Jadul Tapi Mantul

Jadul Tapi Mantul

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-05
Oleh:  Bintang KejoraOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
26 Peringkat. 26 Ulasan-ulasan
225Bab
77.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Keluarga Parlin yang kaya tapi sederhana. Ucok-anak sulung keluarga itu merantau ke ibukota untuk kuliah. Di kota dia menemui banyak rintangan dan godaan. Butet- anak ke-dua yang pintar dan bermulut pedas, dia diperebutkan tiga lelaki tampan. Nia yang jadi pejabat menemui banyak bobroknya sistim pemerintahan. Parlin yang sangat susah melupakan masa lalu.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Lompat Pagar

LOMPAT PAGAR

Namaku Pahlevi Siregar, akan tetapi biasa dipanggil Ucok. Kendaraanku sehari-hari adalah motor Supra tahun sembilan puluhan. Penampilan kuno. Sehari-hari jika di rumah aku justru lebih sering pakai sarung dan baju Koko. Jika pergi kuliah, aku memakai pakaian biasa saja, tanpa ikut-ikutan trend masa kini. 

Di kampus, berbagai macam gaya orang, banyak anak pejabat bergaya dengan mobil mewah. Padahal aku juga anak pejabat, ibuku adalah wakil bupati di daerah kami. 

Subuh itu seperti biasa aku ke mesjid sebelum dapat waktu subuh. Mulai mengaji menunggu waktu subuh, lima belas menit lagi sebelum waktunya, aku sudah mengaji, ini sudah kulakukan sejak pindah ke daerah ini.

"Selamat pagi?" tiba-tiba terdengar suara salam, akan tetapi aku lanjut terus mengaji, mungkin itu jama'ah yang baru datang. 

"Selamat pagi!" suara itu lebih keras.

"Assalamualaikum," salamnya sudah berganti, karena  salam itu wajib dijawab, aku berhenti mengaji. Aku menoleh ke belakang, seorang gadis berdiri di belakangku, dia masih memakai gaun tidur. 

"Waalaikum salam," jawabku kemudian.

"Bisa gak ngajinya gak usah  pake toa gitu, saya sangat terganggu, memangnya gak bisa pelan-pelan ?" kata wanita tersebut.

Aku melihat ke bawah, tak sanggup melihat wajah cantik tersebut. Astaghfirullah, dia masih memakai sandal.

"Maaf, tidak boleh memakai sandal ke dalam Masjid," kataku kemudian.

"Bikin aturan kalian pande, mentaati aturan tidak bisa, lihat itu jam, lagi enak-enak tidur justru kamu bising," kata wanita itu lagi.

"Astaghfirullah," lagi-lagi aku hanya bisa istighfar.

Beberapa jamaah datang, seorang Pria langsung menegur wanita tersebut.

"Heh, gak sopan kali kamu, masuk Masjid pakai sandal, pakai baju tidur lagi, sana keluar," kata pria tersebut.

"Yang tidak sopan itu kalian, jam segini sudah ribut," kata wanita tersebut.

"Pergi dari sini, jangan lompat pagar kamu?" kata seorang Pria yang lain.

"Suara kalian yang lompat pagar," wanita itu sepertinya tak mau kalah.

Jama'ah salat subuh makin ramai, wanita itu justru seperti tidak ada takutnya. Dia terus protes suara azan dan mengaji. Ternyata rumahnya tepat di belakang mesjid.

"Maaf, Bu, untuk ke depan saya tak akan pakai toa lagi, jika memang mengganggu tidur ibu." kataku kemudian.

"Jelas mengganggu, terima kasih, dan satu lagi gak usah panggil ibu," katanya seraya pergi. 

"Jangan mau diatur orang, Cok, justru suara ngajimu yang membuat kami rajin ke masjid ini," kata seorang pria setelah wanita itu pergi.

"Betul sekali, hanya setan yang keberatan mendengar suara orang mengaji," sambut yang lain.

"Kita harus saling menghargai," jawabku.

"Benar, kita memang harus saling menghargai, tapi jika orang menghargai kita, lihat itu dia masuk mesjid pakai baju tidur, sandal gak dibuka, mungkin dia non muslim," kata jama'ah yang lain.

"Sudah, sudah, sudah dapat waktu  subuh itu," kataku kemudian.

