Share

Tertipu

Tabrakannya ringan saja, tak sampai membuat aku terpental, tak juga membuat motor jatuh, akan tetapi kaca belakang motorku pecah.

"Heh, lo mau mati ya?" kata seorang wanita. Aku menatapnya, wanita itu balik menatapku. Matanya melotot.

"Heh, masalah lo apa?" katanya lagi.

Ini kesempatan emas, dua baris doa itu akhirnya aku lafalkan juga. Akan tetapi tidak ada yang berubah. Karen justru makin marah.

Aku coba yang empat baris, dia justru berpaling dariku. Ternyata kali ini dia menyetir sendiri. 

"Singkirkan motor butut lo," katanya kemudian.

Aku menggeser motor tersebut, akan tetapi sekuriti komplek datang.

"Sudah penyot ini, Bu, suru dia ganti," kata sekuriti itu seraya menunjuk bumper mobil Karen.

"Motorku juga pecah lampunya," kataku kemudian.

"Yang salah kan, lo, tiba-tiba berhenti," kata Karen.

"Benar, kamu yang salah," sambut sekuriti tersebut.

Masyarakat lingkungan itu mulai berdatangan, mungkin karena melihat orang datang, Karen sepertinya takut juga.

"Nih, ganti lampu motor lo," katanya seraya memberikan uang dua ratus ribu. Aku hanya melongo melihat dia pergi dengan mobil Jazz - nya.

"Kamu yang salah, kamu yang dalam duit, bagilah, ganti lampu itu paling seratus," kata sekuriti tersebut.

"Ini sama bapak semua, berhentilah jadi penjilat," kataku seraya memberikan uang itu semua padanya.

Ini kali pertama kupraktekkan ilmu tersebut, akan tetapi ternyata tidak ampuh, yang ada malah membuat orang makin marah. 

Aku pulang ke rumah, hari itu aku tidak masuk kuliah. Coba kutelepon Ayah.

"Ayah, gak ampuhnya," laporku setelah basa-basi dan salam seadanya.

"Gak ampuh bagaimana?"

"Aku sudah baca sampai yang empat barisan, gak ampuh," kataku.

"Apa Itu, Cok?" ternyata mamak ada di sana.

"Aku ditabrak mobil, Mak, motorku pecah lampunya," kataku mengalihkan pembicaraan.

"Astaghfirullah, kamu baik-baik saja, Cok?"

"Alhamdulillah, baik, Mak, hanya motor itu yang pecah lampunya,"

"Cok, beli motor baru saja," kata mamak.

"Dek, jangan gitu ngajari anak," terdengar suara ayah.

"Jadi bagaimana lagi, Bang, percuma aku wakil bupati, percuma sawit kita luas, tapi motor anak kita Supra," kata Mamak.

"Iya, Dek, tapi gak gitu juga caranya, ajarkan hidup sederhana pada anak," kata ayah. 

Perdebatan itu terjadi lagi, aku segera mematikan panggilan telepon. 

Aku coba telepon Pak Ali Akhir lagi, konsultasi mengenai masalah yang menimpaku. Tentang video yang viral, tentang aku yang banyak dihujat.

"Begini, Cok, viral itu bermasa waktunya, satu bulan dua bulan, orang sudah lupa, saran saya, diamkan saja dulu, lagi pula gak capek kah berurusan dengan hukum terus," kata Pak Ali Akhir.

"Oh, iya, Pak, terima kasih," jawabku. Mungkin perwira polisi itu sudah mulai bosan denganku yang selalu banyak masalah. Aku coba ikuti sarannya, diamkan saja.

Waktu salat Zuhur tiba, aku segera ke masjid. Ketika sampai di mesjid, Ridho sedang membersihkan tempat ambil wudhu.

"Cok, tadi kamu ditabrak ya, makin kurang ajar saja itu orang, kita labrak ke sana," kata Ridho.

"Gak usah, aku yang salah," jawabku.

"Dia yang nabrak dari belakang, kok  Ucok yang salah?" Pemuda itu masih bertanya. 

"Udahlah," kataku lagi.

