Berita mengenai kecelakaan yang terjadi menimpa Albani beredar dalam berita kriminal di beberapa stasiun Tv swasta di Indonesia.
Berita itu menjadi konsumsi publik yang membuat sebagian warga merasa prihatin terhadap korban terlebih keluarga yang ditinggalkan.Ilyas Sandoro, tersangka utama atas kasus kecelakaan itu sudah meminta maaf bersama kuasa hukumnya melalui jumpa pers yang dia adakan di salah satu lobi gedung hotel miliknya.Berprofesi sebagai seorang pengusaha besar dan ternama, tak membuat Ilyas Sandoro lari dari tanggung jawab atas kesalahannya.Beliau bahkan bersedia untuk menanggung biaya hidup istri dan anak korban yang meninggal dalam kecelakaan itu. Meski sampai detik ini, para wartawan belum bisa mendapati keterangan terkait atas hal ini dari Nyonya Rindu sendiri yang merupakan istri sang korban.Saat ditemui di Kapolsek Pasar Baru, Rindu menolak memberikan penjelasan apapun. Wanita itu terus saja menghindar dari buruan w"Innalillahi, jadi Mba Adel sudah meninggal?" Pekik Rindu ketika Fahri baru saja selesai menceritakan tentang alasan keberadaan lelaki itu di pemakaman.Saat itu keduanya sedang berdiri di sisi makam Adel setelah sebelumnya, Fahri menemani Rindu mendatangi makam Albani."Adel meninggal di hari yang sama ketika Albani kecelakaan," ucap Fahri dengan suara lemah. "Dia meninggal selepas melahirkan anak kami," tambah Fahri lagi tanpa mampu menutupi guratan pilu di wajah tampannya.Hati Rindu terenyuh. Wanita itu berjongkok di sisi makam Adel seraya mengelus batu nisannya. "Allah sangat sayang pada Mba Adel, sampai memanggilnya dengan cara yang begitu indah," gumam Rindu menunjukkan keprihatinannya.Kepala Rindu mendongak dan mendapati Fahri baru saja menyeka sudut mata. Rindu menelan ludah pahit ketika sekelebat bayangan saat-saat dirinya tengah mencaci maki Fahri. Mengumpatnya dengan kata-kata kasar bahkan sampai meneriak Fahri seorang pembunuh tanpa
Seperti janjinya kemarin, keesokan malamnya Fahri datang memenuhi undangan makan malam Rindu.Lelaki itu datang dengan penampilannya yang selalu elegan di mata Rindu. Meski terlihat santai karena hanya mengenakan kaus yang dipadu padankan dengan sebuah sweater hitam yang kontras dengan warna kulitnya yang putih, namun penampilan Fahri selalu sukses membuat Rindu terpana. Celana Chino berwarna krem tampak menyempurnakan penampilan lelaki berlesung pipi itu."Aduh, maaf nih Pak, semurnya belum matang, padahal udah mulai start masak dari siang tadi, tapi ya gitu deh namanya punya bayi, repot banget jadi nunda terus," celoteh Rindu begitu membukakan pintu untuk sang tamu.Rindu mempersilahkan Fahri masuk dan jadi semakin tidak enak pada Fahri yang harus mendapati keadaan rumah yang seperti kapal pecah."Maaf ya Pak berantakan," ucap Rindu seraya merapikan tumpukan pakaian yang bertebaran di karpet ruang tamu."Seharian ini Azam maunya di gend
Malam itu, setelah mempertimbangkan lebih jauh, Fahri pun memutuskan untuk menginap di kontrakan Rindu.Fahri sendiri tak tega meninggalkan Rindu dalam keadaan seperti ini.Rindu menyambut dengan senang hati karena dirinya yang memang benar-benar takut sendirian dalam kegelapan. Setidaknya dengan keberadaan Fahri di dalam rumahnya, Rindu merasa terlindungi.Meski, lagi dan lagi kesialan harus didapati Fahri tatkala ruang tamu yang hendak dia jadikan ruangan untuk melepas kantuk, atapnya malah bocor.Rindu baru saja menaruh Azam di tempat tidur saat dia merasa harus memeriksa keadaan Fahri di ruang tamu kontrakannya yang memang sempit."Loh Bapak nggak tidur?" Tanya Rindu ketika dilihatnya Fahri sedang duduk di pojok ruangan sambil bermain ponsel.Fahri langsung menyimpan ponselnya dan tersenyum tipis."Ya ampun, bocor ya?" Pekik Rindu yang akhirnya menyadari alasan kenapa Fahri tidak bisa tidur."Iya, atapnya bo
