Terima kasih bagi yang sudah mampir baca cerita Felix Salvatore. Jangan lupa berikan komentar di ulasan dan vote ya :) Love you all!
Sudah berbulan-bulan Knox dan pria cleaning service bergaul, namun Knox belum mengetahui identitas dari pria yang ponselnya sering ia pinjam tersebut. Knox juga sering menyelinap keluar, berkat bantuan dari sang pria cleaning service yang memberikan pakaian tertutup dari ujung kaki sampai kepala juga menutup wajah layaknya beberapa staff di tempat yang disebut Eleanor sebagai 'rumah aman'. Kenyataannya, rumah aman tersebut memiliki terowongan bawah tanah, tersambung langsung ke pusat laboratorium, serta lokasinya tak berada jauh dari gedung tempat tinggal pribadi Eleanor. Kini, sang pria cleaning service membuka pakaian dan penutup wajahnya di depan Knox. "Kau?!" Knox tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, "Tony!" lanjutnya berseru dan merentangkan kedua lengan untuk menyambut pelukan dari 'Tony', sahabatnya. "K-kenapa kau harus menutup wajahmu padaku? Kenapa tak dari awal kau memperlihatkan wajahmu? Ada yang kau sembunyikan?" Knox menyipitkan sebelah matanya setelah pertanyaa
'Netaya' Pria staff khusus perang yang sebelumnya sangat gagah menembaki mobil Pierre hingga meledak, kini hanya bisa menuliskan satu kata 'Netaya' pada secarik kertas yang diberikan penyidik kepolisian karena lidahnya sudah di potong oleh Anne. Sang pria pemimpin syndicate meninju meja kaca. layar laptopnya bergetar dan dokumen rahasia berhamburan ke udara lalu jatuh berantakan ke atas lantai.Pada layar monitor laptop, beberapa pemimpin operasional syndicate juga tersambung, semuanya terlihat marah begitu pemimpin kepolisian kepolisian New York menampilkan tulisan tangan staff khusus menyebut Netaya.Netaya adalah seorang wanita, pemimpin negara di Timur tengah yang bertahun-tahun menjadi rekan dan tangan kanan dalam misi-misi rahasia syndicate, benarkah ia berkhianat? Beberapa saat kemudian, sambungan telpon dan video 'meeting' pemimpin syndicate sudah terputus, "Kau sudah memberikan misi pada priamu?" pria tampan pemimpin syndicate bertanya melalui sambungan telpon pribadi ke
"Baiklah Pierre, aku minta maaf sudah menyeretmu ke dalam situasi ini, jika kau tak mau bangun, bearti kau tak layak untuk Zee, adikku!"Simon berkada dingin lalu bangkit berdiri, ia sudah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk membantu Pierre siuman."Atas nama Luca, saya juga minta maaf." Luciano turut mengikuti Simon, berhenti memompa dada Pierre yang tetap terbaring kaku dengan wajah pucat seakan darah pun berhenti mengalir dalam tubuhnya."Aku akan mengobati tubuhmu, jangan kuatir." sejalan dengan duo lelakinya, Zetha meraih tas medis, berniat menjahit ulang cidera bekas peluru yang kembali terbuka pada tubuh Pierre."Maaf, mungkin kau memang tak layak untuk Zee. Tapi sebagai ibunya, aku tetap harus berterima kasih padamu." Zetha berbisik sudah siap dengan benang dan jarum di tangan.Beep ...Beepp ...Bep!Monitor portable yang dihubungkan Simon ke organ vital Pierre berdetak, semakin naik dan naik.Tangan Simon yang sudah menyentuh gagang pintu ruangan untuk berganti pakaian ba
Zeze menutup mulutnya dengan telapak tangan, airmata sudah membanjir membasahi wajah cantiknya namun pandangannya tak berkedip memperhatikan layar proyeksi besar di depannya. Luca di sebelah Zeze, menggenggam telapak tangan keponakannya itu, jantung dalam rongga dadanya berdentam-dentam, tak siap kehilangan siapapun lagi anggota keluarganya. Pierre sudah termasuk bagian dari keluarga besarnya karena calon suami yang disukai Zeze, keponakannya. Jika Pierre dan Simon tak selamat, bukan hanya Zeze yang akan terpuruk, tapi mereka semua. Keluarga besar Salvatore mungkin akan kecewa pada Luca yang menjalankan misi diam-diam, terkesan brutal juga dadakan dan terburu-buru tanpa persiapan matang. "I love you, Young Lady." "Aku mencintaimu, Zee." Simon dan Pierre sama-sama berbisik rendah, memejamkan kelopak mata, bersiap untuk kematian yang menyapa di depan mereka. Tiba-tiba ...Netra Luca yang tadinya tegang dan gugup, kini bersinar cerah melihat siluet dua motor sport melaju sangat c
New York, salah satu kota pusat perbankan di dunia, kota yang dikenal tak pernah tidur, lalu lintas padat dan suara sirene samar bergema dari arah mana-mana seakan bersahutan, bercampur dengan deru klakson mobil.Bangunan markas besar NYPD (New York City Police Department Headquarters) berdiri kokoh dengan kaca gelap dan struktur baja, terletak di One Police Plaza, Manhattan, menjadi tujuan Gurkha yang dikemudikan oleh Ted dengan Luca Spencer duduk pada kursi penumpang.Dari arah jalan lain Simon dan Pierre saling berpacu dengan tujuan yang sama dengan Ted dan Luca Spencer. Di halaman depan gedung NYPD, terdapat barikade besi dan lampu sorot yang membuat tempat tersebut seperti benteng.Polisi berseragam terlihat masuk-keluar seakan seperti rutinitas yang biasa, meskipun sudah menjelang dinihari. Mereka membawa berkas, berbicara lewat radio, sebagian naik ke mobil patroli yang berjejer di sepanjang jalan.[Semua siap?] terdengar suara Luca Salvatore bertanya melalui sambungan radio ke
"Ambu ..." Felix bergumam serak saat Charles memberitahu ada helikopter keluarga Jakovsky mendarat di halaman belakang. Susie gegas turun dari helikopter lalu berlari masuk ke kediaman Felix dan Freyaa pun meloncat langsung memanjat ke gendongan Susie begitu wanita separuh baya yang masih terlihat sangat sehat juga seksi tersebut memasuki ruangan tengah. "Oh, Sayang ...apakah kau baik-baik aja? Apakah ada cidera? Bagaimana perasaanmu?" cecar Susie sambil mendekap Freyaa erat-erat dalam pelukannya. Kepala Freyaa mengangguk-angguk, tak ada kata yang berhasil meluncur keluar, tenggorokannya tercekat dan titik air hangat jatuh meluncur di sudut matanya yang sengaja gadis kecil itu sandarkan wajah ke atas pundak Susie. "Sekarang ada ambu di sini, kau akan baik-baik aja, hem?" Susie membelai lembut punggung Freyaa yang bisa ia rasakan tubuh putri bungsunya Zetha dan Luciano tersebut bergetar menangis. Tak lama kemudian, Felix datang menyambut Susie, menekan tombol pada kursi rodanya se