Ridho kemudian maju, dia mengumandangkan azan dan Iqamah, saya maju sebagai imam. 

Sebelum berangkat kuliah, aku menelepon orang tua, kedatangan wanita tadi sungguh mengganggu pikiranku. Apa iya selama ini suara ngajiku sudah mengganggu tidurnya. Di desa kami tak pernah ada yang protes dengan suara masjid. 

"Ayah, Mamak, aku mau minta pendapat," kataku kemudian. 

"Iya, Cok, silakan," jawab Ayah.

"Tadi waktu sebelum subuh, aku tarhim di mesjid, terus ada orang masuk mesjid, dia gak buka sandal, dia protes suara ngajiku, katanya mengganggu tidurnya. Aku jadi kepikiran, Yah, Mak, mungkin suaraku terlalu keras ya, atau jelek suaraku," kataku kemudian.

"Terus apa yang kau katakan?" tanya mamak.

"Aku bilang mulai besok, aku ngaji tak pakai pengeras suara, tapi jama'ah salat protes, kata mereka suaraku yang bangunkan mereka subuh, yang membuat mereka rajin ke masjid," kataku kemudian.

"Yang datang itu pasti cewek," kata Mamak.

"Iyar, Mak, mamak kok tahu?"

"Pasti cantik," 

"Mamak cenayang ya sekarang?" candaku kemudian.

"Bukan, Cok, tapi aku kenal anakku, jika sekiranya yang datang itu laki-laki  pasti kamu pukul, karena yang datang ceweknya cantik kamu mau mengalah," kata Mamak.

"Astaghfirullah, Mak,"

"Betul, kan?"

"Gak lah, Mak,"

"Itu kelemahanmu, Cok, cewek cantik, kamu harus bisa mengatasi kelemahanmu itu," kata Mamak.

"Ah, Mamak, pembahasan jadi melebar, yang dibahas sekarang bagaimana tindakanku, Mak, apakah memang menghentikan tarhim itu?" kataku sedikit kesal.

"Begini, Cok, di kota sama desa itu beda, jadi minta saran ke warga sanalah, Cok, " jawab Ayah.

"Iya, Cok, jangan karena cewek cantik yang melarang kamu nurut," kata Mamak lagi.

"Iya, Mak, assalamualaikum," 

"Waalaikum salam,"

Mamak selalu souzon padaku, atau memang iya. Akan tetapi dipikir-pikir jika laki-laki yang datang tidak buka sandal dan marah-marah memang bisa kupukul itu. Apa iya cewek cantik adalah kelemahanku? Ah, tidak, tiap hari aku digoda cewek, aku tetap bisa tahan. 

Pagi itu aku berangkat kuliah naik Supra. Saat tiba di persimpangan, aku lihat lampu kuning, aku berjalan pelan-pelan khawatir terjebak lampu merah. Tiba-tiba terdengar suara klakson panjang dari belakang. Ternyata mobil Honda jazz ada di belakangku. Aku tunjuk saja lampu yang sudah berubah merah. Mobil itu terus membunyikan klakson, aku coba meminggirkan motor. Mobil itu maju, saat sudah sejajar dengan motorku. Kaca di bagian sopir turun.

"Paham lalu lintas, Gak, dasar orang kampung!" teriak seorang pria di balik kemudi.

"Ya, paham,"

"Kok berhenti lampu hijau?"

"Lampu kuning," jawabku.

"Jangan-jangan kamu buta warna," katanya lagi.

Aku tak menjawab lagi, percuma diladeni. Akan tetapi kaca sebelah penumpang turun, terlihat wajah cantik, astaga, dia yang datang ke mesjid subuh tadi.

"Dasar orang Medan!" katanya.

"Heh, apa hubungannya dengan orang Medan?"

"Orang Medan gak paham lalu lintas," katanya lagi.

Ini sudah keterlaluan, saat aku mau bicara lagi, mobil itu sudah jalan karena lampu merah sudah berganti hijau. Aku lalu jalan juga. Di lampu merah berikut, lagi-lagi kami bersisian, entah apalah ini. Dari ribuan kendaraan kenapa harus bertemu orang sombong ini lagi.

