Hari ini Sonia minum kebanyakan. Begitu masuk ke mobil, dia langsung bersandar di pundak Reza.Reza mengangkat tangannya untuk menekan-nekan kepala Sonia. “Hari ini kamu gembira, ya? Makanya kamu minum sebanyak ini?”“Aku nggak boleh sia-siain minuman pemberianmu, ‘kan?” balas Sonia dengan memejamkan matanya.“Apa aku sepenting itu?”“Emm, tentu saja!”Reza menaikkan penghalang di depan, lalu mencubit dagu Sonia untuk mengecup bibirnya. Dia terasa sedikit menggebu-gebu. Sonia yang pusing itu hanya bisa bersandar lemas di dalam pelukan Reza.Setelah dicium lama, Reza baru melembutkan gerakannya. Dia menempel di ujung bibir Sonia, lalu bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengan Juno di ruangan gelap itu?”Kening Sonia tampak berkerut. Dia membuka matanya dengan perlahan, lalu berpapasan dengan mata tajamnya. “Juno, dia ….”Reza malah menyumbat mulutnya. Dia bersandar di bangku, lalu berkata dengan suara serak, “Tidak usah jawab. Tidak seharusnya aku bertanya.”Sonia menatap matanya, lalu me
“Nggak kenapa-napa!” Jason tersenyum lembut. “Ayo, kita makan dulu.”…Siang harinya, Sonia, Darren, dan Amelia sedang makan bersama. Tetiba dia menerima panggilan dari Tandy.“Sudah makan?” tanya Tandy.“Kenapa? Apa kamu mau traktiran?” Sonia tersenyum tipis. “Jangan-jangan kamu ingin aku ke sekolah untuk menyamar menjadi bibimu?”“Apa kamu perlu menyamar sekarang? Kamu memang bibiku, ‘kan?” balas Tandy.Sonia tersenyum. “Ada masalah apa?”“Aku lagi sama Ferdi. Kita berencana untuk pergi ke Kota Presmi,” jawab Tandy. “Apa kamu mau ikut bersama kami?”“Ngapain ke sana?” tanya Sonia.“Kakaknya Ferdi, Cindy, seharusnya kamu kenal sama dia? Dia lagi mengikuti program acara Mode Wanita. Sekarang mereka lagi syuting di Kota Presmi. Dia kalah dalam pertandingan minggu lalu. Jadi, selebritas yang bekerja sama dengannya terus memberinya tekanan, sepertinya dia lagi menghadapi kesulitan. Pokoknya, dia telepon Ferdi sambil menangis. Ferdi merasa tidak tenang. Dia ingin pergi ke Kota Presmi untuk
Kota Premis berada di sebelah tenggara Kota Jembara. Perjalanan dengan mengemudi mobil sekiranya memakan waktu satu jam. Kota Premis masih mempertahankan bangunan kunonya.Seratus tahun silam, Kota Premis berkembang pesat karena akses ke jalur laut dan jalur air. Ada banyak pedagang dari dalam dan luar negeri berkumpul di sini untuk mengembangkan industri bisnis tekstil dan transportasi pelabuhan. Setelah itu, pelabuhan dipindahkan ke Kota Jembara. Kemudian, dibangunlah rel kereta api, alhasil transportasi jalur air mengalami kemunduran, menyebabkan ekonomi Kota Premis ikut merosot. Namun, karena banyak bangunan dari era kuno yang masih terjaga, sekarang Kota Premis pun menjadi objek wisata terkenal dan lokasi syuting. Para sutradara yang ingin memproduksi film berlatar zaman kuno akan selalu memilih lokasi ini.Tema acara Mode Wanita pada episode sebelumnya adalah menjelajahi masa lalu kuno, sedangkan tema episode kali ini kembali ke era sekarang. Oleh karena itu, tim produksi memili
