Share

Jerat Cinta Sang Mafia
Jerat Cinta Sang Mafia
Author: Kalendra

Bab 1. The Midas

Author: Kalendra
last update Huling Na-update: 2025-05-14 16:08:20

“Aku tidak suka mengulang-ulang perintahku, Tuan Flynn. Kau sudah memberikan jaminan jika aku akan menang, tapi ternyata tidak,” ujar The Midas sembari memilin jemari manisnya yang memakai sebuah cincin berornamen khusus.

Deru angin laut Miami utara dekat Sunny Isles Beach, membelai lembut si pemilik Yacth mewah, The Midas. Rambut coklat hazelnut yang berkilauan di bawah sinar mentari, makin terlihat indah dan sempurna kala dikibaskan angin lembut. Laut biru dan riak air yang tenang membuat kapal mewah itu hanya bergerak lembut.

Pemandangan yang menakjubkan itu semakin sempurna dengan sosok pemiliknya yaitu The Midas yang berdiri di atas buritan depan menatap indahnya laut melalui kaca mata hitam bermerek mahal. Ia berbalik dan menyeringai pada seorang pria yang ada di belakangnya.

Pria berpakaian jas rapi itu tengah dipaksa berlutut tidak jauh darinya. The Midas berjalan beberapa langkah ke depan.

“Maafkan aku, The Midas. Aku sudah berusaha melakukan segala hal .... “ The Midas terkekeh sinis dan berkacak pinggang menggelengkan kepalanya.

“Haha, lucu sekali ...!“ beberapa pria yang ada di atas dek itu pun ikut tertawa bersama bos mereka kecuali satu orang yaitu Knight Hugo, si tangan kanan The Midas.

Knight lalu maju satu langkah dan menginjak pundak belakang pria bernama Flynn tersebut dengan kakinya sehingga ia terdorong ke depan.

“Aahh!”

“Kau tahu, Tuan Flynn? Aku paling suka kawasan ini karena di sini adalah tempat konservasi hiu yang terkenal. Populasi mereka banyak sehingga pengunjung dilarang berenang di sini.” The Midas lalu memberikan kode untuk anak buahnya.

Pria bernama Flynn itu mulai ketakutan dan kebingungan. Ia dipegangi saat kakinya diikat oleh tali tambang yang kokoh.

“Apa ini? lepaskan aku! Apa yang kau lakukan!?” Flynn berteriak panik dan ketakutan. Ia mencoba melawan tapi Knight datang memberikan satu pukulan telak di wajah yang langsung mematahkan hidungnya. Knight menggunakan besi khusus yang ia pakai di jemarinya saat memukul.

“Aahhkk!“ Flynn mengerang kesakitan akibat hidungnya yang berdarah. The Midas masih santai saja melihat semuanya. Salah satu anak buahnya lantas menelanjangi Flynn dengan melepaskan semua pakaiannya kecuali celana dalam. Dalam keadaan kesakitan karena wajahnya yang berdarah, Flynn mencoba memohon pada The Midas. Ia merangkak dan memeluk kakinya.

“Ampuni aku, The Midas! Tolong beri aku kesempatan. Aku berjanji akan melakukan yang kau inginkan!” Flynn langsung ditarik oleh dua anak buah The Midas agar menjauh dari kakinya.

“TOLONG AKU TIDAK INGIN MATI!!” Flynn berteriak begitu histeris dengan apa yang akan dilakukan. Anak buah The Midas siap untuk melemparkannya ke bawah tercebur air laut dan menjadi santapan hiu.

“Siapa yang membuatku kalah?” The Midas menggeram pelan membuat Flynn terengah ketakutan. Flynn menggeleng cepat sekaligus memohon.

“Aku tidak tahu ... sungguh!”

The Midas lalu mengangkat sebelah tangannya dan dalam beberapa detik dua orang anak buahnya menarik paksa tubuh Flynn ke belakang hendak diceburkan ke laut. Pria itu mati-matian mempertahankan diri.

“Aaahhkk, tolong ...!”

