Ocean merasa tegang karena kedatangan Lina ke ruang kerja suaminya. Ada begitu banyak hal yang berlarian di kepalanya. Pertanyaan antara seberapa sering Lina datang ke tempat itu dan mengapa perempuan itu selalu berkeliaran di sekitar Satrio. Sekarang Lina bahkan menatapnya garang seolah dia adalah kuman berbahaya yang pantas untuk disingkirkan.
Ocean menyeka dahinya yang mendadak berkeringat. Namun, lengan Satrio yang melingkari pinggangnya memberikan sedikit rasa nyaman. Ditatapnya Lina yang kini sudah duduk di depannya. Pengganggu kenyamanan itu meletakkan kotak makan sementara matanya masih menatap garang pada Ocean.
"Mas Dokter, aku ke sini pas jam makan siang. Ke mana kok nggak pamitan?" Lina bertanya dengan suara manja yang terdengar memuakkan di telinga Ocean.
Ada rasa tidak suka dalam hati Ocean dengan kelakuan Lina. Pegawai satu itu benar-benar tidak tahu malu dan menganggapnya tidak ada. Ocean memejamkan mata, meng
Hari-hari terasa begitu menyenangkan bagi Satrio setelah Ocean lebih membuka diri. Ada begitu banyak hal baru yang mereka lakukan berdua dan sejujurnya Satrio tidak keberatan sama sekali untuk menuruti kemauan Ocean yang terkadang tidak tahu tempat. Seperti tiba-tiba ingin pulang lebih awal dengan alasan ingin tidur siang. Saat sampai di rumah, bukannya tidur siang seperti keinginan awalnya, Ocean malah ke dapur dan membuat kue.Setelah adonan masuk ke oven, Ocean akan memanggil Satrio dan memintanya duduk santai sambil nonton berita siang. Ocean selalu bersandar padanya dan mengomentari beberapa fenomena terkini, kemudian membahasnya sambil lalu. Kadang-kadang membiarkan televisi tetap menyala sementara dia memainkan ponselnya dan berujung pada belanja online yang membeli barang-barang yang akan digunakan oleh Satrio.Menjelang sore, Ocean meminta suaminya mandi karena perempuan yang semakin ekspresif di mata Satrio itu mengatakan ingin jal
Sejauh ini Satrio senang dengan cara Ocean menyelesaikan banyak masalah. Keberanian dan kepercayaan diri Ocean juga terus meningkat seiring dukungan yang terus dia berikan. Setiap hari Satrio selalu menceritakan kegiatannya jika hari itu Ocean tidak bersamanya. Ocean pun melakukan hal yang sama, tentunya dengan beberapa protes Satrio jika dirasa istrinya kurang tegas bertindak. Dengan cara-cara seperti itulah Satrio terus membimbing Ocean hingga menjadi pribadi yang lebih matang. Bagaimanapun Satrio tidak ingin istrinya ditindas orang lain saat dirinya tidak bisa mendampingi.Suatu pagi Satrio terbangun tanpa Ocean di sisinya. Dia tahu kalau istrinya itu pasti diam-diam turun dari tempat tidur mereka supaya tidak mengganggunya. Tidak perlu mencari karena sudah pasti Ocean berada di kamar mandi. Ini adalah waktu bagi istrinya untuk memeriksa usaha mereka membuahkan hasil atau tidak.Satrio diam, tetapi memperhatikan segala yang dilakukan oleh Ocean. Berbulan-bulan sejak p
Ocean tahu kalau Satrio sudah melakukan begitu banyak hal untuk mewujudkan keinginannya. Lebih tepatnya berusaha membantunya untuk segera memiliki momongan. Dia tahu beberapa kali Satrio membuat janji dengan para pembimbingnya dengan membawa seluruh hasil lab yang telah mereka lakukan. Ocean terharu, di saat lelah sepulang kerja pun Satrio tetap berangkat jika sang pembimbing mengabarkan memiliki waktu senggang. Senang? Tentu saja Ocean senang. Namun, diam-diam dia masih sering menangis sendiri saat melihat Satrio yang terlelap. Suaminya itu pasti begitu menyayanginya dan Ocean menjadi semakin sensitif akan hal itu.Kemurahan hati Satrio membuat Ocean semakin perhatian. Dia memastikan seluruh kebutuhan Satrio terpenuhi. Setiap hari Ocean meminta Simbok untuk memasak lebih pagi supaya sempat membawa bekal. Makan di luar hanya sesekali saja karena Ocean berusaha mengontrol sendiri apa yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh Satrio.Seperti siang itu, Ocean datang terlambat