Ferdi mengernyit dan bertanya, "Kamu diusir olehnya tujuh kali?"Cindy mengangguk dengan canggung. Ferdi seketika merasa gusar sekaligus kasihan. Sementara itu, Sonia justru merasa lega. Dulu Cindy sangat angkuh dan kekanak-kanakan, tetapi sekarang anak ini bersedia berjuang demi hasil karya sendiri. Ini artinya, Cindy sudah dewasa. Sikap pantang menyerah seperti ini pasti akan membuatnya sukses di kemudian hari."Ayo, kita sama-sama mengunjungi Pak Venick," ujar Sonia sambil tersenyum tipis.Tandy menoleh menatap Sonia, lalu bertanya, "Sepertinya sangat repot, kamu yakin bisa mengatasi masalah ini?""Dicoba saja, daripada kita terus sembarangan menebak," sahut Sonia sambil mengangkat alisnya.Cindy merasa tidak enak hati sehingga berkata, "Kalian nggak usah pergi. Pak Venick sangat kasar dan kejam waktu bicara. Aku nggak ingin kalian dimarahinya.""Lagian, kita semua sudah di sini. Jumlah kita juga lebih banyak, dia nggak bakal bisa marah. Mungkin saja, kita berhasil membujuknya kali
Cindy membawa Sonia dan lainnya ke toko jahit Keluarga Untara. Ketika melihat suasana di sana begitu ramai, dia pun tercengang dan tidak tahu apa yang terjadi.Angie mengenakan topi penghalang cahaya matahari. Dia mengernyit sambil bertanya, "Cindy, kamu ke mana saja? Kita ini rekan kerja, bukannya kamu harus mengabariku kalau pergi? Aku kira kamu sudah kabur."Ketika melihat sikap Angie yang begitu buruk, Ferdi mendengus dan berkata, "Memangnya kakakku tidak boleh pergi sebentar? Kamu kira dia harus menemanimu 24 jam? Lagi pula, kamu bisa saja meneleponnya, 'kan?""Siapa kamu?" tanya Angie yang sempat tertegun sesaat.Cindy segera mengadang di depan Ferdi dan menjelaskan, "Ini adikku. Dia mengunjungiku barusan. Dia masih kecil, jadi bicaranya terlalu blak-blakan. Maafkan dia, ya."Angie mendengus saat melihat seragam yang dipakai Ferdi. Dia berujar, "Aku nggak akan bersikap perhitungan dengan anak kecil."Sonia tidak akan melakukan perdebatan tidak berfaedah seperti ini. Dia berkata k
Staf itu bisa menilai bahwa Tandy dan lainnya bukan orang yang bisa diusik olehnya. Apalagi, para turis mulai berkerumun di sekitar. Dia khawatir masalah ini akan berdampak buruk bagi acara, jadi buru-buru meminta maaf dan menarik asisten Tiara supaya Sonia bisa masuk.Asisten Tiara tentu tidak bisa menerimanya. Dia menatap punggung Sonia dan lainnya dengan galak, lalu berkata kepada staf itu, "Sutradara yang menyuruh Tiara dan Stella membujuk Pak Venick. Kamu malah membiarkan orang-orang itu masuk untuk mengganggu. Kalau Pak Venick gagal dibujuk, kamu tanggung akibatnya sendiri!"Staf itu merasa serbasalah. Dia segera menyanjung asisten itu supaya tidak marah-marah lagi. Di sisi lain, Sonia dan lainnya melewati aula depan dan menuju ke halaman belakang. Begitu tiba, mereka langsung melihat Tiara dan Stella.Tiara termangu sesaat melihat Sonia. Dia merasa wajah Sonia agak familier. Seketika, dia teringat bahwa mereka pernah bertemu di Restoran Jolly, bahkan sempat berkonflik karena Mat
