Masuk"Maaf Mbak! Mbak tidak apa-apa, kan? Saya minta maaf ya Mbak? Tadi saya sama sekali tidak melihat Mbak karena saya sedang terburu-buru!" ujar Sofian sambil berjongkok didepan wanita yang sedang meringis tersebut.
Wajah wanita itu sama sekali tidak terlihat oleh Sofian. Karena selain menunduk, wajahnya juga tertutup oleh rambut yang digerai panjang menutupi bahunya. "Aduuuh... Sakit banget tau Mas! Lain kali kalau bawa mobil itu hati-hati! Jangan sampai membuat orang lain celaka seperti ini!" jawab Wanita itu seraya mengangkat wajahnya dan menatap kearah Sofian. Saat pandangan keduanya saling bertemu, Sofian merasa sangat terkejut. Begitupun wanita yang saat ini berada dihadapan laki-laki itu, ia sampai mengucek kedua matanya untuk memastikan kalau dirinya tidak salah melihat. "Celina!" ucap Sofian Senyum mengembang diwajahnya yang tampan. "Mas Sofian!" sahut wanita cantik itu. Kedua bola matanya berbinar saat menatap wajah Sofian. Sofian segera memegang bahu wanita itu dengan kuat, dirinya seakan tidak percaya kalau akan bertemu kembali dengan Celina. "Mas tidak salah lihat, kan? Ini benar-benar kamu kan, Celin?" tanya Sofian dengan raut wajah bahagia. Wanita yang berada dihadapannya itupun mengangguk. "Iya Mas! Aku Celin!" jawab wanita itu mengiyakan pertanyaan Sofian yang terus menatapnya. Sofian segera memeluk Celina dengan lembut. "Kamu kemana saja Celin? Selama kamu pergi, Mas mencarimu kemana-mana! Kenapa kamu pergi dari Mas, dan kenapa juga kamu tidak pernah mengabari Mas selama ini?" Sofian berkata sambil menangkup wajah Celina dengan kedua telapak tangannya. "Ada masalah besar yang menimpa keluargaku, Mas! Sehingga aku harus mengikuti kedua orang tuaku meninggalkan kota ini, dan pulang kekampung orang tuaku." jawab Celina, menjelaskan alasan dirinya pergi meninggalkan lelaki yang saat ini berada dihadapannya itu. "Tapi kamu kan masih bisa menghubungi Mas dengan cara menelfon, kenapa kamu pergi begitu saja tanpa berpamitan! Apa kamu tau, Mas hampir gila karena kamu pergi tanpa kabar dan tega meninggalkan Mas begitu saja." Sofian menatap sendu pada Celina yang mulai menitikkan air mata. Wanita itu merasa terharu mendengar penjelasan dari laki-laki itu. "Mas. Selama aku pergi, apa ada wanita lain yang sudah menggantikan posisiku dihati Mas?" tanya Celina. Sofian merasa tertegun mendengar pertanyaan wanita yang masih sangat dia cintai tersebut. Namun tidak lama kemudian, ia menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Tidak ada seorang wanitapun yang bisa menggantikan posisi kamu dihati Mas!" ucap Sofian, sambil membelai lembut pipi Celina. Wanita itu tersenyum, dan mengelus tangan Sofian yang memegang pipinya. Sementara itu, Sofian menatap pada siku dan kaki wanita itu yang terluka, kemudian ia membantu memegangi Celina, saat wanita itu hendak berdiri. "Aku antar kamu keklinik ya, karena luka kamu itu harus segera dibersihkan dan diobati? Kalau tidak bisa infeksi!" Sofian menatap Celina dan memegangi lengan wanita itu. Sedangkan Celina hanya tersenyum menanggapi perkataan Sofian yang terlihat mengkhawatirkan dirinya. Wanita itu berjalan terpincang-pincang mendekati sepeda motornya. "Tidak usah kok, Mas! Ini hanya luka kecil saja, nanti aku obati dirumah saja setelah dikompres dengan air hangat!" Celina menolak ajakan Sofian dengan cara halus. "Nggak boleh, Celin! Luka kamu itu harus diobati