Kedua bola mata Keyla membulat, mulutnya ternganga, kedua alisnya ditekuk. Ia sangat terkejut dengan siapa yang ia lihat, benar! Dia adalah Wino. Wino yang dulu pernah mencelakainya dan hampir membunuh kekasihnya Mexsi.
Tapi tunggu, ternyata itu hanyalah topeng. Ternyata Sarah dibalik topeng itu. Gadis itu tersenyum lalu memeluknya.
"Keyla gue rindu banget sama lo, apa lo juga merindukan gue juga?" Sarah bertanya padanya, melepaskan pelukannya sambil menatapnya serius.
"Tentu saja, katanya lo mau sekolah di luar negeri. Kok lo cepat sekali kembali, apa ada masalah?" kata Keyla berbalik bertanya padanya.
Terdiam cukup lama, semakin membuatnya khawatir.
"Gue nggak bisa kembali ke sana, karena gue nggak tahu apa yang harus dilakukan. Sungguh di sana sangat membosankan, gak ada teman sebaik dirimu di sana."
Sarah sungguh memujinya sampai Keyla tersipuh malu, mereka berbi
Sarah beneran tobat, apa cuma rencana dia saja? See you, next part ➡️
Sedikit terganggu Keyla mencoba melepaskan genggamannya dari Mexsi. Namun lelaki yang saat ini memegang tangannya, tak ingin melepaskan sambil meliriknya. Mereka tetap berpegangan tangan sampai di depan kantin. Tina yang saat itu sedang menceramahi Tino karena berusaha memaling pulpennya kembali. Tapi yang diceramahin malah asyik makan bakso, dengan sangat lahapnya. Maklum masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Ia terkejut saat melihat Mexsi dan Keyla saling berpegangan tangan. Kedua bola matanya melotot hampir keluar dari tempatnya. Lalu mulutnya terbuka lebar, Tino yang saat itu sedang melahap dengan sangat nikmat, bakso yang di dalam mulut sampai ke luar semua mendarat di atas mangkuk. Yang terisi penuh kuah bakso. BOOM! Seperti bom meledak! Air dari tumpahan itu telah membasahi wajahWill, Tina, Ino, dan juga dirinya sendiri. Mereka semua menatap tajam ke arahnya, yang ditatap senyum tanpa do
"Key, kalau kamu nggak mau pulang terus kamu mau ke mana?" kata Mexsi bertanya padanya dengan sangat penasaran dan khawatir. "Aku cuma mau ingin sendiri, kamu nggak papa kan pulang sendirian, pulang aja sana duluan," jawab Keyla memalingkan wajahnya meninggalkannya. "Kamu mengusirku?" "Bukan begitu, terserah kamu saja. Mau pikir gimana." "Key!" Gadis itu tetap pergi dari sana. Aku berharap kamu baik-baik saja. Batin Mexsi menatap punggungnya. Berjalan sendirian seorang diri mendekati makam kakanya. Mexsi sangat mengkhawatirkannya, ia hanya bisa mengikutinya dari belakang tanpa berjalan disampingnya. Sebenarnya apa yang ada dipikiran wanita itu? Kenapa dia mulai menjauh dari Mexsi? Apakah dia tidak tahu bahwa lelaki yang saat ini mengikutinya, sangat mengkhawatirkan dirinya. Sebenarnya ada apa ini? Keyla t
Tumben sekali Tino pagi-pagi datang ia ingin menghibur Ino, yang telah ia campakkan menurutnya, padahal sebaliknya yang dicampakkan bukanlah Ino tapi dirinya. Sungguh pemikiran yang sangat luar biasa ia menunggu Ino, daripada menunggu di depan gerbang. Ia memilih menerobos masuk ke kelas dan melihat hal yang sangat ia inginkan bersama dengan kekasihnya. Tino melangkah dengan sangat pelan sekali, berusaha jangan sampai menimbulkan suara apa pun. Sehingga tak dapat menimbulkan suara apapun di lantai, ia berdiri di samping Mexsi dan Keyla mengangkat kedua tangannya menyentuh kedua pipi mereka berdua lalu berkata. "Cinta memanglah tak seindah mimpi dan drama Korea, tapi cinta di kehidupan nyata sangatlah indah melampaui mimpi dan drama Korea. Cinta yang begitu nyata mampu melewati halangan dan rintangan bersama, bahagia, menangis, bahkan kecewa, harus dilewati demi menggapai kebahagiaan. Yaitu cinta sejati." Tino menjelaskan panjang lebar te