Kaca bagian sopir turun, hanya untuk menunjukkan jari tengahnya. Aku diam saja, percuma juga dilayani.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
100%(26)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
26 Peringkat · 26 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
Tidak ada komentar
225 Bab
Lompat Pagar
LOMPAT PAGARNamaku Pahlevi Siregar, akan tetapi biasa dipanggil Ucok. Kendaraanku sehari-hari adalah motor Supra tahun sembilan puluhan. Penampilan kuno. Sehari-hari jika di rumah aku justru lebih sering pakai sarung dan baju Koko. Jika pergi kuliah, aku memakai pakaian biasa saja, tanpa ikut-ikutan trend masa kini. Di kampus, berbagai macam gaya orang, banyak anak pejabat bergaya dengan mobil mewah. Padahal aku juga anak pejabat, ibuku adalah wakil bupati di daerah kami. Subuh itu seperti biasa aku ke mesjid sebelum dapat waktu subuh. Mulai mengaji menunggu waktu subuh, lima belas menit lagi sebelum waktunya, aku sudah mengaji, ini sudah kulakukan sejak pindah ke daerah ini."Selamat pagi?" tiba-tiba terdengar suara salam, akan tetapi aku lanjut terus mengaji, mungkin itu jama'ah yang baru datang. "Selamat pagi!" suara itu lebih keras."Assalamualaikum," salamnya sudah berganti, karena salam itu wajib dijawab, aku berhenti mengaji. Aku menoleh ke belakang, seorang gadis berdiri
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-01
Baca selengkapnya
Godaan Iman
Entah kenapa aku jadi penasaran dengan gadis tersebut, kenapa dia begitu benci padaku, sampai bilang orang Medan tidak paham lalu lintas. Rumahnya memang tempat di belakang mesjid, akan tetapi ditembok tinggi. Jalan masuk ke sana juga sekitar lima puluh meter di samping mesjid. Berarti dia keluar dari rumahnya sebelum subuh. Sendirian dan hanya memakai baju tidur.Subuh itu aku terlambat ke mesjid, sayup-sayup kudengar sudah tahrim, itu pasti Ridho, marbot masjid yang baru. Saat aku sampai, gadis itu sudah ada lagi di depan mesjid, kali ini dia tak masuk."Apakah harus pakaian toa keras?" tanyanya kemudian."Maaf," kataku kemudian."Sadar gak, orang butuh istirahat, saya baru bisa tidur jam dua belas, jam empat kalian sudah ribut," katanya lagi."Maaf, Bu," kataku seraya berlalu, akan tetapi dia memegang tanganku."Heh, semenjak kamu datang ke lingkungan ini, kamu saja yang bikin ribut," katanya."Astaghfirullah, terpaksa saya wudhu lagi." jawabku."Mabuk agama, sok suci, tanganku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-01
Baca selengkapnya
Tahanan Polisi
Waktu terasa lebih lama berjalan, satu persatu para tahanan lain pun mulai bangun. Tak ada kemanusiaan di ruang tahanan ini, kamar mandinya tak berdinding, ada di sudut ruangan. Mandi dan buang air terpaksa ditonton orang banyak. "Orang baru yang bayar sarapan pagi ini," kata seseorang. Semua mata memandang ke arahku, aku tidak punya uang, dompetku saja tertinggal di jok motor, dan sampai saat ini belum ada yang datang menjengukku. Dugaanku keliru, kupikir selama ini, tahanan polisi itu dibiayai negara, makan dikasih, ternyata tidak, kalau tidak beli tidak bisa makan. Ada seorang yang khusus bisa disuruh beli makanan."Apa kasusmu?" tanya seorang pria botak. Aku tak berani lagi mengatakan yang sebenarnya, karena kasus pelecehan ternyata sangat mereka benci. "Belum tahu, Bang, ada ribut-ribut di masjid tiba-tiba aku dibawa kemari," kataku kemudian."Oh, pantas lo cuma pake sarung," kata seorang pria ia lain."Bagaimana sarapan pagi ini?" tanya seorang pria berkulit hitam."Aku gak a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-01
Baca selengkapnya
Bukan Orang Biasa
