Share

Hanya Objek

Penulis: Rianafni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-30 16:30:03

"Aku enggak pernah bayangin sih tubuhku dicium-cium sama ... orang lain yang bukan keluargaku. Pasti aneh. Ih jijik ya enggak sih? Apalagi harus buka baju dan ... ya gitu deh ...."

Perkataan di atas adalah ucapan Aluna waktu dia kuliah. Aluna Lizna yang tomboy membuat dia memandang 'keintiman' sebagai hal menjijikan. Pemikiran ini terus berlanjut bahkan ketika dia berpacaran dengan Cakra—salah satu sahabatnya.

Gaya berpacaran mereka sangat aneh.

Cakra bahkan tidak merubah sikapnya ketika mereka resmi berpacaran. Hanya status yang berubah. Selebihnya sama saja. Mereka menjalani hubungan seperti seseorang teman. Tidak ada yang spesial.

Tidak heran ketika Cakra selingkuh, Aluna biasa saja. Namun hal itu membuat usia Aluna tidak sejalan dengan pemahamannya akan 'seksualitas'.

Aluna sangat amatir.

Namun berbeda dengan malam ini ....

Bima membuat Aluna merasakan apa itu gugup ketika nafas saling terhembus satu sama lain. Panas sekali tubuhnya. Aluna gelisah bahkan ketika Bima hanya menatapnya dari jarak dekat.

Tatapan Bima mengingatkan Aluna bahwa dia adalah perempuan dengan segala kodratnya. Dan Bima adalah seorang lelaki, yang adalah suaminya.

Suami.

Hal itu terus berdengung di kepalanya ketika Bima melingkari perut Aluna dan menariknya merapat.

Astaga, jantung Aluna terasa hendak meledak!

Dia bukan takut, tetapi ... risih.

Kehangatan tubuh Bima membuatnya gelisah. Aluna tahu usianya sangat tidak berkorelasi dengan tingkahnya yang macam ABG, tetapi selama 33 tahun menjadi seorang perempuan, Aluna tidak pernah menggunakan tubuhnya tuk menggoda lelaki manapun.

Dia baru pertama kali di fase ini dan sangat berat, sebab ketika Bima mengecupi bahunya dari luar kaos, Aluna tidak bisa berpikir apapun selain melakukan perlawanan.

Dia ingin menghardik Bima, dan mungkin sedikit memukul mulutnya yang kurang ajar. Sedikit memamerkan ilmu bela dirinya mungkin akan terlihat keren.

Namun sepertinya itu hanya akan terlihat keren ketika dia masih berseragam putih abu dan membekuk 'om-om' jahat yang menggodanya.

Tidak berlaku sekarang saat dirinya terbaring di atas ranjang dengan Bima mencumbu bahunya dari belakang.

Usianya sudah 33 tahun dan seharusnya cukup 'dewasa' tuk menganggap kegiatan 'intim' ini sebagai sesuatu yang lumrah terjadi di dalam pernikahan.

Aluna berpikir situasi ini terlihat sulit karena dia baru pertama kali melakukannya.

Pun dengan Bima, yang sebenarnya bukan lelaki harapannya. Namun bercinta, tidak sepenuhnya memakai akal sehat.

Awalnya Aluna banyak berpikir sampai dia mematung serupa manekin. Dia tampak lupa kalau 'menari tango' dilakukan atas kontribusi dua orang.

Namun setelah akal sehatnya dikuasai gairah dan sifat paling primitif seorang manusia yaitu menyalurkan kebutuhan telah meningkat di kepalanya, Aluna mulai menanggalkan rasa takutnya.

Dia menerima Bima sepenuhnya.

Tubuhnya menyambut lelaki itu serupa gembok bertemu anak kunci. Memang seperti inilah Tuhan membuat lekukan tubuhnya, untuk berpadu dengan lekuk tubuh seorang lelaki.