"Nih gue dapet alamatnya Rindu di Jakarta," ucap seorang lelaki pada seorang perempuan yang sedang merokok di teras rumah mereka yang kecil.Perempuan bertank top hitam itu meraih koran yang diberikan si lelaki padanya dan mendapati sebuah berita tentang adik tiri yang selama ini mereka cari-cari keberadaannya itu."Jadi bener si Albani udah mati, Rom?" Tanyanya pada si lelaki bernama Romy yang merupakan adik kandungnya."Iya, berita itu beneran dan udah lama juga kejadiannya, sekitar lima bulan yang lalu. Makanya lu jangan sibuk ng**e mulu Mel! Nonton TV sekali-kali!"Mendengar ucapan kasar sang adik, Meli jelas tidak terima. "Eh Rom, gue kerja jadi perek sekarang emang demi siapa sih? Demi lunasin hutang judi lu tau! Hutang di rumah sakit juga! Kalau gue nggak jual diri, kita mau makan apa? Mau ngandelin duit hasil kerja jadi pegawai kantoran? Mana cukup?" Todong Meli dengan tatapan nyalang. "Makanya lu kalo judi pinteran dikit kek biar bisa men
Hari ini, Fahri bilang dia akan menjemput Rindu pukul sembilan pagi karena mereka akan berangkat ke Surabaya bersama-sama.Itulah sebabnya sudah sejak kemarin Rindu bebenah. Dia mempersiapkan segala keperluan yang hendak dia bawa untuk pulang ke kampung halamannya.Pagi ini semua sudah beres. Rindu dan Azam sudah rapi, rumah kontrakannya sudah rapi, Rindu hanya tinggal menunggu kedatangan Fahri saja.Saat itu Rindu baru selesai menyusui Azam dan mendapati seorang tukang pos datang mengirimkan sebuah paket untuknya.Saat Rindu mengeceknya, ternyata itu adalah sebuah surat.Surat yang bertuliskan nama ibunya.Rindu mengambil posisi duduk di karpet lantai untuk lekas membaca isi surat itu. Perasaan bahagia bercampur cemas kian menggelayuti hatinya.Ternyata isi surat itu sangat pendek, hanya sebatas permintaan sang Ibu agar Rindu lekas menghubungi nomor telepon yang tertera di kertas tersebut.Sang Ibu bilang kalau
Lima tahun kemudian..."Mamah..." Teriak seorang bocah kecil laki-laki berseragam sekolah taman kanak-kanak yang tampak berlari keluar dari pintu gerbang sekolahnya.Bocah itu menghampiri sang Ibu yang saat itu datang menjemputnya ke sekolah."Azam, anak Mamah, gimana di sekolah tadi? Belajar apa hari ini?" Tanya seorang wanita berseragam kantor yang langsung berjongkok menyamai tingginya dengan Azam sang anak. Wanita itu mencium sekilas pipi Azam dan membenahi poni rambut Azam yang berantakan akibat keringat."Hari ini Bu Guru Lala ajarin Azam sama temen-temen nyanyi Mah," celoteh Azam dengan napasnya yang tersengal setelah berlari cukup jauh dari pintu kelas menuju pintu gerbang sekolahnya."Wah, nyanyi apa?" Tanya sang Mamah lagi."Banyak Mah, Balonku, naik-naik ke puncak gunung, terus pelangi-pelangi, pokoknya banyak deh," jawab Azam dengan ekspresinya yang menggemaskan."Yaudah sekarang kita pulang yuk, Azam la
Setelah lima tahun menduda, puluhan wanita silih berganti menghiasi kehidupan Fahri atas rekomendasi sang Mamih yang tak menyerah untuk mencarikan jodoh baru untuk anak semata wayangnya itu.Dan dari kesekian banyak wanita-wanita itu, sejauh ini hanya satu orang yang masih bisa bertahan menjalin hubungan dekat dengan Fahri meski pun sikap lelaki itu tak sama sekali menunjukkan keseriusannya.Dialah Aisha, seorang wanita yang berprofesi sebagai dosen di salah satu fakultas Islam ternama di Jakarta.Sejak perkenalan mereka berlangsung empat tahun silam, hubungan Fahri dan Aisha kian dekat terlebih Aisha merupakan wanita muslim dengan perangainya yang santun dan baik.Namun, semakin lama mengenal sosok Aisha, Fahri semakin sadar bahwa Aisha tak sebaik yang dia pikir. Ada satu hal yang membuat Fahri tak tertarik dengan Aisha yakni sikap Aisha yang terkadang dianggapnya berlebihan.Bukan sekali dua kali Fahri mendapati Aisha mengaku bahwa hubu
"Rindu!"Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya, Fahri terbangun akibat mimpi buruk yang dialaminya.Dan anehnya, mimpi-mimpi itu tak lepas dari sosok Rindu.Dalam mimpi-mimpinya Fahri seolah melihat Rindu yang terus berteriak meminta pertolongan namun saat Fahri hendak menolong, lelaki itu sama sekali tak mampu bergerak.Fahri menyeka buliran keringat yang berembun di dahinya seraya memijit pelan pangkal hidungnya. Diliriknya jam dinding di kamar yang ternyata baru menunjukkan pukul dua dini hari.Ditolehnya ke samping dan lelaki itu tersenyum saat melihat Azzura tertidur pulas sambil memeluk boneka kesayangannya. Fahri mencium sekilas kening sang buah hati tercintanya itu sebelum akhirnya dia memutuskan untuk beranjak ke balkon kamarnya dengan sebotol minuman kaleng di tangan.Fahri menatap langit kelam yang mendung.Dia kembali teringat pada Rindu.Dan bahkan setelah lima tahun berlalu, di saat Fahri justru su