak ada yang berangkat ke kantor hari ini karena selepas Zuhur akan ada pengajian dan syukuran atas pernikahan Abizar dan Alesha.Walau sebenarnya Abziar justru beralasan bahwa ia tak bisa meninggalkan pekerjaan karena kemarin ia sudah mengerjakan semuanya dari rumah."Baiklah, pergilah, tetapi usahakan pulang sebelum Zuhur," ucap Ummi pada akhirnya.Abizar mengangguk setuju, sementara Alesha merasa bahwa Abizar hanya mencari alasan agar bisa menghindarinya.***Alesha masuk ke ruang kerja sang suami untuk merapikan meja seperti biasa, tetapi kali ini ia tersenyum sendiri saat melihat cangkir teh itu kini telah kosong.Abizar yang masuk untuk mengambil tas kerjanya melihat Alesha tengah memegang cangkir lalu berkata, "Jangan salah paham, aku hanya tidak ingin teh itu menjadi terbuang sia-sia, mubajir."Alesha yang mendengar ha