Kendati Bima tidak mencintainya, Aluna berpikir tidak ada waktu untuk berpikir sebab Aluna sendiri menerima lamaran Bima untuk memenuhi salah satu bucket list-nya memberi Satria cucu.

Ini lah salah satu prosesnya.

Aluna menjadikan hal ini sebagai satu-satunya alasan kenapa dia harus menikmati prosesnya.

"Kali pertama ya, Al?" tanya Bima ketika Aluna beberapa kali mendorong dada Bima saat bibirnya lebih jauh dari sekedar pipi, bibir, dahi dan bahu.

"Hah?" tanya Aluna dengan merah merona.

Dia linglung.

Bima yang mengungkung gemas melihat kernyitan di dahi Aluna.

"Boleh matiin lampunya enggak?"

"Kenapa? Malu? Kamu cantik kok."

"Please ...." Gombalan Bima tidak mempan, sebab Aluna benar-benar di posisi 'kosong'.

"Oke." Bima beranjak dari Aluna tuk mematikan lampu. Tersisa lampu tidur yang membuat suasana kamar Aluna yang serba abu-abu itu terasa lebih hangat.

Ketika Bima mematikan lampu, Aluna yang terbaring di tengah ranjang menatap nyalang ke langit-langit. Tiba-tiba dia ragu. Dia memang menikah untuk 'mengejar' deadline usia rahimnya yang punya batas 'pakai' tetapi waktunya tidak secepat ini, bukan?

Mereka punya waktu 2 tahun, kenapa pula harus malam ini ketika tadi pagi dia menyaksikan Bima mengecup pusara Cassandra dengan tatapan kerinduan?

Aluna sedang mencari sandalnya di kolong ranjang ketika Bima mencekal lengannya.

"Mau kemana?" tanya Bima dengan raut wajah tak tertebak. Aluna tidak tahu sebab dia menolak melihat Bima.

Aluna menghindari kontak mata.

"Mau ke kamar mandi," jawab Aluna merangkai alasan.

"Bukan menghindar, kan?" tanya Bima sedikit menuduh. Nada suaranya membuat Aluna menoleh tuk menatap suaminya itu dengan tatapan kesal.

"Ngapain juga aku ngehindar? Aku tahu pasti kita menikah untuk apa." Aluna menarik nafas dan lupa tuk menghembuskannya saat Bima yang masih memegang sikutnya tiba-tiba menarik punggung tangannya ke depan mulut lelaki itu.

Dalam kondisi pencahayaan remang-remang, Aluna bisa melihat Bima memandangnya penuh kekaguman.

"Kalau kamu tahu pernikahan ini untuk apa, seharusnya jangan menghindar."

Deadline rahim menari-nari di kepala Aluna.

"Kamu brengsek ya Bim," kata Aluna ketika berpikir lelaki di hadapannya ini pintar menggunakan kesempatan di atas kesempitan. Bima tahu dirinya 'tertekan' dengan rahim yang memiliki expired date sehingga lelaki itu menggunakan hal tersebut tuk mengajaknya bercinta.

"Apa yang brengsek dari seorang suami meminta haknya kepada istrinya? Sejak awal, aku enggak lamar kamu cuma buat istri pajangan. Aku menawarkan pernikahan normal buat kamu."

Ya, Aluna pun tahu. Dia sampai hapal di luar kepala terkait hal itu karena Bima terus mengulang-ulang informasi tersebut.

Namun, bukankah wajar bagi Aluna tuk merasa ragu? Ketika dia memberikan tubuhnya untuk Bima, Aluna takut dia akan terjebak oleh pesona lelaki ini.

Abimanyu Basudewa adalah lelaki sempurna dengan perawakan tanpa cela. Tidak sulit mencintai lelaki ini dengan kebaikannya. Namun di pernikahan ini, Aluna dipaksa mematikan perasaanya.

Dia harus melakukannya karena Bima pun demikian.

"Al?" panggil Bima dengan suara lirih.

"Persetan," maki Aluna di benaknya ketika dia memutuskan naik ke atas ranjang.