diklinik! Sekarang kamu ikut aku dan kita keklinik terdekat yang ada didaerah sini!" paksa Sofian. Ia segera menarik tangan wanita cantik itu, dan membawa Celina masuk kemobil miliknya. Mendapat perlakuan seperti itu, Celina hanya terdiam dan mengikuti keinginan Sofian. Setelah keduanya berada didalam mobil, Sofianpun membawa Celina keklinik terdekat, agar Luka gadis itu segera diobati. Setelah sampai diklinik, Sofian langsung membawa Celina menemui Dokter, dan meminta Dokter tersebut untuk segera membersihkan luka dikaki dan juga siku wanita itu. Setelah selesai, pria tampan itu mengajak Celina untuk mampir kesebuah restaurant langganannya. "Mas." panggil Celina yang duduk dihadapan Sofian, sambil meminum segelas jus jeruk. "Heumm... Gumam Sofian, sambil menatap wajah kekasihnya itu. "Aku minta maaf, ya? Karena aku sudah meninggalkan kamu selama ini," tutur Celina, seraya mengusap punggung tangan Sofian yang berada diatas meja. Sofian tersenyum kearah wanita itu, ia memegang tangan Celina yang mengelus punggung tangannya tersebut, kemudian mengecupnya dengan lembut. "Sudah Mas maafkan. Tapi lain kali jangan begitu lagi ya? Mas sangat takut kalau sampai kehilangan kamu! Karena cuma kamu satu-satunya wanita yang membuat hari-hari Mas bersemangat." ucap Sofian tulus. "Ah, yang benar? Pasti Mas mencoba untuk menggoda dan juga menggombali aku, kan? Dari dulu memang Mas itu paling bisa membuat hatiku berbunga-bunga!" jawab Celina, seraya senyum-senyum kearah Sofian. "Kayak taman dong!" kelakar Sofian, membuat Celina tertawa. "Oh iya! Kalau Mas boleh tau, kamu tadi dijalan mau kemana?" Sofian menatap serius bola mata gadis dihadapannya. "Aku mau pulang kerumah, Mas! Kebetulan aku tadi mau mencari pekerjaan, dan saat pulang tiba-tiba saja mobil Mas menyenggol sepeda motorku, untung saja nggak kenapa-kenapa!" ujar wanita itu merengut kecil. "Sekali lagi Mas minta maaf, ya? Mas benar-benar nggak lihat sepeda motor kamu dari jauh, makanya Mas tidak sadar kalau Mas sudah menyenggol kamu" Sofian menjawab dengan raut penyesalan terpatri diwajahnya. "Oke Mas! Mas santai aja kali, aku maklum kok, dan aku juga sama sekali tidak menyalahkan kamu, mungkin inilah sebab agar kita bisa bertemu lagi seperti sekarang ini!" sahut Celina, sambil tersenyum manis kearah Sofian. Dan Sofian pun membalas senyum wanita itu. "Iya, mungkin kamu ada benarnya." sambung Sofian, seraya menyuapkan makanan yang ada dipiring kedalam mulutnya. Kemudian, mereka berdua pun melanjutkan menikmati makanan yang telah mereka pesan. Sofian merasa sangat bersemangat, karena telah bertemu kembali dengan wanita yang sangat dia cintai. Rasa kecewa yang ada dihati laki-laki itu, rasanya seperti terobati dengan menatap wajah Celina yang cantik dan menggemaskan. "Celin?" panggil Sofian lagi, membuat Celina menatap kearahnya dengan tatapan bingung. "Iya Mas. Ada apa?" tanya wanita itu pelan. "Apa selama kamu pergi! Kamu masih mencintai Mas?" tanya Sofian ragu-ragu. Laki-laki itu sangat takut, kalau sampai wanita yang saat ini duduk dihadapannya itu sama sekali tidak mencintainya lagi, apalagi mereka sudah lama tidak bertemu. Seakan mengetahui perasaan dihati Sofian, Celina meraih tangan laki-laki itu, dan mengusapnya dengan lembut. "Aku masih sangat mencintaimu, Mas! Meskipun selama ini kita berpisah dan aku tidak tau bagaimana kabar kamu disini, namun aku masih Celina seperti dulu! Celina