"Yang mana yang mukul kau, Cok?" tanya Pak Ali Akhir lagi.Aku melihat juper tersebut, dia menunduk, polisi tetangga Karen itu pun sepertinya ketakutan. "Kenapa kau dipukul, Cok?" tanya Pak Ali Akhir lagi."Dia melawan petugas, Pak," Kapolsek itu yang menjawab."Bukan, Pak, aku dipaksa tanda-tangani BAP yang isinya tidak sesuai kenyataan," kataku kemudian.Pak Ali Akhir marah-marah di kantor polisi tersebut. Aku akhirnya dibawa Pak Ali Akhir keluar dari Polsek itu. Di luar, sudah menunggu beberapa jama'ah masjid. Aku menyalami mereka satu persatu. "Cok, entah kenapa denganmu, masalah seperti selalu datang mengikutimu, belum satu tahun kamu di sini, sudah berapa kali berurusan dengan polisi," kata Pak Ali Akhir saat kami sudah di mobil."Maaf, Pak, saya sudah merepotkan Bapak?" jawabku."Bukan itu masalahnya, Cok, saya senang bisa membantu, tapi ini terlalu sering, bagaimana nanti jika saya sudah pensiun? tak ada yang membantumu?""Iya, Pak, aku juga heran, kenapa masalah selalu da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-01
Baca selengkapnya
Pelet
Aku sedikit kecewa dengan mamak, selalu saja aku yang disalahkan. Padahal menurutku aku sudah merasa benar. Mamak sepertinya berubah setelah jadi wakil bupati. Segala tindak-tandukku bisa berpengaruh pada satu kabupaten. Ah, aku ingin jadi orang biasa saja. Sukses tanpa embel embel nama orang tua.Ormas yang pernah kutolak itu ternyata yang jadi biang kerok. Mereka lah yang ambil video cctv, karena kebetulan komplek itu mereka yang jaga keamanannya. Aku dikuliti habis-habisan. Mereka juga yang posting di Facebook, mereka yang gencar membagikan postingan tersebut. "Kita tidak bisa diam saja, kita harus melawan," kata Ridho di suatu sore, saat itu kami berkumpul di masjid menunggu waktu salat magrib."Iya, tapi bagaimana caranya, mereka punya video cctv," kataku kemudian."Kita temui gadis itu?" usul Ridho."Itu tambah masalah, sudah pasti dia benci kita," kata Ahmad."Kita coba saja," kata Ridho lagi.Akhirnya kami bertiga pergi ke rumah gadis tersebut. Rumahnya tepat di belakang mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-01
Baca selengkapnya
Tertipu
Tabrakannya ringan saja, tak sampai membuat aku terpental, tak juga membuat motor jatuh, akan tetapi kaca belakang motorku pecah."Heh, lo mau mati ya?" kata seorang wanita. Aku menatapnya, wanita itu balik menatapku. Matanya melotot."Heh, masalah lo apa?" katanya lagi.Ini kesempatan emas, dua baris doa itu akhirnya aku lafalkan juga. Akan tetapi tidak ada yang berubah. Karen justru makin marah.Aku coba yang empat baris, dia justru berpaling dariku. Ternyata kali ini dia menyetir sendiri. "Singkirkan motor butut lo," katanya kemudian.Aku menggeser motor tersebut, akan tetapi sekuriti komplek datang."Sudah penyot ini, Bu, suru dia ganti," kata sekuriti itu seraya menunjuk bumper mobil Karen."Motorku juga pecah lampunya," kataku kemudian."Yang salah kan, lo, tiba-tiba berhenti," kata Karen."Benar, kamu yang salah," sambut sekuriti tersebut.Masyarakat lingkungan itu mulai berdatangan, mungkin karena melihat orang datang, Karen sepertinya takut juga."Nih, ganti lampu motor lo,"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-01
Baca selengkapnya
Karena Karen
PoV KarenNamaku Karen, lengkapnya Karenina. Kuliah kedokteran di universitas paling bergengsi di ibukota. Orang tuaku pejabat, beliau menjabat kepala dinas di kota kelahiranku di Sumatra. Di sini aku tinggal bersama seorang ART dan seorang sopir. Rumah di komplek tergolong elit dikontrak Ayah untuk tempat tinggalku.Semula di sini aman saja, tetangga kiri yang seorang polisi sangat baik. Akan tetapi ketenanganku mulai terusik. Belakangan ini, adab suara mengaji dan azan sangat keras dari masjid yang di belakang rumah.Hingga suatu hari, kesabaranku sudah habis, saat itu aku baru saja bisa tidur, jam sudah menunjukkan angka tiga, akan tetapi baru saja aku terlelap, suara mengaji itu mulai lagi. Suaranya seakan menggetarkan dinding kamarku. Mungkin karena pengaruh PMS, hatiku seakan terbakar, akhirnya aku pergi ke masjid tersebut.Saat aku sampai seorang pria lagi asyik mengaji, kutegur pun dia tak menggubris, akhirnya aku ucapkan salam. Astaga, wajah pemuda ini teduh sekali. Aku ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-06
