Share

BAB 2

last update Huling Na-update: 2021-09-09 16:59:22

Clara menjatuhkan diri ke atas kasur. Air matanya masih menganak sungai sejak dia masih di mobil Arga tadi. Sebuah takdir yang begitu epic, bukan?

Banyak mimpi yang sudah Clara rajut bersama Arga selama ini. Tentang jenjang karier mereka di masa depan, keluarga kecil yang begitu mereka idamkan, dan sekarang? Semua musnah, hancur oleh kenyataan bahwa sang kekasih yang selama ini menjadi teman suka-duka berjuangnya sudah dijodohkan dengan gadis lain oleh orang tuanya.

“Ikhlas, Ra! Ikhlas!” Clara bangkit, duduk di atas kasurnya dan mencoba menenangkan diri.

Siapa yang tidak hancur? Siapa yang tidak syok dan terpukul jika kisah yang selama ini dirajut harus kandas seperti ini?

Clara menghela nafas panjang, berusaha tetap kuat meskipun saat ini dia hancur. Clara sudah bertekad bahwa mulai hari ini hubungan dia dengan sosok Arga Yoga Saputra sudah berakhir. Apapun itu tidak ada lagi hubungan yang terjalin di antara mereka, kecuali hubungan kerja hanya demi profesionalitas. Selebihnya, mereka bukan siapa-siapa.

“Kamu akan dapat yang lebih baik, Ra! Percayalah!”

***

Suasana ballroom hotel bintang lima itu begitu luar biasa ramai dan megah. Para tamu undangan pun tidak berasal dari kalangan biasa. Hampir semuanya dokter dan beberapa tamu undangan adalah direktur utama beberapa rumah sakit di pulau Jawa. Menandakan bawah sejoli yang pagi tadi sudah sah dan resmi menyandang status sebagai suami-isteri itu bukan lah orang sembarangan.

Arga Yoga Saputra, sosok dengan tinggi 178cm dan berkulit sawo matang itu tampak begitu gagah dengan beskap warna putih yang dikenakannya. Residen kardiologi itu resmi meminang anak dari pasangan dokter spesialis senior yang juga merupakan seorang dokter yang tengah menjalani pendidikan spesialisasinya.

Darah biru bertemu darah biru. Inilah yang sekarang terhambar di ballroom dengan dekorasi super mewah dan meriah itu.

Jika semua tamu fokus pada dekorasi dan detail mewah pada pernikahan Arga dan Indira, makan tidak dengan Arga. Dia malah fokus mencari sesorang yang sore kemarin meninggalkan dia seorang diri di taman. Kemana dia? Arga sudah mengirimkan undangan kepadanya, seharusnya dia datang!

“Cari siapa?”

Arga tersentak, ia menoleh dan mendapati perempuan yang perhari ini sudah menjadi isterinya itu dengan sebuah senyum yang dipaksakan.

“Teman.” Jawabnya seperlunya.

“Mantan pacar?” tanya Indira yang nampak begitu penasaran.

“Apa perlu mu tahu?” balas Arga sengit.

Indira menghela nafas panjang, ia tahu bahwa laki-laki ini terpaksa menikahinya hari ini. Semua ini adalah ide dari orang tua mereka. Walaupun jujur Indira bahagia dengan pernikahannya, ia sudah lama jatuh hati pada sosok ini.

“Sekarang aku isterimu,” bisik Indira tegas dan lirih.

Arga menoleh menatap wanita itu dengan tatapan tidak suka, jadi belum ada dua puluh empat jam menikah Indira sudah mulai mendominasi di sini? Tidak bisa dibiarkan!

“Rasanya setelah ini kita perlu bicara banyak hal, perlu menyetujui banyak hal yang salah satu di antara adalah jangan suka mencapuri urusan pribadiku!”

