Di malam ini Irma mendatangi seorang dukun, selain untuk membuat hubungan Ridwan dan Wuri hancur. Irma pun ingin memiliki kekayaa n secara instan serta memasang susuk pada tubuhnya, untuk memikat Ridwan dan pria lainnya."Aku ngerti maksude awakmu merene yoiku supoyo bisa narik atine wong lanang, to? Lan dadi sugih nganggo coro cepet?" ucap Mbah dukun dengan benar maksud tujuan Irma.(Saya tau niatmu ke sini untuk memikat hati laki-laki kan? Serta menjadi kaya dengan cara instan?)"Nggih, Mbah. Aku bakal nindakake opo wae supoyo rencana tak wujudake," jawab Irma.(Iya, Mbah. Apapun akan saya lakukan agar rencana saya ini berhasil,)"Opo kowe wis yakin karo niatmu iku? Naliko kowe wis nerimo sakabehe sarat, trus kowe dumadakan pengin mandheg ora nglakoke maneh, mulo kowe sing bakal dadi ciloko!" tegas Mbah dukun.(Kamu yakin dengan niatmu itu? Ketika kamu sudah menerima segala persyaratan, lalu tiba-tiba kamu ingin berhenti melakukannya maka dirimulah yang akan celaka!)"Opo kowe siap
POV AuthorDi rumah keluarga Melly sudah ada Ustaz Fiqih serta para santri yang saling membaca ayat-ayat Al-Qur'an.Semua teman-teman Melly pun datang terkecuali Irma. Sarah menangis saat mengetahui Melly adalah target korban tumbal selanjutnya."Biadab, Kakak tau Irma dalang dibalik semua ini. Kakak nggak sengaja ngeliat Irma bicara sama genderuwo, dan dia sebut suamiku," ucap Sarah."Apa, Kak? Suamiku?" tanya Intan terkejut."Iya, Dek, Irma bilang suamiku sama makhluk mengerikan itu.""Astaghfirullah, gila banget si Irma," ucap Hanif kesal."Melly kamu tolong duduk di tengah-tengah kita ya. Saya merasa makhluk itu masih ingin mengejarmu," kata Pak Ustaz."Baik, Pak." Melly langsung duduk di tengah-tengah, diantara puluhan para santri. Tubuhnya kembali sakit saat para santri, Ustaz dan tetangga membacakan asma-asma Allah.Melly memuntahkan kembali darah kental berwarna hitam dari bibir mungilnya. Semua yang melihat meringis seperti ikut merasakan sakit.Bundanya Melly menangis melih
Setelah pulang dari rumah Mbah Sutomo, Irma langsung bergegas untuk mencari tetangga yang sebentar lagi akan lahiran dan ia berencana untuk menculiknya.Irma tidak mau sampai keluarganya atau ia sendiri yang menjadi tumbal selanjutnya.Sebelum pulang ke rumah Irma sudah membersihkan dirinya terlebih dahulu, agar keluarganya tidak curiga dengan dirinya."Bu, Pak, lagi apa?" tanya Irma."Kalau masuk ucapin salam dulu, Nduk, kan kita muslim," kata bapaknya Irma."Eh, i--iya," jawabnya kikuk."Itu Mbak Siti dikit lagi lahiran ya?" ucap Irma mengalihkan pembicaraan."Iya, paling semingguan lagi kali lahiran. Orang kata ibunya bulan ini udah masuk ke jadwal lahirannya sih, emangnya kenapa?" tanya ibunya."Ya, nggak apa-apa, Bu, cuma tanya aja. Nanti kan aku bisa jengukin dan kasih kado," jawab Irma."Kamu akhir-akhir Ibu perhatiin jarang salat ya, Ir," tanya ibunya."Salat kok, tapi di kamar nggak jama'ah sama Ibu," kilahnya."Ya udah kalau gitu aku masuk kamar dulu ya, oh iya, Bu. Kemarin
Di rumah keluarga Melly mereka terus mengaji, keluarga Pak Cipto pun turut hadir dalam pengajian itu.Iblis pun murka kepada Pak Jefry mereka bertarung tak kasat mata. Sukma Pak Jefry melawan dua makhluk menyeramkan tersebut.Di alamnya terdapat banyak korban tumbal yang sudah mati, jiwa mereka dikurung di sebuah tempat yang gelap serta diikat dengan besi."Tulung uculke aku, Pak, bebaske jiwaku. Aku moh dadi budake iblis."(Tolong lepaskan saya, Pak, bebaskan jiwa saya. Saya tidak mau jadi budak iblis ini.)"Insya Allah saya akan bebaskan jiwa kalian nanti,"Makhluk itu mengerang kesakitan setelah Pak Jefry melemparkan tasbihnya dan melilit pada tubuh dua makhluk tersebut."Ampuun, ampuunn ...," lirih dua makhluk itu memohon pada Pak Jefry."Wis sepiro akehe menungso sing dadi korban lan dadi sekutumu. Wis kowe ojo ganggu menungso-menungso sing ora salah. Nggonmu iku neng neroko!" tanya Pak Jefry murka.(Sudah berapa banyak manusia yang menjadi korbanmu, dan bersekutu denganmu. Janga