Baca selengkapnya
Lelaki Bersarung
Lelaki Bersarung PoV UcokIlmu meluluhkan hati orang itu ternyata berhasil, akan tetapi hasilnya sungguh tak terduga. Aku ditembak cewek yang lebih tua umurnya tiga tahun. Karen namanya, gadis cantik calon dokter.Malam itu aku terkejut melihat Karen datang ke masjid, dia memakai mukena warna pink, manis sekali. Saat itu aku dan Ridho duduk di teras masjid menunggu waktu isya."Assalamualaikum," salam dari Karen."Waalaikum salam," jawabku dan Ridho hampir bersamaan."Masih ada waktu Magrib kah?" tanyanya kemudian."Masih, masih," kataku seraya menunjuk ruang salat untuk perempuan.Gadis itu kemudian masuk masjid, aku dan Ridho melanjutkan obrolan. Beberapa saat kemudian gadis itu sudah selesai salat, dia justru duduk di depan kami."Diskusi apa kita ini?" tanyanya."Maaf, bertanya dulu, Karen, kamu muslim kan?" tanyaku kemudian. Karena pernah dia suruh aku pasang lampu di kamarnya, aku sempat melihat tanda-tanda agama lain."Ayahku tadinya muslim, ibuku kristen, jadi aku diberikan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-06
Baca selengkapnya
Bu Wabup
Bu Wabup PoV NiaSemenjak dilantik jadi wakil bupati, kehidupan kami benar-benar berubah. Senin sampai Jumat harus tinggal di rumah dinas walikota bupati. Sabtu Minggu baru ke rumah pribadi. Pelaksana tugas kepala desa kuserahkan pada wakil kepala desa.Akan tetapi apakah kami berubah lebih baik? Entahlah, aku tidak tahu, apakah ini lebih baik? Cantik kini diurus seorang baby sitter. Butet juga pindah sekolah ke kota. Bupati juga menepati janjinya, aku dilibatkan dalam setiap rapat penting. Urusan sosial dan pertanian juga jadi pekerjaanku. Satu lagi yang disarankan bupati aku urus, yaitu pemberdayaan perempuan.Hari itu kami lagi di rumah dinas Wakil Bupati. Bang Parlin tak berubah, hobby yang berkebun masih dia bawa sampai rumah dinas. Belakang rumah dinas itu jadi kebun sayuran dan tanaman obat-obatan.Ada tamu datang, mobil berpelat merah parkir di halaman rumah. Seorang pria paruh baya turun dari mobil. Aku kenal pria ini, dia kepala dinas sosial."Selamat sore, Bu," sapanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-06
Baca selengkapnya
Beda Zaman
Jabatan ini ternyata berat juga, berat dalam arti susah untuk yang jujur. Aku baru paham, ternyata jual beli jabatan itu sudah hal yang lumrah. Orang jujur justru banyak dimusuhi orang. Aku juga ternyata salah pilih, dinas sosial itu ternyata lahan basah. Karena menyalurkan uang yang banyak. Jabatan ini juga ternyata sangat menyita waktu dan pikiran. Aku sangat bersyukur punya Bang Parlindungan dan Butet yang selalu siap membantu. Hp-ku yang tadinya jarang berbunyi kini hampir-hampir setiap setengah jam ada yang menelepon."Kayaknya mamak dahulu butuh asisten ini, yang kerjanya khusus terima telepon dan atur jadwal mamak," usul Butet di suatu hari."Belum perlu lah, Tet,""Camat saja ada asistennya," kataku Butet lagi."Iya juga ya, nantinya kita cari,"Pak bupati meneleponku di suatu hari, saat itu aku lagi berada di kantor dinas sosial."Bu Nia, saya mohon jangan terlalu keras, saya setuju kita berantas korupsi, tapi pelan-pelan saja," kata Bupati."Maaf, Pak, saya lihat di dinas s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-07
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status