Tak tahan lagi dengan perilaku Tino secepatnya Keyla mengambil alih ia datang menemuinya lalu mencengkram kerahnya. Pada saat ia masih dalam keadaan tertidur di ruang uks, tentu saja Tino menjerit karena takut dan terkejut. "Wuaaah, kodok, kodok!" teriak Tino sambil kedua matanya melotot menatapnya. Keyla hendak memukulnya namun Mexsi menangkap tangannya, menggenggam erat, menariknya keluar dari ruang uks. Sedangkan idi*t Tino hanya terdiam bengong sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, dan menatap ke sekeliling lalu tidur kembali. Mereka berdua bicara kembali di taman. Di bawah pohon besar, mereka duduk Mexsi menyuruh Keyla untuk menarik napas secara perlahan dan teratur, lalu keluarkan dari mulutnya mungkin itu akan membantunya rileks sejenak. Bukannya merasa tenang Keyla mengingat wajah Tino ia ingin menonjok wajahnya. Akhirnya Mexsi memutuskan untuk mengajak Keyla jalan-jalan ke tepi pant
CRANG! Keyla menjatuhkan gelas yang akan dia ambil, jantungnya terus saja berdegup kencang, pikirannya tak menentu. Ia terlihat gelisah dan cemas. Ibunya mendekatinya, melihat putrinya berdiri dengan tatapan kosong. Tanpa memedulikan pecahan gelas yang berserakan di bawah kakinya, ibunya menepuk pundaknya. Ia terkejut, bahunya sedikit terangkat. Hendak membereskan pecahan gelas, ibunya menyuruhnya untuk pergi tidur karena sudah terlalu larut menunggu ayahnya pulang. Bukannya tidur, semakin ingin menutup matanya, semakin berdegup jantungnya. Keyla memegang dadanya. "Apa yang terjadi? Kenapa aku gak bisa tidur," katanya bergumam sendiri mencoba menutup mata. Memaksakan diri untuk tidur. *** Di rumah Mexsi. Tiba di depan gerbang rumahnya. Ayah Mexsi menekan tombol klakson mobil, pembantu rumahnya menarik pintu gerbang. Ia secepatnya menyuruh pembantunya menyemprotkan ai
Pagi hari...Keyla membantu ibunya memasak memotong bawang merah, sedikit tak fokus sebentar melirik ke arah pintu yang berharap ayahnya datang. Pada hal ia sudah menunggunya semalaman suntuk, namun tak ada satu tanda pun yang menandakan kedatangan ayahnya.Kembali melamun. Pada hal tangannya tergores pisau bahkan mengeluarkan darah. Tak bergeming atau merasakan sakit. Ibunya menepuk pundaknya, ia melirik namun saat melihat tangannya yang berdarah hanya sedikit bereaksi. Ibunya panik mengambil kotak p3k, hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan yang tiada henti dari ibunya."Keyla, kalau kamu lagi gak merasa enak badan. Kamu istirahat lagi aja, nanti kalau ayah datang ibu bangunkan kamu," kata ibunya sedikit mengkhawatirkan putrinya."Aku hanya mau tetap di sini, menunggu ayah," ungkap Keyla menegaskan keinginannya.Tok, tok, tok.Seseorang mengetuk pintu, Keyla tersenyum bahagia ingin secepatnya memeluk ayahnya lalu meminta maaf duluan. Ia m
Tetap mencoba membujuk Keyla merelakan kepergian ayahnya, karena harus secepatnya dimakamkan. Setelah beberapa saat Mexsi menjelaskan padanya, akhirnya ia mengerti namun air mata yang mengalir deras tak bisa terhenti.Tersadar. Ibu Keyla terbangun, lalu berdiri melihat putrinya yang sedang menangis dalam dekapan Mexsi. Ia berjalan terduduk disamping putrinya, Keyla melirik kearahnya langsung memeluknya dengan sangat erat.Mereka berdua menangis bersama. Tina, Will dan Tino tiba di depan rumahnya. Tina dan Will berlari ke arah mereka yang sedang kehilangan, berduka cita."Bu, aku, aku... belum bilang sama ayah. Kalau aku sudah memaafkannya, aku ingin makan bakso buatannya lagi... aku... ak.. " kata Keyla bicara terbata-bata masih dalam dekapan ibunya."Keyla, ayahmu pasti sudah mengetahuinya. Kamu jangan berpikir yang macam-macam, tenangkan dirimu... " kata ibunya menangis memeluknya semakin erat.
Sedikit merasa ada hal yang aneh dan sesuatu seperti rahasia yang Keyla sembunyikan. Mexsi hanya menatapnya dengan penuh harapan agar gadis itu benar-benar terlihat baik-baik saja, namun ia tetap percaya jika gadis itu luka di dalam."Ada pertanyaan lagi? Kalau gak ada gue mau cabut, mau masuk ke kelas bentar lagi bel," kata Keyla dengan santainya berjalan ke depan tanpa menoleh sedikitpun, lalu Sarah menarik tangannya.Menengok dan berbagai pertanyaan ada di pikirannya, sebenarnya apa yang akan dia lakukan?"Lo yakin, kecelakaan itu cuma kecelakaan tabrak lari? Bukan sesuatu yang direncanakan oleh orang lain?" tanya Sarah menarik tangannya dan membuat Keyla menatapnya dengan sangat terkejut."Apa maksud lo? Apa lo tahu sesuatu tentang kecelakaan ayah gue?" tanya Keyla dengan sangat serius menatapnya.Sarah berbisik kepadanya lalu berkata, "Kalau lo mau tah