Bima merengkuh rahangnya. Aluna pasrah di bawah kendali Bima.

Bima terkekeh melihat Aluna mengikuti keinginannya dengan patuh tetapi raut wajahnya begitu keras.

Bima hendak merunduk tuk mengecup pipi Aluna saat perempuan itu menahan dadanya.

"Apa lagi?"

Aluna ingin menegaskan satu hal. Tatapan perempuan itu tegas oleh suatu tuntutan kuat. "Aku enggak peduli kamu anggap aku objek, wanita murahan, penyalur hasrat atau bahkan ... pengganti Cassandra. Aku juga enggak peduli kamu mau melakukan apapun di tubuhku. Tolong lakukan segalanya dengan cepat Bim! Aku enggak mau menikmati prosesnya, aku cuma mau hamil."

Bima tertegun.

Aluna belum selesai memberi ultimatum. Aluna serupa landak yang mengencangkan duri-duri di tubuhnya ketika terancam. Perempuan ini sedang menyakiti Bima tuk membuat dirinya merasa aman.

"Lagipula kamu pasti ingat kan, alasanku terima lamaran kamu karena pengen hamil. Rahimku udah mau kadaluarsa. Aku cuma perlu satu anak dan aku bisa bahagia tanpa perlu memikirkan kemungkinan enggak punya keturunan."

"Kamu terlalu jahat sama diri kamu sendiri Al," kata Bima dengan nada suara serius. Lelaki itu terlihat marah.

Aluna yang terbaring tiba-tiba terbangun. Dia memupus jarak. Dia ingin mengendalikan situasi dengan memimpin apa yang dia inginkan. Sayangnya semuanya sangat hampa dan dingin karena Bima tidak membalasnya.

Aluna seperti ditolak secara tidak langsung. Perempuan itu juga punya hati, dia tersakiti oleh diamnya Bima. Seolah Aluna yang punya tubuh tinggi kurus tanpa sedikitpun lekuk tubuh feminim sama sekali tidak membuat Bina tergoda.

"Sorry," bisik Aluna menarik diri. Dia mengais-ngais sisa rasa malu sebelum pergi ke kamar mandi.

Namun belum turun dari atas ranjang, Bima menarik pinggangnya. Belitan itu sangat kuat. Aluna ditarik membentur dada kuat. Lalu, sebuah kecupan di leher, membuat Aluna tak tahu harus menangis atau mengerang.

"Kita memang tidak saling mencintai Al, tapi bukan berarti aku pemerkosa," bisik Bima menggeram. Lelaki itu menjatuhkan Aluna dengan lembut ke atas ranjang, lantas, Bima mengungkungnya dengan lembut.

Protesan Aluna dibungkam kecupan lembut.

Sangat lembut.

Aluna sampai berpikir dia tenggelam di lautan marsmellow saking manisnya.

Cecapan bibir Bima yang manis, belitan tangannya yang kuat di pinggang serta hawa panas dari tubuhnya membuat Aluna bergetar.

Tangan kanan Bima yang hangat bergerak mengelus paha Aluna. Ditekuknya lutut Aluna, sebelum tangannya makin naik mengelus paha istrinya.

Proses penyatuan yang Aluna bayangkan akan menyakitkan malah terasa memabukkan. Bima tidak berhenti bertanya ketika lelaki itu akan bertindak lebih jauh. Dan jari jemarinya seperti stik sihir yang membuat apapun bisa berubah dalam sekejap.

Jemari itu begitu lihai membangkitkan titik-titik sensitif di tubuh Aluna agar membuat tubuh perempuan itu kian menggelinjang.

Ketika mereka sampai di puncak dan Aluna merasakan apa yang 33 tahun ini belum pernah dia rasakan, euforia meledak-ledak di otak dan jantungnya.

Semuanya seperti membeku.

Rasanya sangat indah.

Sebelum bibir Bima yang tersengal di ceruk leher tiba-tiba berbisik. "Thanks Dra."