Sonia dan lainnya masuk ke halaman belakang. Terlihat seorang pria berusia 40-an tahun sedang menyapu dedaunan. Pria ini seharusnya pelayan Keluarga Untara. Dia mendongak, lalu bertanya dengan kesal, "Kenapa kalian datang lagi? Pak Venick tidak ingin ikut acara kalian. Pergi sana, jangan ganggu Pak Venick lagi."Cindy memohon, "Tolong biarkan kami mencoba sekali lagi, ya?"Pria itu tahu Cindy sudah datang berkali-kali sehingga merasa agak kasihan padanya. Sesudah ragu-ragu sejenak, dia mengangguk menyetujuinya. "Ya sudah, ini yang terakhir kali. Kalau Pak Venick menolak, kamu jangan mengganggunya lagi. Kalau tidak, aku bisa dimarahinya.""Terima kasih banyak!" Cindy segera mengucapkan terima kasih.Ferdi bergumam, "Kenapa pria itu sombong sekali?"Tandy mendengus sebelum berucap, "Para seniman selalu menganggap diri sendiri hebat, padahal tidak ada apa-apanya.""Tandy!" tegur Sonia sambil menoleh.Tandy menyeringai dan berkata, "Baiklah, aku tidak akan bicara lagi."Cindy mengetuk pint
Sonia dan Venick asyik mengobrol. Sementara itu, Cindy dan lainnya hanya bisa termangu. Sonia mengenal Venick? Hubungan keduanya bahkan terlihat begitu dekat? Ini sungguh di luar dugaan.Cindy maju, lalu bertanya dengan hati-hati, "Sonia, ka ... kamu dan Pak Venick saling kenal?"Sonia tersenyum tipis dan membalas, "Guruku dan Pak Venick adalah teman lama. Beberapa tahun lalu, aku dan guruku pernah menumpang di rumah Pak Venick. Itu sudah lama kali, Pak Venick pun mungkin sudah lupa. Makanya, aku nggak bilang apa-apa pada kalian."Venick adalah inspirasi Sonia saat mendesain pakaian. Itu sebabnya, gaya pakaiannya selalu terkesan agak kuno.Venick terkekeh-kekeh dan berkata, "Mana mungkin aku lupa. Waktu itu, aku ingin sekali merebutmu dari gurumu. Lagi pula, kamu juga menyukai pakaian rancanganku. Sayangnya, gurumu tidak bisa merelakanmu.""Di mataku, kalian berdua sama-sama guruku," ujar Sonia dengan tatapan tulus."Kamu masih kuliah?" tanya Venick."Sudah tamat, aku bekerja di studio
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin
Sonia tersenyum. “Mana lagi yang kamu suka? Pilih beberapa lagi.”Hallie segera menggeleng. “Yang satu ini sudah cukup mahal!”Pramuniaga memberi tahu Hallie mengenai cara perawatan perhiasan. Hallie mendengar dengan sangat serius, lalu bertanya dengan suara kecil, “Berapa harga perhiasan ini?”Pramuniaga berkata, “Anggota VIP biasanya dapat diskon 2%. Setelah diskon, harganya 31.320.000.000!”Hallie menarik napas dalam-dalam.Perhiasan terasa berat di tangannya.Dania mengantar kepergian mereka. Saat melihat Morgan yang menuruni mobil, dia pun berkata dengan kaget, “Kalian jadikan Tuan Morgan sebagai sopir kalian? Perhiasanku ini memang pantas dijual ke kalian!”Morgan tersenyum datar. “Nona Dania memang pintar bicara. Pantas saja Sonia bisa tenang menyerahkan semuanya untuk dikelolamu.”“Aku merasa sangat terhormat bisa mendapatkan kepercayaan Bos!” Dania tersenyum lembut. “Asalkan dia nggak mengusirku, seumur hidupku, aku akan mengikutinya!”Setelah mereka berbasa-basi sejenak, Soni
Setelah mencoba beberapa set, Hallie merasa semuanya sangat cantik dan tidak bisa mengambil keputusan. Akhirnya, dia jatuh hati pada satu set kalung yang didominasi oleh mutiara dan berlian merah muda.Kalungnya berupa rantai mutiara dengan liontin yang dihiasi tujuh berlian merah muda besar, tampak mewah dan elegan!Anting-antingnya juga satu set dengan desain mutiara dan berlian merah muda yang sama.“Ini cantik sekali. Aku suka yang ini!” Dalam sekilas mata, Hallie langsung jatuh cinta dengan set kalung ini.Pramuniaga berkata dengan sungka, “Maaf, Nona. Ini adalah barang andalan toko kami, hanya bisa dipesan khusus oleh pelanggan VIP tingkat atas. Sementara ini, kamu tidak bisa mencobanya.”Hallie melihat ke sisi Sonia. “Sayang sekali, padahal benar-benar cantik!”Sonia berkata kepada pramuniaga, “Keluarkan, biarkan dia mencobanya.”Pramuniaga tidak kenal dengan Sonia. “Maaf sekali, peraturannya memang seperti ini. Gimana kalau aku rekomendasi yang mirip.”Hallie terus menatap kalu
