Anna menahan napas. Posisi Dave dan Luke yang menghadapnya, dengan tangan mereka yang saling bertautan dan melingkar di dadanya, membuatnya hampir kehilangan napas. Sungguh, ini adalah pertama kalinya setelah 3 bulan, dia bisa tidur se ranjang dengan Luke dan mendapat pelukan hangat seperti ini.
Bolehkah dia bahagia? Bolehkah dia menginginkan malam tak menjadi siang? Bolehkah dia mengharap pelukan itu lebih lama? Luke meneliti wajah Anna yang pucat tapi merona secara bersamaan. Dia tau apa yang dirasakan Anna sekarang, karena dia pun merasakan bagaimana kakunya tubuh itu. Anna yang gugup, mendadak membuatnya gemas sendiri. “Nah—selamat malam, Bibi dan Paman. Mimpi indah ya?” Davio memejamkan matanya, begitu juga dengan Luke yang memilih memejamkan mata sambil menikmati apa yang Dave berikan padanya. Katakan dia gila. Tapi, memeluk tubuh Anna adalah salah satu yang selalu dia rindu.Beberapa menit berlalu. AnnaKeesokan harinya.Luke sudah pergi ke kantor pagi-pagi sekali. Beruntung, Anna yang biasa bangun pagi, sudah menyiapkan sarapan untuk Luke yang sebentar lagi akan menjadi ... mantan suami.Anna tak banyak bicara. Dia menyiapkan sarapan Luke di atas meja kemudian secepatnya pergi dari sana. Rasa kecewa kembali memupuk di hatinya saat tadi malam, Luke tak kembali lagi ke kamar. Yang artinya, Luke memilih menemani Selena semalaman di kamar wanita itu.Sepertinya, mulai saat ini. Anna harus menjauhi Luke dan sebisa mungkin tak menaruh harapan besar lagi. Semuanya sudah terlambat. Tak ada celah lagi baginya untuk bisa merebut Luke dari Selena.Anna merapikan tempat tidur, setelah melipat seprai dan menumpuk bantalnya. Davio sudah bangun, dan sedang mandi. Bocah kecil itu, tak mau dia bantu. Katanya, Davio bisa mandi sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Dan Anna? Dia hanya bisa tertawa kecil dengan pembawaan sifat mandiri Davio yang mirip ke dua orang
“Aaaaaa ... Ular! Ular!”Teriakan Selena di ruang tengah, membuat Anna yang sedang menyiapkan makan siang untuk Dave, tersentak.Anna pun bergegas menuju ruang tengah. Selena sedang mengandung. Jika benar ada ular di sana, tentu saja keselamatan Selena dan bayinya sedang terancam. Tapi, heran juga. Bagaimana bisa di rumah ini ada ular? Semua ruangan tertutup dengan rapat, dan dia jarang membuka pintu yang terhubung dengan taman belakang.Anna mengambil sebuah gagang sapu, dan membawanya ke ruang tengah dengan tergesa. Sebagai jaga-jaga, untuk mengusir ular itu kalau dia bisa.Tapi, begitu sampai di ruang tengah. Mendadak dia mengerutkan keningnya begitu melihat Selena yang ketakutan di atas sofa, sedangkan Dave malah tertawa terbahak-bahak seolah sedang menonton acara lawak.“Dave! Kenapa tertawa? Mana Ularnya?” tanya Anna sambil melihat setiap sudut ruangan. Wajah Selena pucat pasi. Wanita itu terlihat berkeringat, dan
Anna menutup pintu kamarnya setelah menidurkan Dave. Hari sudah malam. Sebentar lagi Luke datang, dan dia harus menyiapkan segala keperluan untuk menyambut kedatangan suami rasa majikan itu.Anna hendak menuju dapur. Tapi bunyi pecahan barang di lantai atas, membuatnya mengurungkan niat. Dia berbalik arah dan melangkah menaiki tangga dengan tergesa. Usia kandungan Selena yang sudah sampai di trimester terakhir, membuatnya khawatir. Bagaimana jika Selena mau melahirkan sekarang? Sedangkan tidak ada Luke di rumah untuk dimintai pertolongan?Pikiran negatif berlomba memenuhi otak Anna. Bukannya tidak mungkin, jika Selena akan melahirkan sekarang. Keadaan seorang wanita di mana dia ingin melahirkan, bisa terjadi kapan saja.Anna membuka pintu kamar Selena. Kecemasan yang tadinya menutupi rona ketenangannya, mendadak luntur begitu melihat Selena ... baik-baik saja.“Aku dengar ada benda jatuh. Aku kira, kamu kenapa-napa, “ desah Anna dengan sedikit rasa
Selena membuka matanya dengan pelan. Dokter yang menanganinya sudah pergi beserta Luke yang sampai saat ini tak kunjung kembali. Entah ke mana perginya pria itu? Seharusnya, Luke ada di sampingnya—menemaninya.Selena bangkit kemudian bersandar di kepala ranjang. Tangannya bergerak memegang perban yang melilit kepalanya. Senyuman liciknya terbit. Akhirnya rencana yang dia susun membuahkan hasil walaupun harus dengan menyakiti dirinya sendiri.Dia yakin. Pasti saat ini, Luke sedang memarahi Anna habis-habisan dan selanjutnya mengusir wanita itu dari rumah. Well, itulah keinginan terbesarnya. Tersingkirnya Anna dari rumah, akan membuatnya semakin leluasa menjerat Luke dan mengambil harta milik pria itu.Salah siapa, Anna berani bermain-main dengannya dengan menyuruh bocah setan itu mengusilinya. Sekarang, lihat sendiri akibatnya. Dia memberikan pembalasan setimpal yang akan membuat Anna terusir dari rumah.“Sayang, sebentar lagi kita akan mengatakan pada papi, jika kita ber