***

Arga yang sudah berganti piyama itu nampak gelisah dengan ponsel yang ada di tangannya. Sejak tadi dia berusaha menghubungi nomor itu, namun tidak berhasil. Nihil! Dia tidak tampak sepanjang resepsi pernikahan Arga tadi, lantas dia ke mana?

Sekali lagi nomor milik Clara sama sekali tidak bisa dihubungi, membuat Arga benar-benar kesal dan marah. Ia menjatuhkan diri di atas tempat tidur dan membanting ponselnya ke samping. Tepat di saat yang sama pintu kamar mandi hotel itu terbuka, nampak Indira keluar dengan rambut setengah basah dan gaun tidur dari bahan satin yang tampak begitu pas dan membentuk lekuk tubuhnya.

Arga mengumpat dalam hati, perempuan itu seperti sengaja menggoda dirinya, sengaja memancing Arga agar melakukan sesuatu bersama nya malam ini, hal yang seharusnya memang dilakukan oleh sepasang suami-isteri setelah resmi menikah, ya ... malam pertama.

“Maaf kalau malam ini kamu harus berbagi tempat tidur dengan ku.” gumam Indira sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Huh, memang siapa yang mau tidur bersamamu? Aku tidur di sofa, kamu tidur saja di kasur!” Arga bangkit dan meraih ponselnya, berpindah dari kasur kamar eksekutif itu dan berpindah ke sofa. Mengabaikan Indira yang tampak begitu terkejut dan syok dengan apa yang barusan keluar dari mulut Arga, tentang bagaimana reaksi Arga terhadap kode yang dilayangkan olehnya barusan.

“Mas!” Indira melempar handuknya ke meja, melangkah mendekati Arga dan duduk di samping suaminya itu.

Arga menoleh, menatap tajam ke arah perempuan yang tadi dia kecup dengan begitu mesra dahinya selepas mengucapkan ijab qobul.

“Apa? Kamu yang mau tidur di sini? Tidak masalah, kalau begitu a-.”

Indira menarik dengan kasar tangan Arga, membuat Arga lantas mengibaskan tangan yang mencekal tangannya, menatap tajam manik mata yang mulai memerah itu.

“Kita perlu bicara!” sergah Indira yang nampak habis kesabaran.

“Ya, bicara saja!” Arga tampak tidak peduli, menyandarkan tubuhnya di sofa sambil memijit kening.

“Kita sudah menikah, aku isterimu, dan ki-.”

Please, tidak perlu kamu jelaskan lagi, aku sudah tahu!” potong Arga jemu.

Indira tercekat, sorot mata dan nada bicara itu sudah menjelaskan semuanya. Menjelaskan bahwa laki-laki ini sebenarnya tidak ada tempat sedikitpun di hati Arga untuk dirinya. Laki-laki yang sudah berstatus sebagai suaminya itu sama sekali tidak mencintai dirinya!

“Kamu masih mencintai dirinya?” tanya suara itu lirih.

“Ya!”

Sebuah jawaban singkat dan padat yang mampu membuat Indira melonjak terkejut. Matanya memanas. Sungguh sebuah pernikahan yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam bayangan Indira akan sedemikian pahit macam ini. Suaminya berterus terang perihal perasaan cintanya pada wanita lain?

“Siapa dia?” tanya Indira dengan tangis tertahan.

“Bukan urusanmu!” Arga bangkit, melangkah menuju pintu dan hendak menekan knop pintu, ia membalikkan badannya dan menatap Indira yang nampak menundukkan wajahnya.”Mau bilang ke mama papa? Silahkan. Aku akan berterima kasih kalau kemudian kita bercerai, In.”

Arga tersenyum sinis, menekan knop pintu lalu melangkah keluar dari kamar hotel itu.

***

Indira menatap pemandangan dari jendela kamar hotelnya. Hatinya pedih teringat obrolan apa yang baru saja terjadi antara dia dan sang suami. Tentang apa yang terjadi di malam yang seharusnya menjadi malam spesial untuk mereka berdua.