Setelah Aska melihat kepergian mereka, dia duduk di posisi Sonia tadi, lalu berkata dengan tersenyum, “Lebih baik kamu saja yang menemaniku. Anak muda tidak punya kesabaran. Jadi, kamu mesti melihat dengan jelas, kelak aku bisa menemanimu lebih lama. Kamu mesti segera menyadari hal ini, jangan sering memancing emosiku!”Jemmy membereskan catur sembari berkata dengan suara datar, “Kita masih belum memastikan kalau Hallie adalah putrinya Julia, bukannya kamu terlalu terburu-buru?”Raut wajah Aska menjadi serius. “Jemmy, sudah 20 tahun. Kalau Hallie bukan cucuku, apa kamu merasa Jeje masih bisa ditemukan lagi?”Jemmy mendengus. “Jadi, kamu tidak peduli dengan kesalahan itu?”Kening Aska berkerut. “Kesalahan apa? Setidaknya sekarang kemungkinan Hallie itu cucuku. Salah, kemungkinan besar dia itu cucuku.”Jemmy menghela napas. “Aku takut kamu akan kecewa!”Aska melambaikan tangannya. “Sudah bertahun-tahun, aku juga sudah sering kecewa. Hallie itu seorang anak malang. Seperti yang kamu katak
Jemmy berkata, “Besok aku akan pulang ke Kota Atria!”Sonia mengangkat kepalanya dengan syok. “Kamu tidak tunggu Bibi Julia?”Jemmy menggeleng. “Setelah kulihat-lihat, seharusnya Julia tidak akan pulang dalam waktu dekat.”Sonia tidak paham. “Bukannya Bibi Julia sangat peduli dengan putrinya? Kalau dia tahu sudah ditemukan, kenapa dia nggak langsung pulang?”Meskipun pameran lukisan itu sangat penting, seharusnya tidak sepenting putrinya, ‘kan?“Aku tidak tahu!” Jemmy meletakkan sebuah pion, lalu berkata dengan serius, “Beberapa tahun lalu, Aska juga menemukan petunjuk Jeje. Setiap kalinya dia selalu dengan tidak sabaran untuk memberi tahu Julia, tapi hasil tes DNA selalu bukan. Jadi, Julia sudah tidak percaya lagi dengan Aska. Dia pasti mengira kali ini Aska lagi membohonginya lagi.”Sonia merasa syok. “Ternyata begitu!”Morgan yang berada di samping berkata, “Kali ini berbeda. Kakek Aska benar-benar menganggap Hallie sebagai cucunya!!”Sonia memegang pion sembari berpikir, kemudian d
Reza kembali melilit leher Sonia dengan syal. “Hari ini cuaca dingin. Jangan sembarangan pergi di sore hari. Nanti setelah pulang kerja, aku akan jemput kamu di rumah Tuan Aska.”“Emm!” Sonia mengangguk.Reza juga mengecup kening Sonia.Mereka berdua mengendarai mobil masing-masing, berpisah di area parkiran bawah tanah. Sonia mengendarai mobil menuju ke rumah Aska.Saat di perjalanan, Sonia menerima pesan dari Ranty. Isinya berupa sebuah berita.Sonia membuka untuk membacanya. Isinya adalah berita penangkapan Welly atas perbuatan pemindahan dana perusahaan, menerima suap, dan juga berjudi.Ada juga reporter yang melaporkan kondisi terkini Keluarga Dikara. Keluarga Dikara telah bangkrut. Perusahaan dan semua aset telah disegel. Keluarga konglomerat selama ratusan tahun itu telah menjadi sejarah di Kota Jembara.Di bawah berita, ada banyak suara orang yang bersenang-senang atas penderitaan mereka dan juga suara makian. Sonia tidak melihat lagi. Dia menurunkan ponselnya, lalu fokus dalam