The Midas menaikkan tangannya tanda agar berhenti. Flynn menarik napas lega saat usaha menjatuhkannya ke bawah terhenti. The Midas berjalan ke arah Flynn lalu mengambil gelas wiski yang dituangkan oleh salah seorang pelayan. Ia menyesap minumannya dan menjulurkan sebelah tangannya pada Knight. Knight lantas mengeluarkan sebilah belati.

Mata Flynn langsung melotot begitu melihat belati tersebut. Ia menggeleng dengan ketakutan dan sedikit mundur sampai pinggangnya menyentuh railing pembatas.

“Aku paling benci orang bermulut besar, suka berjanji tapi tidak bisa menepatinya. Orang sepertimu lebih cocok jadi makanan hiu.” The Midas menggeram pelan sambil memainkan pisau itu di depan Flynn.

“Tuan Leon, aku mohon ampuni aku!” Flynn berlutut meski dengan kaki terikat. Ia mengemis agar The Midas memberikannya kesempatan untuk hidup.

“Kau tidak pantas mengucapkan namaku.” The Midas menunjuk dengan suara rendah dan menggeram marah. Flynn mulai menangis tapi The Midas tidak merasa kasihan sama sekali.

“Jangan, aku mohon ... aahkkkhh!”

Dengan cepat The Midas melemparkan belati yang dipegangnya tepat ke dada Flynn. Kaki The Midas dengan cepat maju lalu menendang dada Flynn sehingga ia terjungkal dan tercebur ke laut di belakangnya.

Darah yang keluar dari tusukan belati tersebut mulai membanjiri dan tergenang air sehingga menarik perhatian hewan pemangsa air seperti hiu. Flynn tidak langsung mati karena ia meregang nyawanya perlahan.

“Ikat talinya! lepaskan setelah hiu datang dan mencabiknya.” The Midas memberi perintah dengan dinginnya pada anak buahnya.

“Baik, Boss!”

The Midas hanya berdiri beberapa saat melihat hiu mulai datang dan memangsa Flynn yang perlahan menghilang. Ujung bibirnya terangkat dan tidak merasa kasihan sama sekali. Ia berbalik dan berjalan masuk ke dalam kabin untuk beristirahat.

Knight Hugo ikut masuk ke dalam mengikuti bosnya dan penasaran akan apa yang dilakukannya kali ini. Gabriel Leon alias The Midas sedang marah besar karena tender mega proyek pembangunan hotel dan resort di sepanjang Miami Utara gagal didapatkannya. Perusahaannya bahkan tidak masuk ke dalam tiga besar perusahaan yang mendapatkan penilaian terbaik dari panitia lelang.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Knight pada The Midas yang tengah membelakanginya. The Midas masih memegang gelasnya dan mulai kembali menyesap perlahan minumannya. Tenggorokannya terlalu kering untuk menikmati minuman dingin. Ia butuh sesuatu yang jauh lebih keras dari alkohol yaitu kepuasan. Kepuasan melihat lawannya jatuh.

“Siapa yang sudah memenangkan tender itu?” The Midas balik bertanya dengan suara husky-nya yang dalam dan khas. Knight menarik napas panjang dan cukup berat. The Midas pasti tidak akan menyukainya.

“Winston,” Knight menjawab singkat. Kening The Midas sontak mengernyit dan ia langsung berbalik ke belakang menghadap Knight yang sama dinginnya.

“Winston? Si tua bangka itu?” ejek The Midas begitu kesal.

“Bukan. Dia tidak lagi memimpin. Sekarang yang menjadi CEO adalah putranya Malcolm Winston.” The Midas makin terkekeh sinis lalu menggelengkan kepalanya.

“Yang benar saja! Dia tidak sanggup menghadapiku dan sekarang si tua itu mengutus anaknya yang dungu, hahaha!” The Midas tertawa mengolok lawan bisnisnya yaitu pemilik perusahaan bernama Winston Development and Construction. Knight hanya ikut tersenyum saja dan tidak menanggapi.

