“Aku tidak suka mengulang-ulang perintahku, Tuan Flynn. Kau sudah memberikan jaminan jika aku akan menang, tapi ternyata tidak,” ujar The Midas sembari memilin jemari manisnya yang memakai sebuah cincin berornamen khusus.
Deru angin laut Miami utara dekat Sunny Isles Beach, membelai lembut si pemilik Yacth mewah, The Midas. Rambut coklat hazelnut yang berkilauan di bawah sinar mentari, makin terlihat indah dan sempurna kala dikibaskan angin lembut. Laut biru dan riak air yang tenang membuat kapal mewah itu hanya bergerak lembut.
Pemandangan yang menakjubkan itu semakin sempurna dengan sosok pemiliknya yaitu The Midas yang berdiri di atas buritan depan menatap indahnya laut melalui kaca mata hitam bermerek mahal. Ia berbalik dan menyeringai pada seorang pria yang ada di belakangnya.
Pria berpakaian jas rapi itu tengah dipaksa berlutut tidak jauh darinya. The Midas berjalan beberapa langkah ke depan.
“Maafkan aku, The Midas. Aku sudah berusaha melakukan segala hal .... “ The Midas terkekeh sinis dan berkacak pinggang menggelengkan kepalanya.
“Haha, lucu sekali ...!“ beberapa pria yang ada di atas dek itu pun ikut tertawa bersama bos mereka kecuali satu orang yaitu Knight Hugo, si tangan kanan The Midas.
Knight lalu maju satu langkah dan menginjak pundak belakang pria bernama Flynn tersebut dengan kakinya sehingga ia terdorong ke depan.
“Aahh!”
“Kau tahu, Tuan Flynn? Aku paling suka kawasan ini karena di sini adalah tempat konservasi hiu yang terkenal. Populasi mereka banyak sehingga pengunjung dilarang berenang di sini.” The Midas lalu memberikan kode untuk anak buahnya.
Pria bernama Flynn itu mulai ketakutan dan kebingungan. Ia dipegangi saat kakinya diikat oleh tali tambang yang kokoh.
“Apa ini? lepaskan aku! Apa yang kau lakukan!?” Flynn berteriak panik dan ketakutan. Ia mencoba melawan tapi Knight datang memberikan satu pukulan telak di wajah yang langsung mematahkan hidungnya. Knight menggunakan besi khusus yang ia pakai di jemarinya saat memukul.
“Aahhkk!“ Flynn mengerang kesakitan akibat hidungnya yang berdarah. The Midas masih santai saja melihat semuanya. Salah satu anak buahnya lantas menelanjangi Flynn dengan melepaskan semua pakaiannya kecuali celana dalam. Dalam keadaan kesakitan karena wajahnya yang berdarah, Flynn mencoba memohon pada The Midas. Ia merangkak dan memeluk kakinya.
“Ampuni aku, The Midas! Tolong beri aku kesempatan. Aku berjanji akan melakukan yang kau inginkan!” Flynn langsung ditarik oleh dua anak buah The Midas agar menjauh dari kakinya.
“TOLONG AKU TIDAK INGIN MATI!!” Flynn berteriak begitu histeris dengan apa yang akan dilakukan. Anak buah The Midas siap untuk melemparkannya ke bawah tercebur air laut dan menjadi santapan hiu.
“Siapa yang membuatku kalah?” The Midas menggeram pelan membuat Flynn terengah ketakutan. Flynn menggeleng cepat sekaligus memohon.
“Aku tidak tahu ... sungguh!”
The Midas lalu mengangkat sebelah tangannya dan dalam beberapa detik dua orang anak buahnya menarik paksa tubuh Flynn ke belakang hendak diceburkan ke laut. Pria itu mati-matian mempertahankan diri.
“Aaahhkk, tolong ...!”