Anna mencoba memejamkan matanya yang terasa pekat. Hari sudah malam. Tapi, bukannya pergi, dia malah berbaring di ranjangnya yang selama beberapa bulan menemani kesepiannya berteman kan rasa sakit.Begitu Anna dan bik Meggy sampai di rumah. Suasana rumah malah berubah menjadi sangat sepi. Nyaris seperti tidak ada kehidupan yang menghuni. Meskipun kesehariannya, dia memang berteman dengan sepi. Tapi, tidak sampai se sepi ini. Dia merasa, ada yang berbeda dengan rumahnya kini.“Kenapa sepi sekali?” ujar Anna sambil melihat ke sekeliling ruangan. Berharap menemukan Luke, dan segera mengatakan, jika dia menyetujui perceraian mereka dan secepatnya pergi meninggalkan pria itu. Dia tidak mau ambil risiko jika menyangkut keselamatan bayinya. Persetan dengan Selena, bayinya dan kebohongannya. Dia tidak peduli lagi sekarang. Yang terpenting, dia bisa membawa bayinya pergi dengan selamat.“Entah, Nona. Saya juga tidak tau,” jawab bi Meggy dengan sejujur-jujurnya. Dia ‘kan juga b
“Selena, kita akan pindah.” Suara Luke yang tiba-tiba terdengar, membuat Selena yang sejak tadi duduk di depan meja riasnya, menoleh dengan wajah penuh tanya.“Pindah? Pindah ke mana, Tuan? Dan kenapa?” tanya Selena panjang lebar. Kening wanita itu tidak terlilit perban lagi, melainkan di plester dengan plester kecil.Luke membuang napasnya asal sebelum menjawab, “Ke apartemenku. Karena keberadaanmu di sini akan selalu membahayakan keselamatan bayiku. Bukannya tidak mungkin, Anna akan kembali berulah ‘kan?”Selena tersenyum puas. Rencananya kemarin, benar-benar membuat Luke dan Anna semakin jauh. Bahkan bisa dia tebak, Luke sudah sangat membenci wanita itu. Dari tadi malam pun, dia tak melihat keberadaan Anna di rumah lagi.“Aku akan membunuhnya, jika mencoba menyakiti bayi kita, Tuan.”Perkataan Selena, membuat Luke ingin sekali mencekik wanita itu sekarang juga. Berani menyentuhnya, kamu akan aku buat sekarat, jalang.“Davio bagaimana? Oiya, ke mana saja Tuan
Begitu mendapat laporan dari bi Meggy tentang niat Anna yang ingin pergi. Luke langsung menghubungi salah seorang polisi yang bekerja sama dengannya untuk memata-matai Selena dan kekasihnya. Selena memang tidak tinggal satu apartemen dengannya. Dia memang sengaja melakukan itu, agar Selena bebas untuk melakukan kelicikannya, dan dia bisa mendapatkan bukti sebanyak mungkin untuk menjebloskan wanita itu ke penjara.“Aku sudah tidak bisa diam lagi, Robert!”Opsir polisi yang Luke kenal saat berada di jeruji besi, berlanjut sampai sekarang hingga menjalin ikatan pertemanan dengannya.Robert yang sedang memata-matai kasus kekasih Selena, harus meminta tolong pada Luke, yang kebetulan juga bermasalah dengan wanita itu. Dan akhirnya, Luke mau mengikuti aturan permainan Robert, demi mengungkap kebusukan Selena juga. Ya, Luke menahan Selena bukan hanya perjanjian tak berguna itu. Tapi demi Robert yang menjadi teman dekatnya.“Aku sudah menemukan banyak bukti, Luke. Selain p
“Sam, wanita itu yang akan kita bunuh sekarang!” ucap Selena dengan lantangnya.Perkataan Selena, jelas membuat Anna lekas bangkit dengan raut wajah pucat. Nyawanya dan bayinya terancam. Jelas terlihat, bagaimana raut wajah menakutkan Selena dan pasangannya itu saat mengatakan akan membunuhnya. Mereka tidak sedang bersandiwara.Anna ingin lari, saat pria itu mendekat. Tapi, harus lari ke mana? Dirinya tersudut di antara kolam dan tembok tanaman berduri.“Apa yang kamu mau?!” tegas Anna di tengah ketakutannya.Pria yang tak lain adalah Sam, malah tertawa lebar melihat bagaimana ketakutannya wanita bernama Anna itu.“Tuan Luke yang menyuruhku kemari untuk mengabulkan keinginanmu,” ucap Sam kemudian memegang lengan Anna dan menggenggamnya dengan kuat, sehingga membuat Anna meringis kesakitan.“Lepas! Berengsek!”Rahang Anna mengetat. Apakah ini maksud kepulangan Luke yang ingin mengabulkan keinginannya? Dasar bajingan! Luke sudah menipunya lagi, dan kali ini, dia t