“Nikah nggak selamanya indah ternyata,” desis Indira dengan hati pedih, ia menyeka air mata yang menitik di pipinya itu.

Sia-sia sudah dia mempersiapkan diri separipurna mungkin untuk malam ini. Sia-sia sudah baju tidur berbahan satin yang ia beli dari Paris langsung melalui e-commers yang kini membungkus tubuhnya, semua tidak berarti.

Arga sendiri malah entah di mana Indira tidak tahu, padahal harusnya malam ini mereak mengarungi indah dan nikmat surga dunia itu berdua dengan halal selepas menikah tadi. Namun sayang, itu hanyalah ekspektasi Indira yang terlampau tinggi, karena realitanya tidak seindah yang Indira bayangkan.

“Siapa wanita itu? Kenapa bukan aku yang kamu cintai?” kembali air mata Indira menitik, sungguh hatinya begitu pedih.

Indira menyeka air matanya, melirik ponsel yang tergeletak di nakas yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sudah pukul sebelas malam! Tidak ada tanda-tanda suaminya itu kembali ke kamar mereka, membuat Indira menghela nafas panjang dan melangkah menuju ranjang, ia merebahkan tubuhnya, menarik selimut dan menutupi separuh tubuhnya dengan selimut.

Malam ini, seharusnya jadi malam paling bersejarah dalam hidup Indira, namun apa daya, takdirnya tidak seindah apa yang ada dalam bayangannya. Menikahi laki-laki yang dia cintai ternyata tidak serta merta membuat dia bahagia. Sepertinya memang benar, seharusnya dia menikahi orang yang mencintai dirinya, bukan orang yang dia cintai.

***

Clara mengerjapkan matanya, ia seperti mendengar suara pintu diketuk, tapi siapa? Clara bangkit, melangkah keluar dari kamarnya guna menuju pintu. Ia merapikan rambutnya yang berantakan. Memutar kunci dan membuka pintu guna melihat siapa yang tengah malam begini mengetuk pintu rumah kontrakannya?

Clara belum sepenuhnya menangkap bayangan sosok itu ketika kemudian tangan kekar dan besar itu membekap mulutnya, menutup dan mengunci pintu rumah lantas menyeret Clara masuk ke dalam kamar.

‘Ya Allah, siapa dia? Apa yang hendak dia lakukan?’ rasanya Clara ingin menjerit sekencang-kencangnya, namun sayang bekapan tangan itu begitu kuat, membuat ia bahkan hampir kesulitan bernafas. Efek lampu kamar yang selalu dia matikan membuat Clara masih belum bisa melihat dengan jelas siapa yang membekap mulutnya ini.

Bau alkohol menguar, membuat perut Clara mual. Lelaki itu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, saat tangan yang membekap mulutnya itu lepas, Clara ingin berteriak, namun sayang dia kalah cepat dnegan benda kenyal yang membungkap mulutnya. Bedan kenyal dan basah dan beraroma alkohol yang begitu mual.

Laki-laki itu dengan begitu beringas melumat bibir Clara, menyesap bibir itu dengan penuh nafsu, sebuah tindakan yang membuat Clara teringat akan seseorang. Ya ... ciuman ini seperti ... Clara berusaha melepaskan diri, namun sayang dia kalah tenaga. Ia tetap tidak bisa melakuka apa-apa ketika tangan-tangan besar dan kokoh itu bergerilya kemana-mana, menyentuh titik-titik sensitif Clara yang sukses membuat dokter cantik itu meremang dan menggeliat seketika.

‘Please, lepas!’ Clara mencoba bersuara, namun bibir itu tidak memberi Clara kesempatan sama sekali hingga kemudian, Clara merasakan pakaiannya sudah tanggal semua dari tubuhnya.

‘Tidak! Jangan!’