Reza melihat kondisi mobil di depan sana, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Kamu merasa dia terlalu buru-buru, kamu pun merasa tidak nyaman?”Sonia menggeleng. “Kalau jadi orang lain, mereka juga ingin tahu identitas dirinya sendiri, nggak sabar untuk bisa bertemu dengan anggota keluarganya sendiri. Masalah ini adalah masalah yang wajar. Kita nggak boleh menyalahkannya. Aku hanya lihat Pak Guru dan Hallie begitu gembira, aku jadi merasa sangat khawatir kalau Hallie bukan anak dari Bibi Julia.”“Kalau begitu, segera lakukan tes DNA, tidak usah menunggu sampai putri Tuan Aska pulang,” ucap Reza, “Kalau ditunda semakin lama, semuanya akan semakin merepotkan.”Aska sudah menganggap Hallie sebagai cucu luarnya. Dia telah memberikan banyak perasaan kepada Hallie. Semakin lama, perasaan akan semakin mendalam, rasa kecewa juga akan semakin bertambah besar.Sonia memberi tahu maksud Jemmy kepada Reza. “Kakek sudah mengatakannya dengan sangat jelas. Pak Guru ingin menggunakan Hallie untuk me
Selesai makan, pelayan membereskan kamar tamu untuk Hallie.Rose mengambil pakaian tidur dari kamarnya untuk diberikan kepada Hallie. “Pakaian tidur ini baru kubeli. Aku masih nggak pernah mengenakannya. Kamu coba dulu, cocok nggak? Tinggi badan kita hampir imbang, seharusnya nggak masalah.”“Nggak usah. Aku lihat ada jubah tidur di dalam lemari!” balas Hallie dengan tersenyum.“Nggak nyaman kalau tidur pakai jubah tidur. Kamu pakai ini saja. Nggak usah sungkan sama aku!” ucap Rose.“Bukan sungkan! Kelak ini adalah rumahku. Mana mungkin aku akan bersikap sungkan?” Hallie tersenyum. “Aku cuma nggak suka pakai pakaian orang lain.”Senyuman di wajah Rose langsung terkaku. “Oh, begitu, ya. Baiklah, kamu pakai jubah tidur dulu. Besok aku bawa kamu jalan-jalan untuk beli yang baru.”“Oke, maaf sudah merepotkanmu!” Kedua mata Hallie berkilauan. Dia bertanya dengan tersenyum, “Rose, apa kamu tinggal di sini?”Rose membalas, “Bukan, terkadang aku akan tinggal beberapa hari di sini untuk menemani
Morgan menyipitkan matanya, lalu memutar bola matanya untuk melihat Sonia. Keningnya kelihatan sedikit berkerut.Sonia segera berkata dengan tersenyum, “Oke, oke, aku nggak tanya lagi. Aku nggak tanya lagi, deh!”Usai berbicara, Sonia bergumam sendiri, “Bisa jadi Theresia juga nggak suka sama kamu. Dia itu berkompeten dan juga cantik, entah ada berapa cowok yang lagi mengejarnya!”Raut wajah Morgan langsung berubah muram. “Apa hubungannya dia dikejar berapa banyak cowok sama aku?”Sonia berkata, “Nggak ada hubungannya. Kalian memang sudah nggak ada hubungan lagi!”Morgan terdiam membisu.Mereka berdua mengobrol beberapa saat mengenai masalah Hallie. Ada sebuah mobil masuk ke dalam gerbang. Ujung bibir Sonia spontan melengkung ke atas. “Reza sudah datang. Aku ke sana sebentar.”Morgan berkata, “Aku akui pilihanmu waktu itu memang benar. Kamu pacaran dengan baik. Jangan kecewain dia!”Sonia tersenyum, lalu mengangguk dengan serius. “Pasti!”“Pergi sana!”“Emm.”Sonia berjalan ke sisi mobi