The Midas menaikkan tangannya tanda agar berhenti. Flynn menarik napas lega saat usaha menjatuhkannya ke bawah terhenti. The Midas berjalan ke arah Flynn lalu mengambil gelas wiski yang dituangkan oleh salah seorang pelayan. Ia menyesap minumannya dan menjulurkan sebelah tangannya pada Knight. Knight lantas mengeluarkan sebilah belati.
Mata Flynn langsung melotot begitu melihat belati tersebut. Ia menggeleng dengan ketakutan dan sedikit mundur sampai pinggangnya menyentuh railing pembatas.
“Aku paling benci orang bermulut besar, suka berjanji tapi tidak bisa menepatinya. Orang sepertimu lebih cocok jadi makanan hiu.” The Midas menggeram pelan sambil memainkan pisau itu di depan Flynn.
“Tuan Leon, aku mohon ampuni aku!” Flynn berlutut meski dengan kaki terikat. Ia mengemis agar The Midas memberikannya kesempatan untuk hidup.
“Kau tidak pantas mengucapkan namaku.” The Midas menunjuk dengan suara rendah dan menggeram marah. Flynn mulai menangis tapi The Midas tidak merasa kasihan sama sekali.
“Jangan, aku mohon ... aahkkkhh!”
Dengan cepat The Midas melemparkan belati yang dipegangnya tepat ke dada Flynn. Kaki The Midas dengan cepat maju lalu menendang dada Flynn sehingga ia terjungkal dan tercebur ke laut di belakangnya.
Darah yang keluar dari tusukan belati tersebut mulai membanjiri dan tergenang air sehingga menarik perhatian hewan pemangsa air seperti hiu. Flynn tidak langsung mati karena ia meregang nyawanya perlahan.
“Ikat talinya! lepaskan setelah hiu datang dan mencabiknya.” The Midas memberi perintah dengan dinginnya pada anak buahnya.
“Baik, Boss!”
The Midas hanya berdiri beberapa saat melihat hiu mulai datang dan memangsa Flynn yang perlahan menghilang. Ujung bibirnya terangkat dan tidak merasa kasihan sama sekali. Ia berbalik dan berjalan masuk ke dalam kabin untuk beristirahat.
Knight Hugo ikut masuk ke dalam mengikuti bosnya dan penasaran akan apa yang dilakukannya kali ini. Gabriel Leon alias The Midas sedang marah besar karena tender mega proyek pembangunan hotel dan resort di sepanjang Miami Utara gagal didapatkannya. Perusahaannya bahkan tidak masuk ke dalam tiga besar perusahaan yang mendapatkan penilaian terbaik dari panitia lelang.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Knight pada The Midas yang tengah membelakanginya. The Midas masih memegang gelasnya dan mulai kembali menyesap perlahan minumannya. Tenggorokannya terlalu kering untuk menikmati minuman dingin. Ia butuh sesuatu yang jauh lebih keras dari alkohol yaitu kepuasan. Kepuasan melihat lawannya jatuh.
“Siapa yang sudah memenangkan tender itu?” The Midas balik bertanya dengan suara husky-nya yang dalam dan khas. Knight menarik napas panjang dan cukup berat. The Midas pasti tidak akan menyukainya.
“Winston,” Knight menjawab singkat. Kening The Midas sontak mengernyit dan ia langsung berbalik ke belakang menghadap Knight yang sama dinginnya.
“Winston? Si tua bangka itu?” ejek The Midas begitu kesal.
“Bukan. Dia tidak lagi memimpin. Sekarang yang menjadi CEO adalah putranya Malcolm Winston.” The Midas makin terkekeh sinis lalu menggelengkan kepalanya.
“Yang benar saja! Dia tidak sanggup menghadapiku dan sekarang si tua itu mengutus anaknya yang dungu, hahaha!” The Midas tertawa mengolok lawan bisnisnya yaitu pemilik perusahaan bernama Winston Development and Construction. Knight hanya ikut tersenyum saja dan tidak menanggapi.