“Aku yakin dia mempergunakan seseorang yang berpengaruh sampai Walikota pun mendukung pembangunan hotel itu oleh Winston. Mungkin dia adalah kunci dari kemenangan Winston.” Knight kemudian menyela menghentikan tawa The Midas.

“Maksudmu dia menggunakan agen yang hebat?”

“Bisa jadi.”

“Siapa yang lebih hebat dari Demian Flynn yang baru saja aku habisi? Katakan padaku!” sahut The Midas sekaligus menantang Knight yang kemudian terdiam.

The Midas makin kesal dan mendengus keras. Ia kembali berbalik menoleh dan menatap ke arah laut biru yang terhampar luas di depannya.

“Cari tahu yang mana orangnya. bawa dia padaku!” The Midas mengeluarkan titahnya.

“Apa yang akan kamu lakukan?” Ujung bibir The Midas naik lalu mengangguk pelan.

“Aku ingin lihat seberapa hebat agen itu ... mungkin darahnya lebih manis!” The Midas menyeringai lebih jahat kala berbalik pada Knight.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 59. Langkah Ceroboh

    Malcolm mengira jika adiknya Summer pulang semalam. Saat ia masuk ke kamar Summer dan ia tidak ada, Malcolm kini mulai panik.“Mana Summer?” tanya Malcolm pada salah satu pelayan.“Nona Summer belum pulang dari semalam, Tuan.”“Apa?”Malcolm mendengus kesal lalu menyuruh pelayan itu pergi. Ia turun sambil membawa ponselnya. Malcolm segera menelepon Summer tapi ponselnya mati.“Ke mana dia?” Malcolm menggerutu pelan. Ia turun ke bawah dan melihat Angela baru saja keluar kamar hendak berangkat bekerja. Malcolm segera menghampiri Angela saat ia masih sibuk melihat isi tasnya.“Kamu mau ke mana?”Angela terkesiap kaget dan menaikkan pandangan pada Malcolm. Ia tersenyum canggung. “Aku mau pergi ke kantor, Tuan.”“Kantor apa? Pengacara Dirk Hoffman?” Angela masih tertegun lalu ia mengangguk.“Kalau begitu kamu bisa mengundurkan diri dari

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 58. Pengakuan

    Enrique menemani Summer yang memilih check in di sebuah hotel dari pada pulang ke rumah. Ia belum bertanya apa pun termasuk hal yang membuat Summer menangis.“Kamu akan menginap kan?” Summer langsung bertanya tanpa basa-basi. Seolah ia dan Enrique adalah teman baik, Summer seperti bebas bicara apa saja pada detektif itu.Enrique terkesiap mendengar pertanyaan seperti itu. Ia terkekeh aneh dan menggeleng. “Aku harus kembali bekerja. Aku harus lembur.”Summer langsung memajukan bibirnya. Ia berubah kesal saat Enrique tidak mau menemaninya.“Lalu untuk apa kamu mengantarkan aku?” hardiknya kesal.“Bukankah kamu yang meminta?” Enrique dengan polosnya bertanya.“Bukan berarti kamu bisa pergi seenaknya!” Summer langsung mengambek pada Enrique yang tidak mengerti. Enrique berkacak pinggang dengan perasaan dongkol. Summer sering kali membuatnya kesal tapi belakangan ia malah akrab dengan ga

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 57. Menghentikanmu

    Summer dengan kesal berjalan sendiri mencari taksi. Mobilnya sudah dibawa pulang oleh pengawal Malcolm saat kakaknya itu datang menjemput. Dengan kesal dan air mata yang menggantung, Summer masuk ke dalam taksi.“Nona ....”“Jalan saja, nanti akan kuberitahu berhenti di mana!” ucap Summer langsung memotong. Sopir taksi itu pun menjalankan mobilnya. Sedangkan Summer hanya memandang ke arah luar seraya menyeka air matanya. ia sangat kecewa pada Malcolm yang hanya bisa membuatnya merasa tak berguna sama sekali. Bahkan seumur hidupnya, Summer hanya akan dianggap seperti anak kecil manja yang tidak memiliki kemampuan apa pun selain menghabiskan kekayaan orang tuanya.“Memangnya siapa yang peduli padaku?” gumamnya pelan dengan rasa sedih.Belum ada beberapa menit, Summer lantas mengambil ponselnya lalu menelepon Enrique. Entah mengapa, hanya polisi itu yang terlintas di kepalanya.Enrique hampir sampai ke kantor Polisi