Semua keluarga Irma sangat terkejut melihat dua makhluk menyeramkan ada di kamar Irma, dan kini kondisi Irma sangat memprihatinkan.Mbah Sutomo sang dukun pun mati dalam keadaan yany menyeramkan, ia mati dalam kondisi tubuh hitam seperti terbakar, dan luka menganga pada perutnya.Di tempat Siti semuanya masih mengaji bersama, kemudian datang teman-teman Melly. Sarah, Hanif, Panjul, Ridwan beserta keluarga mereka. Mereka semua langsung ikut mengaji di rumah Siti.Malam ini warga desa benar-benar berkumpul untuk mengadakan pengajian besar-besaran. Mereka ingin kembali tenang desanya seperti dulu."Tolooong ... tolong! Tolong anak saya!" teriak ibunya Irma sambil menangis.Beberapa orang yang tidak kebagian masuk dan mengaji di pekarangan rumah Siti pun menoleh ke asal suara."Ada yang minta tolong tuh," ucap Bapak-bapak."Iya, kayanya suara orang. Apa jangan-jangan ada korban lagi?" jawab temannya."Bisa jadi." Mereka langsung masuk ke dalam dan mengadu pada Pak Ustaz.Sekarang bukan Ir
Pak Jefry dan Ustaz Fiqih pelan-pelan mengangkat tubuh Irma memakai sarung tangan dan kain. Tubuh Irma seperti arang yang gampang rapuh. Ketika bapaknya Irma mengangakat pelan-pelan tangan Irma, seketika itu tangan Irma terpotek."Astaghfirullahaladzim," ucap warga yang melihat.Bisik-bisik dari tetangga pun mulai terdengar, mereka tidak menyangka kalau Irma adalah dalang dibalik semua ini. Siapa yang menduga jika gadis cantik, ceria serta sopan santun itu adalah penyembah iblis dan penyembab matinya para warga.Apalagi Irma bersekutu dengan iblis hanya karena soal cinta segitiganya. Begitulah manusia jika lebih mencintai makhluk daripada Tuhan-nya sendiri. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Termasuk berlebihan mencintai sesuatu. Lebih cintai Tuhan-mu maka hidupmu akan selamat.Pelan-pelan mereka mengangkat tubuh Irma dan mengambil potongan tubuhnya. Setelah itu berita kematian Irma pun disiarkan di musalah desa.Keluarga Irma menelepon kerabat-kerabat mereka yang jauh d
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH"Seram ya, Tha, ngeliat Mbak Asih dibak4r hidup-hidup. Aku yakin bukan Mbak Asih yang mencuri kotak amal di musala desa, tapi orang lain yang mencurinya." Dea menatap lurus ke jalan."Iya, De, aku sampai susah tidur gara-gara liat kejadian kemarin. Warga pada tega banget, padahal Mbak Asih masih punya anak bayi yang perlu diasihi," jawabku lirih.Kemarin malam ada sebuah tragedi, Mbak Asih dituduh mencuri kotak amal musala desa. Mbak Asih sudah bersumpah demi Allah kalau ia tidak mencurinya, tetapi kotak amal itu memang ada di rumah Mbak Asih dengan uang yang sudah lenyap di dalamnya.Mbak Asih bilang ia difitnah seseorang yang tak suka padanya, aku dan Dea pun yakin kalau bukan Mbak Asih yang mencurinya. Aku tau bagaimana sifat Mbak Asih, ia baik, rajin dan pekerja keras. Tak mungkin rasanya ia mencuri uang kotak amal yang jelas-jelas ia tahu, kalau mencuri itu dosa."Aku masih terbayang jeritannya Mbak Asih waktu tubuhnya dibak4r para warga, tangis keluarga
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 2Pagi harinya para warga di desaku heboh tentang teror semalam, berarti bukan hanya aku dan Dea saja yang diteror oleh Mbak Asih."J*ncuk! Semalam rumahku diketuk-ketuk sama arwahnya si Asih, istriku sampai pingsan gara-gara liat wujud seramnya si Asih," ujar Mas Jaka pada temannya."Loh, sama. Asih juga neror ke rumahku, bahkan tetangga di depanku pun diganggu," jawab Mas Rio.Dea yang dari semalam menginap di rumahku pun terlihat sangat serius sekali mendengarkan obrolan Mas Jaka dan Mas Rio."Mas! Jenengan diteror juga kah?" teriak Dea seraya menghampiri mereka berdua yang sedang berjalan di depan rumahku."Iya, banyak warga yang diteror. Asih minta dicarikan matanya. Soalnya waktu sebagian tubuhnya terbakar, dan api disiram sama beberapa polisi. Tubuh Asih diambil dan ditaruh dekat rumput, habis itu pas jenazahnya mau diambil, bola matanya nggak ada. Apa meleleh ya karena terbakar? Atau diambil orang?" ungkap Mas Jaka."Nah, sukur! Mbak Asih balas d