“Aku yakin dia mempergunakan seseorang yang berpengaruh sampai Walikota pun mendukung pembangunan hotel itu oleh Winston. Mungkin dia adalah kunci dari kemenangan Winston.” Knight kemudian menyela menghentikan tawa The Midas.
“Maksudmu dia menggunakan agen yang hebat?”
“Bisa jadi.”
“Siapa yang lebih hebat dari Demian Flynn yang baru saja aku habisi? Katakan padaku!” sahut The Midas sekaligus menantang Knight yang kemudian terdiam.
The Midas makin kesal dan mendengus keras. Ia kembali berbalik menoleh dan menatap ke arah laut biru yang terhampar luas di depannya.
“Cari tahu yang mana orangnya. bawa dia padaku!” The Midas mengeluarkan titahnya.
“Apa yang akan kamu lakukan?” Ujung bibir The Midas naik lalu mengangguk pelan.
“Aku ingin lihat seberapa hebat agen itu ... mungkin darahnya lebih manis!” The Midas menyeringai lebih jahat kala berbalik pada Knight.
Mata Malcolm terbelalak dua kali lebih besar usai mendengar pengakuan Eleanor jika Angela sudah bertemu dengan Gabriel Leon alias The Midas. Rasanya belum pernah ia seketika marah gara-gara terkesan membela Angela.“Apa bajingan itu datang kemari dan memintamu untuk membawa Angela? Kapan dia datang, kenapa aku tidak diberitahu?” Malcolm menghardik Leanor setelah ia keceplosan tentang Angela. Leanor ikut terengah diam menatap bosnya yang kini wajahnya memerah.“B-Begini, Pak. Aku ... cuma ....”“Jangan berbelit-belit! Katakan padaku yang sebenarnya!” bentak Malcolm lagi. Eleanor menunduk dan tidak berani menjawab.“Aku tidak melakukannya. Aku tidak melakukan hal seperti itu.” Eleanor sudah nyaris menangis tapi Malcolm tidak peduli. Jasmine yang kemudian bicara karena ia merasa Eleanor memang sedang berbohong.“Dia bohong, Pak! Aku yakin dia yang melakukannya. Aku tidak heran jika dia yang menyera
Angela begitu ketakutan dan tidak melihat saat ia melewati Eleanor yang merasa sudah selamat dari murka Gabriel Leon. Buru-buru, ia masuk ke dalam ruangannya tapi lupa menguncinya. Dengan tangan bergetar karena baru lolos dari maut, Angela menungkupkan kedua tangan menutupi wajah.Eleanor yang kaget melihat Angela melintas, bergegas menemui anak buahnya tersebut. Ia sungguh tidak percaya jika Angela masih selamat sampai di Winston meski terlambat sudah melewati jam makan siang.“Angela? Bagaimana kamu bisa di sini?” Eleanor tidak sadar berseru kala melihat Angela seperti baru melihat hantu. Angela ikut terkesiap kaget lalu menoleh. Eleanor datang dengan mata sama-sama membesar ke arahnya. Beberapa detik berlalu, Angela baru sadar jika Eleanor adalah orang membawanya ke restoran tersebut.Angela tidak menjawab. Otaknya yang semula beku karena baru saja keluar dari ketegangan yang luar biasa kini mulai berpikir.“N-Nyonya Morris ....&rdquo