Namanya Al, bukan Dra.

Namun sebelum mereka melakukannya, bukankah Aluna sendiri yang berkata dirinya 'tidak peduli dianggap objek, wanita murahan, penyalur hasrat, bahkan pengganti Cassandra'?

Lalu, kenapa dia sakit hati? Apa karena kelembutan Bima sebelumnya membuat dia terbuai dan sedikit berharap 'akan lelaki dan pernikahan ini'?

***

A/N: Kepada para pembaca Budiman, saya persilahkan untuk menghujat Bima:) hahahaha

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
MaMa INa
asli sih ayah Bima nyebelin banget
goodnovel comment avatar
Silvi Anita
wahhh².... ternyata bersaingnya ma mantan yg udh meninggal
goodnovel comment avatar
Nia
seruuuuu bangetttttt... ternyata ayah bima se brengsek ini yaaaaa ... kayanya lbh brengsek dia drpd menantu2nya ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jodoh Tenggat Waktu   67). Damai

    "Al jangan lari!"Aluna tidak mengindahkan teriakan itu. Dia tetap berlari.  Dia menggunakan seluruh energinya untuk cepat sampai tangga dan naik ke kamarnya. Aluna akan mengunci pintu sehingga Bima tidak perlu ada di satu ruangan dengannya. Untuk malam ini saja, Aluna ingin sedikit egois. Dia lelah bertengkar. Situasi tegang tak bagus untuk bayinya, apalagi sekarang adalah jam tidur. Aluna tidak boleh stress. "Aku minta maaf Al ..."Di belakang, Bima masih saja meracau. "Selama 3 hari kemarin aku mikirin soal kita, aku mikirin bayi kita juga."Aluna tidak menyukai panggilan 'bayi kita' kendati faktanya bayi ini memang memiliki setengah gen dirinya dan Bima. "Al ..." Teriakan Bima menjadi suara terakhir yang Aluna ingat ketika rasa pening karena terlalu banyak berpikir membuatnya limbung. Dia hampir jatuh terguling di atas tangga, tetapi urung karena Bima tiba-tiba sudah ada di belakang

  • Jodoh Tenggat Waktu   66). Kegaduhan

    "Al, bangun! Ada A Bima jemput kamu pulang!" Aluna menggeliat karena diganggu tidurnya. Perempuan itu bergeming berpikir bisikan itu hanya potongan mimpinya. Namun, dengan tangan yang mengelus pipi, Aluna tahu suara itu nyata. Dibukanya mata, Aluna mendapati Lela menatapnya cemas. Tatapan perempuan berwajah manis ini terlihat pucat. Entah karena ini sudah tengah malam atau karena alasan lain."Ada A Bima di depan," bisik Lela mengulang informasi. "Bima?" tanya Aluna menekuk sikut sehingga dia bisa duduk. Aluna menatap kamar Lela yang serba pastel. Ternyata dia memang tidur di kamar Lela, pantas kasurnya terasa lain. Ditatapnya jam dinding yang menjadi dekorasi kamar, ternyata sudah pukul 10 malam."Kok aku bisa tidur disini La?"  "Tadi teteh kan ketiduran di kamarnya A Kalis, terus sama Ibu diajak pindah kamar, enggak inget?"Aluna menggeleng. "Oke, oke, yang penting selamat. Yuk keluar?

  • Jodoh Tenggat Waktu   65). Semakin Kacau

    Wajah Aluna sudah macam korban sengatan lebah. Aluna mengompres matanya yang bengkak di dapur. Dia melakukannya sembari menunggu air di dalam teko yang dia panaskan di kompor lekas mendidih. Desing teko menguar keras. Aluna terjerat dalam lamunan. Perempuan yang memakai kaos semalam itu masih melamun dengan es batu mencair di tangannya. Ketika suara desing teko mendidih makin konstan, Aluna terlonjak dan lekas mematikannya. Betapa terkejutnya Aluna mendapati teko itu sudah kehilangan banyak air. Lamanya waktu yang dia biarkan membuat air di dalamnya menguap hilang. Mendesah, Aluna kembali mengulang. Mungkin perempuan itu tidak sepenuhnya sadar, bahwa alam bawah sadar telah membuatnya berulang kali melihat pintu. Bima tidak pulang sampai pagi. Kemana lelaki itu pergi? "Udahlah Al, mending kamu kerja biar cepet selesai," gumam Aluna menepis rasa khawatirnya. Dia membawa nampan berisi susu hamil rasa strawb