Ini sudah pemeriksaan yang kesekian kali dan profesor, pembimbing Satrio, mengatakan kalau dia juga tidak mengerti mengapa tidak terjadi pembuahan. Beliau mengatakan kalau hal itu bisa disebabkan oleh banyak faktor. Bisa lelah, bisa stres, dan kemungkinan yang paling pasrah adalah belum diberi rejeki untuk mendapatkan momongan.Satrio tahu kalau hal itu bisa saja terjadi, tetapi keinginan Ocean kadang-kadang turut menumpulkan otaknya. Dia bertingkah seperti bapak-bapak panik dengan keingintahuan selangit mengapa ini dan itu belum atau tidak terjadi kepada sang istri. Perasaannya benar-benar muncul ke permukaan dan bertolak belakang dengan ketenangannya saat dia bekerja. Semua yang ada di kepalanya adalah ilmu yang pernah dia pelajari dan mendedikasikannya untuk kemanusiaan dan sepertinya menghilang hanya karena mendengar keluhan Ocean."Begini saja, Sat. Kamu kan sudah paham kalau hal seperti ini kadang-kadang terjadi. Belakangan sel telur y
Ocean keluar dari ruangan ahli gizi setelah sesi konsultasinya. Bukannya kurang gizi, tetapi dia hanya ingin memastikan apa yang baik dan tidak baik dimakan olehnya. Semua dilakukannya demi program kehamilan yang kini menjadi lebih serius. Katakanlah Ocean berlebihan, siapa pun bisa mengatakan hal itu. Namun, apa yang terjadi hanya bisa dirasakan oleh Ocean sendiri. Dia tidak ambil pusing dengan suara-suara yang mengatakan hal negatif tentangnya.Selama konsultasinya, Ocean sudah membuat daftar menu dan makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh dia makan. Beberapa saran dia terima dan dia berencana untuk berbelanja sendiri untuk kebutuhannya itu. Tentu saja Satrio dan Simbok tidak harus mengikuti menunya ynag sudah pasti tidak cocok untuk lidah mereka.Ketika langkahnya melewati departemen bedah, Ocean melihat Alfredo dengan wajah garangnya. Menatap wajah tegas itu dari jarak sejauh ini, membuat Ocean ingin tertawa. Beberapa koas sudah lan
Satrio tergesa-gesa meninggalkan tempat praktiknya. Sudah jam sembilan tepat dan dia tidak mau menambah pasiennya. Dia bukannya melupakan tanggung jawab, tetapi saat ini dia juga seorang suami yang harus mendampingi istrinya. Tidak akan dia biarkan Ocean berjuang sendirian menghadapi proses demi proses sebagai usaha untuk menghadirkan anak mereka."Dokter Sat," seru salah satu perawat jaga. "Ada dua pasien yang katanya datang jam sembilan tiga puluh. Baru saja konfirmasi."Satrio yang menghentikan langkah langsung memperhatikan ucapan perawatnya. "Saya sudah bilang hanya akan praktik sampai jam sembilan. Kalau ibu itu tetap mau periksa hari ini, alihkan saja pada Dokter Made."Satrio melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti menuju pintu keluar dan melihat Ocean baru saja muncul dari apotek. Istrinya mengenakan gaun pendek berwarna perak dengan parka yang membuatnya hangat. Sepatu boot-nya membuat Ocean tampil cant
Sudah berbulan-bulan sejak Ocean setuju untuk menjalani proses inseminasi, rencana itu masihlah tetap sebatas rencana. Bukannya tidak dilakukan tetapi dalam setiap pemeriksaan, sel telur yang siap selalu hanya satu. Kalaupun lebih dari satu, ukurannya tidak memenuhi standar sehingga Dokter Suroso kembali menangguhkan proses inseminasi.Ocean menyibukkan diri dalam pekerjaannya. Dia tidak ingin melakukan banyak komunikasi secara langsung. Cukup baginya semua pekerjaan dilakukan melalui pesan singkat serta pembayaran secara online. Sejauh ini pekerjaannya sangat lancar, bahkan cenderung berkembang pesat seiring ide-ide yang terus dia kembangkan melalui meeting online bersama teman-temannya.Saat bekerja seperti itu Ocean bisa melupakan kesusahan hatinya. Menepikan keinginan untuk segera memiliki momongan dan tidak melihat kekhawatiran suaminya karena emosinya yang tidak stabil. Sebentar marah, sebentar senang silih berganti hanya dala
Satrio mengurangi jam praktiknya dan memilih fokus pada Ocean. Istrinya sedang membutuhkan dirinya lebih dari yang sudah-sudah. Hatinya begitu tidak senang ketika tahu Ocean lebih banyak menyendiri dan meratapi inseminasi yang tak kunjung terlaksana karena standar yang ditetapkan oleh Dokter Suroso.Satrio bukannya tidak tahu kalau Ocean diam-diam menangis setelah mengira kalau dia terlelap. Satrio juga tahu Ocean menangis dalam perjalanan pulang dari tempat praktik Dokter Suroso dengan berpura-pura melihat keluar jendela. Semua tingkah laku Ocean tidak ada yang luput dari mata Satrio.Seperti hari itu. Setelah pemeriksaan semalam, Ocean terdiam dan tidak banyak bicara. Istrinya hanya mengeluarkan kata-kata seperlunya. Itu pun harus ditanya terlebih dahulu. Ocean tidak punya inisiatif untuk memulai sesuatu. Kabarnya, orang-orang gudang juga tidak bisa menemuinya. Semua pekerjaan disampaikan Ocean melalui aplikasi percakapan sementara dia men