Aku segera masuk Masjid dan langsung azan karena waktu salat sudah dapat. Lanjut salat sunah dua rakaat, terus Iqamah dan salat berjamaah. Ada juga hikmahnya kejadian yang menimpaku, warga sepertinya semakin sadar pentingnya salat berjamaah, makin hari, jama'ahnya makin ramai. 

Saat aku keluar dari mesjid, aku melihat seorang pria berpakaian lusuh duduk di teras mesjid. Di sampingnya ada tas ransel yang juga sudah lusuh.

"Assalamualaikum," sapa pria tersebut. 

"Waalaikum salam," 

"Pak, bisa minta tolong, Pak, saya datang merantau dari Sumatra, sudah dua bulan tidak dapat kerja, tolong saya, Pak, bagi ongkos untuk pulang ke kampung,  anak saya sakit, Pak ini KTP saya kalau bapak tidak percaya," katanya seraya menunjukkan KTP.

Kuperhatikan KTP tersebut, alamatnya Sumatra Selatan, akan tetapi wajahnya seperti tidak mirip dengan foto di KTP.

"Itu foto KTP, Pak, sepuluh tahun yang lalu, udah jelek seumur hidup pula," kata pria tersebut.

"Jadi mau pulang kampung gitu, Pak," 

"Iya, Pak, mohon bantuannya," katanya lagi.

Aku coba mengira-ngira ongkos ke Palembang sana, bisa lima ratus ribu itu. Aku ambil dompet di jok motor, pas sekali ada uang lima ratus ribu di dompet. Aku berikan pada pria tersebut.

"Semoga selamat sampai tujuan, Pak," kataku seraya menyalaminya.

"Terima kasih, Pak, terima kasih," katanya seraya menangis.

Ada rasa puas ketika bisa membantu orang. Aku lalu pulang ke rumah. Sampai di rumah uang sudah tidak ada.

 Malam harinya sehabis salat isya aku keluar untuk ambil uang ke ATM sekalian makan malam. Saat makan di sebuah warung Padang, aku terkejut melihat pria yang tadi minta ongkos di mesjid. Aku dengar dia bicara dengan orang yang di meja sebelahku.

"Tolong, Pak, istriku mau melahirkan, aku tidak ada ongkos pulang," kata pria itu. Aku menguping sambil makan.

"Ini KTP saya, Pak," kata pria itu lagi.

"Wah, jauh juga ke Aceh ya," kata pria di sampingnya.

"Tolong, Pak, istriku mau melahirkan, ini foto istriku," katanya lagi.

Ya, Allah, ternyata aku sudah tertipu. Lima ratus ribu sudah melayang. Akan tetapi aku heran juga, tadi KTP -nya KTP   Palembang, kini sudah KTP Aceh. Apa dia punyaku banyak KTP. 

"Coba periksa kantongnya, Pak, pasti banyak KTPnya," kataku sambil berdiri. 

"Mana ada!" pria itu coba mengelak.

 Akan tetapi aku menangkapnya. Kurogoh paksa kantongnya, ada empat KTP dengan nama dan foto yang berbeda-beda. 

"Bapak berbakat jadi pemain sinetron," kataku kemudian. 

"Sini uangku!" kataku lagi. Aku merampas tas pria tersebut. Ya, Allah, ternyata tas lusuh Itu berisi banyak uang, mungkin ada puluhan juta. Aku ambil lima ratus ribu. Sungguh pekerjaan yang mudah dan menghasilkan banyak uang, jika dalam satu hari dua orang saja orang sepertiku, dia sudah bergaji satu juta. Aku geleng-geleng kepala.

Saat sampai di rumah, aku terkejut melihat mobil Honda Jazz kuning parkir di depan rumah, bumper depannya penyok, ini pasti Karen, ada apa dia datang? Apakah akan terjadi cek-cok lagi?

Komen (17)
goodnovel comment avatar
Rosi Mauliana
asyik bisa baca cerita keluarga Parlin lagi
goodnovel comment avatar
carsun18106
oh sudah pasti ini mah, ngga bakal bisa ngejawab sih
goodnovel comment avatar
carsun18106
satu lg komen ilang, manteeep
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status