yang selalu mencintaimu sampai kapanpun." jawab Celina, membuat Sofian sangat senang mendengar pernyataan wanita itu. "Benarkah, kamu tidak berbohong, kan?" tanya Sofian lagi. Ia ingin memastikan, kalau apa yang dikatakan oleh Celina itu adalah sebuah kejujuran. "Benar Mas! Untuk apa aku berbohong? Aku berkata yang sebenarnya, kalau aku masih tetap mencintaimu seperti saat dulu kita masih bersama! Meskipun selama ini kita tidak saling bertukar kabar, tapi hanya kamu satu-satunya pria yang paling aku cintai." Gadis itu berusaha meyakinkan Sofian. Sofian meraih jemari wanita cantik itu, dan mengecupnya berulang kali. Dalam hatinya ia bersumpah, tidak akan pernah membiarkan Celina pergi dan meninggalkannya lagi, seperti yang sudah wanita itu lakukan beberapa tahun yang lalu.Sofian yang saat ini jatuh terduduk ditanah. Hanya meraba bagian keningnya yang terasa sangat sakit.Tiba-tiba ia merasa kalau telapak tangannya basah, dan pandangannya buram.Laki-laki itu menggelengkan kepalanya berulang kali.Preman yang saat ini menatap kearahnya tertawa senang."Mampus lo! Makanya, jangan coba-coba ikut campur urusan kami, hahaha... "Ujar preman itu sambil tertawa."Siapa suruh lo jadi pahlawan kesiangan?" sambungnya lagi."Eh goblok, ini tengah malam bukan siang! Dasar tolol!" maki salah satu temannya yang berada dibelakang, kemudian temannya itu kembali mengaduh kesakitan."Nggak nyambung! Lo lebih goblok. Memangnya lo pernah dengar, ada yang namanya pahlawan kemalaman?" protes temannya satu lagi."Diam kalian semua! Berisik!" teriak kepala preman. Yang juga tergeletak diantara teman-temannya."Wooii... Lo hajar terus itu laki-laki sialan! Berani-beraninya dia membuat kita babak belur seperti ini! Kenapa lo masih diam aja? Takut lo...?" sambungnya lagi.Preman
Dan tiba-tiba saja...Laras melihat ada beberapa pria yang sedang mengendari motor secara ugal-ugalan.Wanita cantik itu bisa menyimpulkan, kalau laki-laki yang berjumlah lima orang tersebut, sedang berada didalam pengaruh minuman keras.Terlihat dari cara mereka mengendarai motornya dengan tidak seimbang.Tampang mereka pun terlihat seperti preman.Laras merasa sangat takut, sampai-sampai ia memeluk tas kecil miliknya dengan erat.Saat melihat Laras, para preman tersebut hanya menatap kearah wanita itu. Lalu kemudian, mereka melewati Laras begitu saja.Tentu saja hal tersebut membuat Laras menghembuskan nafas lega.Setidaknya, walaupun para preman-preman tadi sempat menatap kearahnya. Namun ternyata, mereka sama sekali tidak berniat mengganggu atau pun berbuat jahat pada wanita itu.Laras kembali berjalan, agar dirinya lekas sampai dirumah Hilda.Namun, baru saja ia berjalan beberapa langkah, raungan sepeda motor terdengar jelas dari arah belakangnya dan terasa memekakkan telinga.Sa
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya. Laras keluar dari restaurant tempat ia bekerja dan menuju ke tempat parkir.Ia berniat menunggu Hilda yang berjanji akan menjemputnya saat dirinya pulang kerja.Namun, setelah dua jam menunggu, tapi sahabatnya itu tidak kunjung datang.Wanita berdagu lancip itu berusaha menghubungi nomor sahabatnya tersebut. Namun ternyata, ponsel Hilda juga sedang tidak aktif."Hilda kemana ya, apa dia ketiduran?"Laras bertanya pada dirinya sendiri.Akhirnya, Laras memutuskan pulang menggunakan taksi.Tapi, karena malam yang mulai larut, Laras juga sangat sulit menemukan taksi yang lewat.Sehingga, dengan perasaan yang was-was, akhirnya ia berjalan pelan menyusuri jalan yang terasa semakin sunyi dan mencekam.Udara malam yang dingin terasa menusuk sampai ke tulang-tulangnya.Laras mengusap-usap kedua lengannya menggunakan telapak tangan untuk mengusir rasa dingin.Gadis itu mulai bingung, bagaimana ia akan sampai kerumah kalau hanya berjalan kaki seperti itu