Sia-sia sudah semuanya, perlawan Clara tidak membuahkan hasil. Bibir itu dengan beringas masih menguasai bibirnya, tangan Clara yang memukul-mukul lengan kokoh yang masih terbungkus jaket itu makin menjadi-jadi ketika Clara merasakan benda besar dan hangat itu memaksa masuk ke dalam inti tubuhnya.

‘Jjjjaaangggaaann!’

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Putri
wau gejolak nikmat bercampur sakit
goodnovel comment avatar
irwin rogate
kacau benar situasinya
goodnovel comment avatar
Bumi
WAH PARAH IH.SIAPA AGRA?
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 7

    Siang ini cuaca begitu terik. Langit bernuansa biru menyegarkan mata. Bersih tanpa ada satupun awan yang menggantung.Lelaki paruh baya itu nampak tengah menggendong bayi laki-laki di dalam sebuah ruangan inap VVIP di rumah sakit miliknya sendiri. Senyum lelaki itu sejak tadi terus mengembang dengan mata memerah. Wajahnya nampak begitu bahagia dengan bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3700 gram dan panjang 53 cm itu. Satria Dwipangga Putra. Sebuah nama yang kedua orang tua bayi tampan itu berikan. Nama yang terdengar begitu gagah dan jantan sekali. "Papa udah satu jam-an gendong Angga, nggak capek, Pa?"Dicky menoleh, nampak Jimmy berdiri di sampingnya. Dia sendiri malah tidak sadar sudah selama itu menggendong cucu tampannya ini. Dicky tersenyum, menyerahkan bayi merah itu pada sang ayah. "Berikan ke Indira, sudah jamnya dia menyusu, Jim."Jimmy menerima Angga dengan hati-hati, tersenyum lalu membawa Angga mendekati sang mama yang menanti di atas ranjang. Dicky hanya menata

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 6

    Dicky melangkah dengan tergesa dan sedikit panik begitu ia selesai menerima panggilan telepon itu. Keringat dingin mengucur membasahi dahi dan wajahnya. Dia panik, sangat panik! Tidak dia hiraukan siapa-siapa saja yang berpapasan dengannya, fokusnya hanya melangkah menuju VK, tempat di mana Indira, anak bungsu kesayangan Dicky dibawa setelah didera kontraksi. Dicky langsung masuk ke dalam, tertegun melihat pemandangan itu ada di depan matanya. Hati Dicky bergetar hebat. Matanya memanas. Dadanya mendadak sesak. Pemandangan itu seperti menampar dirinya dengan begitu keras, menyadarkan dia bahwa apa yang Indira katakan perihal Jimmy itu ada benarnya. Dicky tersenyum, menyeka air matanya perlahan-lahan. Agaknya memang dia harus menurunkan Arga dari tahta hatinya. Memberi kesempatan Jimmy yang statusnya sekarang sudah menjadi menantunya untuk menunjukkan kepada Dicky bahwa dia juga layak. Sama halnya dengan Arga untuk menjadi bagian dari keluarganya, menyandang gelar menantu keluarga Pr

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 5

    Clara tiba-tiba terjaga, matanya yang masih separuh terbuka itu kontan melirik jam dinding. Ia segera bangkit, turun dari ranjang kemudian meraih sesuatu yang dia simpan di dalam laci nakas. Benda yang sudah dari dulu sekali dia beli dan persiapkan. Tanpa banyak bicara Clara segera masuk ke dalam kamar mandi, jantungnya berdegup kencang. Antara penasaran dan takut kecewa, Clara akhirnya memutuskan untuk segera memastikan apa yang akhir-akhir itu menganggu pikirannya. Dengan hati-hati dia menampung urin miliknya. Urin yang pertama kali dia keluarkan di pagi hari dan inilah yang akan dia pakai nantinya. Tangan Clara sedikit bergetar ketika mencelupkan benda itu ke dalam urin yang sudah dia tampung. Tidak perlu terlalu lama, Clara segera mengangkat benda itu sesuai dengan petunjuk pemakaian. Jantungnya berdegup kencang menantikan ada atau tidaknya pertambahan garis merah di sana. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Clara masih setia menunggu dengan perasaan tidak karu-karuan. Dan di d