Akal licik Gabriel dan Knight jika di satukan maka setidaknya dapat mengguncangkan Miami. Knight terlihat serius kala ia menyuruh bosnya Gabriel alias The Midas untuk memacari gadis yang sedang mereka sandera.“Apa kamu pikir dia akan berubah pikiran jika pacaran denganku?” Gabriel mengelak dengan nada sinis.“Siapa yang berani menolakmu? Lagi pula pacaran dengan bos perusahaan itu keren. Semua wanita pasti mau. Apa lagi dia orang miskin.” Knight makin mempengaruhi The Midas dengan idenya. Gabriel menarik napas panjang dengan kemelut batinnya sendiri. Memang tidak ada yang salah dengan menjadikan gadis itu sebagai salah satu kekasihnya. Toh, itu hanya nama.“Oke!” Gabriel menjawab singkat, santai dan percaya diri. Ia berjalan kembali ke kursinya dan duduk di sebelah Angela yang tersentak kaget karena pria itu. Ia menoleh pada Gabriel yang mendeham lalu menoleh pada Knight yang mengangguk mengiyakan.“Sudah 1
“Nona Terrel, jika kamu mau tidur, aku bisa menyediakan tempat untukmu!” The Midas menyentakkan Angela yang kemudian segera membuka matanya lalu melotot lagi pada pria itu.“Kenapa memelototiku? Kamu mau menantangku?” Kini suara The Midas membentak lebih tinggi.“T-Tidak, Tuan,” jawab Angela dengan suara nyaris tak terdengar.“Apa katamu? Ucapkan dengan suara lebih besar!” The Midas sampai mendekatkan telinganya seperti sedang mengolok.“A-Aku t-tidak menentangmu, T-Tuan.” Angela mengulang dengan suara agak sedikit lebih besar. The Midas sedikit menyunggingkan senyuman dan itu tertangkap oleh Knight. Bola mata Knight sempat membesar dan sedikit berputar ke arah lain.“Dia tersenyum karena seorang wanita? Menarik.” Knight bergumam di benaknya. Ia masih terus memperhatikan keduanya serta tujuan The Midas yang sesungguhnya.“Kalau begitu jawab pertanyaanku ya
Eleanor berhasil membawa Angela ke sebuah restoran Kuba bernama Del Mont. Restoran itu sesungguhnya adalah milik Gustav Abraham Leon alias El Ardor. Namun tidak ada aktivitas mafia di sana. Hanya saja tempat itu sering menjadi tempat bagi Gabriel atau The Midas melakukan negosiasi bisnisnya.“Nyonya Morris, apa kita akan makan di sini?” tanya Angela agak ragu dan takut-takut pada Eleanor. Eleanor terkesiap dan agak kaget tapi kemudian mengangguk cepat. “I-Iya. Aku rasa kita bisa masuk. Hampir jam 12!” sahutnya makin gugup. Angela mengernyit heran dan tak mengerti. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mengapa Eleanor terlihat aneh dan terus menerus melihat jam tangannya? Namun Angela tak lagi bertanya. Ia memilih untuk diam mengikuti atasannya itu.Sayup terdengar musik-musik latin yang dimainkan oleh kelompok mariachi. Restoran tampak lengang. Hanya ada beberapa pengunjung di dalam. Eleanor tampak bingung padahal dirinya yang mengaja
Summer yang mabuk kini harus berurusan dengan polisi yang akan menderek mobilnya. Ia kesal dan mulai membuat ulah.“Nona, mobilmu parkir di trotoar khusus difabel. Itu pelanggaran dan kendaraanmu harus diderek!” petugas polisi berseragam hitam menunjuk pada Summer yang mulai meracau tak jelas.“Ah, dasar polisi bodoh! Kau kira kau siapa bisa menahan mobilku, hah!” Summer balas berteriak hendak menyerang polisi itu tapi Kim dan Patricia menghalanginya.“Jangan, dia itu Polisi. Kamu bisa dipenjara!” Kim ikut berteriak.“Aku tidak peduli!”“Nona, aku bisa menahanmu jika kau menyerang petugas. BAWA MOBILNYA!”“Jangan! Turunkan mobilku! HEI, JANGAN PERGI!!” Summer malah berteriak pada petugas derek yang menarik mobil mewahnya. Summer tidak mungkin mengejar. Ia berbalik dengan marah menendang selangkangan polisi yang menilangnya.“Ahhk!” polisi itu tersungku