"Keluar kalian berdua dari rumah ini sekarang juga!" ucap Sofian sambil menatap kearah lain.Mendengar hal itu, Yuda dan Celina sangat terkejut."Apa kalian tidak mendengar apa yang aku katakan? Cepat keluar dari rumah ini, dan jangan pernah lagi kalian berani memperlihatkan wajah kalian itu dihadapanku!" ujar Sofian dengan suara lantang."Tapi Sofian...?""Keluaaarrr...!!!"Suara Yuda tertahan kala Sofian membentaknya.Celina berusaha mendekati kekasihnya. Bahkan ia memegangi kedua kaki Sofian sambil meraung."Mas, maafkan aku! Tolong kamu jangan bersikap begini, aku sangat mencintaimu dan aku tidak ingin pergi darimu!" ujar Celina.Perkataan Celina justru membuat Sofian berdecih."Cinta?? Cuiih... Bulshit! Kau masih berani mengaungkan cinta dihadapanku, Celina? Sedangkan diluar sana kau menjajakan tubuhmu pada laki-laki lain! Apa yang kau harapkan? Apakah kau menginginkan uang? Baiklah kalau begitu!" ujar Sofian.Kemudian laki-laki itu berjalan masuk kekamarnya.Dan tidak lama kemud
"Celina!!"Yuda menatap perempuan itu dengan perasaan khawatir."Sedang apa kamu disini?" sambungnya lagi sambil menoleh kiri kanan dan juga menatap kearah pintu masuk.Yuda merasa takut karena bisa saja Sofian masih berada disana, dan melihat saat Celina memeluknya tadi."Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas? Mas Sofian itu kekasihku! Dan tidak lama lagi aku akan menjadi istrinya, jadi bebas dong kalau aku mau datang kerumah ini kapan pun!" jawab Celina datar."Celina, sebaiknya kamu batalkan keinginanmu untuk menikah dengan Sofian!" ujar Yuda Kemudian. Membuat Celina terbelalak."Apa maksudmu, Mas?" jawab Celina lagi. Sambil menatap Yuda dengan perasaan marah.Bisa-bisanya laki-laki itu memintanya membatalkan pernikahannya dengan Sofian. Laki-laki yang selama ini ia idam-idamkan untuk menjadi suaminya."Karena aku tidak ingin Sofian menikah denganmu!" ucap Yuda.Namun hal itu membuat Celina tersenyum miris."Kenapa Mas, apa kamu cemburu? Karena dulu aku menolakmu saat kamu mengajak
Sudah beberapa hari Sofian tidak masuk kantor. Bahkan ia sama sekali tidak mengangkat ponsel saat Burhan menelfonnya.Pria itu benar-benar ingin menyendiri.Diatas meja ruang tengah rumahnya. Terdapat sebuah asbak yang sudah terisi penuh dengan puntung rokok.Entah sudah berapa banyak batang rokok yang telah ia habiskan, untuk meringankan beban fikirannya.Wajahnya yang terlihat lesu, dan rambutnya yang acak-acakan, menambah kesan bahwa laki-laki itu sudah tidak lagi mengurus dirinya.Saat ia sedang sibuk melamun, tiba-tiba saja bel rumahnya berbunyi.Sofian berusaha mengabaikannya. Tapi lama kelamaan bel itu semakin mengganggu ditelinganya. Karena seseorang yang berada diluar rumah menekannya terus menerus.Dengan perasaan malas, Sofian bangun dari tempat duduknya dan berjalan untuk membuka pintu."Ceklek."Sesaat setelah pintu terbuka, Sofian menatap laki-laki yang berdiri didepan pintu rumahnya itu. Seraya tersenyum kearahnya."Hallo, Sofian! Apa kabar lo?" sapa laki-laki yang tern