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 4

    "Key!" Arga tidak tahan lagi, dipeluknya tubuh itu dengan begitu erat. Aroma rambut yang masih basah menguatkan aroma floral yang khas, membuat hasrat Arga yang sudah cukup lama fisik tahan dan pendam, menyalah dan membara seketika. "Ya, Mas?" Balas suara itu lirih, nampak suara itu terdengar malu-malu. "Capek?" Arga menyandarkan kepalanya di bahu, menatap bayangan mereka di cermin besar yang menempel di salah satu sudut kamar mereka. "Lumayan, Mas."Arga tidak peduli kalau Kezia nampak sedikit risih dengan aksinya ini. Toh setelah ini Arga akan melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat gadis belia ini tidak hanya risih, tetapi juga akan .... Arga membalikkan tubuh itu, mata mereka beradu, membuat Arga rasanya ingin melumat Kezia dalam sekali hap. Wajah itu memerah, dan bibir itu ... Arga sudah tidak sabar lagi, dia segera meraih bibir merona yang sudah sangat lama menggoda Arga dengan begitu luar biasa. Bibir itu ... Arga bisa rasakan bibir itu begitu manis. Gairah yang sudah

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 3

    Kezia menatap bayangan dirinya di cermin. Itu benar dia? Yang dibalut dengan makeup dan busana pengantin itu benar dirinya? Dan yang lebih penting, benar dia sudah siap hendak menikah di usia yang semuda ini? Dengan perlahan-lahan Kezia menghela napas panjang, menghirup udara lalu kembali menghela napas perlahan dan itu dia ulangi sampai berulang kali. Lelaki yang hendak dia nikahi bukan lelaki biasa. Selain dia seorang dokter yang sudah spesialis dan jarak umur yang lumayan banyak, Arga punya masalalu yang bisa dikatakan tidak 'bersih'. Kezia menghela napas panjang, bahkan pengakuan demi pengakuan Arga tempo lalu masih terngiang dan terbayang-bayang dalam benaknya. 'Aku bukan laki-laki baik, Key. Selain mantan istriku yang berselingkuh, aku juga berselingkuh.''Aku pernah memperkosa mantab pacarku dan itu kulakukan saat aku sudah resmi menikah. Menjeratnya dalam hubungan gelap selama bertahun-tahun. Dia aku jadikan selingkuhan selama itu.''Aku kembali memperkosa dan menyiksanya,

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 2

    Callista turun dari mobil, jujur semenjak kematian sang mama, entah mengapa hidupnya jauh lebih bebas. Dia tidak harus terkurung lagi di apartemen, keluar dengan masker dan kaca mata hitam macam buronan yang takut ketahuan. Kini jujur hidupnya jauh lebih baik, lebih tenang dan damai terlebih setelah ia resmi dinikahi Rudi. Mimpi apa Callista bisa dinikahi lelaki semanis Rudi? Ya walaupun awalnya dia begitu kaku dan sama sekali tidak romantis, namun lama kelamaan Rudi luluh juga di tangannya! Lelaki itu bahkan sangat manis sekarang. Membuat Callista rasanya sampai tidak bisa menghitung lagi berapa kali dia jatuh cinta pada Rudi sampai detik ini. Callista melangkah masuk ke Hypermart. Ada beberapa bahan makanan dan barang-barang lain yang hendak dia beli. Kini dia sudah bisa sedikit demi sedikit memasak. Suaminya yang dengan sabar mengajari dia mengolah bahan makanan di dapur. Meskipun Rudi sendiri sebenarnya tidak memaksa Callista harus bisa memasak, tapi Callista sendiri yang memaks

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status