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 56. Bukan Kakak Sempurna

    Enrique segera pulang setelah menahan The Midas di kantor polisi. Entah mengapa, ia jadi cemas pada Summer. Gadis itu berencana untuk kembali ke rumahnya setelah beberapa hari menginap di apartemen Enrique dan Isabella. Saat mengetuk pintu, Isabella yang membuka pintunya.“Hei, kamu sudah pulang?”“Iya. Mana Summer?” Enrique langsung bertanya pada Isabella begitu ia melangkah masuk.“Dia sudah pergi.”“Apa!” Enrique menyahut dengan kaget. Isabella hanya mengedikkan bahunya lalu mendekat pada kakaknya itu dan masuk ke ruang tengah yang juga merupakan ruang tamu mereka. Enriwue pun mengekori Isabella yang duduk di sofa.“Iya, Tuan Malcolm menjemputnya satu jam yang lalu.”Kening Enrique mengernyit mendengar hal tersebut. Hari sudah cukup malam dan Summer pergi tanpa mengatakan apa pun pada Enrique.“Ada apa, Erik?” Isabella bertanya dengan sedikit penasaran. Enrique

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 55. Tanpa Ketenangan

    Setelah memeluk Nina, Angela langsung keluar dari mobil ibunya. Ia tidak menoleh lagi ke belakang. Sedangkan di dalam mobil, Nina menggenggam erat setir sambil berusaha menenangkan detak jantungnya. Pertemuan dengan Angela dengan Gabriel akan membuatnya memiliki alasan mengakhiri keterlibatan Angela pada permusuhan perusahaan Winston dengan Gabriel Leon.Saat Angela masuk ke dalam, seorang pelayan yang membukakan pintu baginya. “Terima kasih,” ucap Angela sambil tersenyum.Begitu langkah kakinya menginjak ruang tengah, seseorang datang. Sosok tinggi dan berwibawa berdiri di ambang pintu, tubuhnya tegak dalam setelan jas gelap yang terlalu formal untuk sekadar menyambut seseorang pulang."Angela," panggil Alexander itu. Suaranya dalam dan dingin, seolah tak menyiratkan kerinduan seorang ayah.Angela menghentikan langkahnya. Raut wajahnya tetap tenang, nyaris beku. Ia menundukkan kepala sekilas, cukup untuk memberi kesan hormat, tapi tak sedikit

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 54. Musuh Yang Mengintai

    Knight mengawal Gabriel dengan santai keluar dari rumah sakit setelah bertemu dengan Angela. Saat Langkah mereka bergema pelan di area parkir bawah tanah rumah sakit. Knight dan Gabriel baru saja tidak lagi membicarakan Angela setelah mereka keluar. Namun, suasana tenang itu segera terusik saat Knight tiba-tiba menghentikan langkahnya.“Tunggu sebentar,” ucap Knight dengan nada rendah.Gabriel menghentikan langkahnya, lalu berbalik dengan kening mengernyit. “Ada apa?”Knight menunjuk ke arah sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di beberapa meter dari mereka. Matanya tajam mengamati pelat nomor dan bodi kendaraan itu.“Aku rasa aku tahu mobil itu,” katanya pelan. Gabriel ikut memperhatikan lalu menoleh pada sekitarnya. Parkiran cukup sepi meski beberapa paramedis berlalu lalang.Gabriel mengikuti arah pandangnya. “Menurutmu ini milik siapa? Rasanya tidak ada yang aneh.”“Mobil itu milik Malcolm Winston, kurasa,” ujar Knight tegas. “Aku yakin. Aku pernah melihatnya beberapa kali di W

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status