  • Jodoh Tenggat Waktu   64). Kacau

    "Kapan aku bilang begitu?" tanya Bima ketika Aluna menyindirnya soal suami tanpa perasaan. Nada suara Abimanyu Basudewa yang mendesis adalah pertanda, lelaki itu tidak sepenuhnya ingat soal kalimat lamarannya yang menyakitkan. "Waktu melamarku, kamu bilang bisa menghamiliku tanpa perasaan ..." jawab Aluna mengatakannya secara gamblang. Otak Bima tampaknya sedang mencerna, kening lelaki itu mengernyit. Lalu ketika hasilnya telah terproses, Abimanyu Basudewa termenung. "Al ...." lirihnya memanggil. Aluna menyeringai. "Semua kemarahan kamu di jalan tadi ... terlalu berlebihan Bim. Kamu keterlaluan karena hampir mencelakakan kita bertiga ...." maki Aluna.Bima mengerjap nanar mendengar kata 'bertiga'."Kamu harus malu marah-marah hanya karena telat dikasih tahu soal kehamilanku Bim, karena sebenarnya sejak awal, kamu udah ngomong ... hamilku itu bukan sesuatu yang bisa kita selebrasikan seperti pasutri pada umumnya!"

  • Jodoh Tenggat Waktu   63). Adu Otot

    Ketika Bima tiba-tiba mengajak pulang dengan nada dingin, Aluna buru-buru menghampiri Bima dan mengajaknya bicara di kamar. Namun, Bima sepertinya mengalami hari buruk. Lelaki itu memaksa Aluna segera pulang. Begitu mutlak, tegas dan tak terbantahkan. "Aku udah izin mau nginep sama Mamah dan Ayah, sorry tadi enggak ngabarin karena ponselku ketinggalan lagi," jelas Aluna tersenyum tipis. "Kamu ikut nginep aja ya Bim?""Kamu enggak paham maksudku Al? Aku bilang pulang, ya pulang!!" Aluna melebarkan pupil terkejut bukan main mendengar nada tajam Bima. Aluna menoleh tuk melihat reaksi orang tuanya, syukurlah suara televisi menjadi peredam suara sehingga mereka tidak mendengar ucapan Bima yang begitu tajam. Aluna kemudian mengalihkan tatapan ke depan. Menatap suaminya. Aluna bukan pembaca ekpsresi, tetapi tajamnya sorot pandang Bima, tentu adalah hal buruk.Menghela nafas, Aluna pun terpaksa mengangguki permintaan Bima u

  • Jodoh Tenggat Waktu   62). Berita Baik

    Rutenya selalu sama, apapun yang tidak diharapkan selalu Tuhan datangkan sebagai ujian. Seperti bakteri dan virus, yang lebih mahir membuat sistem imun belajar untuk kuat (Aluna)***Aluna pernah mendengar, jika kita sudah terlalu yakin akan suatu 'planning' maka akan ada saja sesuatu yang menggagalkannya. Aluna mengalaminya sekarang.  Berniat mengabari keluarganya soal kehamilannya satu hari pasca USG, planningnya malah molor sampai 4 hari setelahnya. Ya, telat 3 hari. Dan itu semua tidak sengaja dia lewatkan. Aluna benar-benar lupa akan hal itu. Dia sibuk mengejar deadline pekerjaan setelah hari dimana Bima membawanya ke kampus lantas main ke bioskop.Disini, kadang Aluna sadar bahwa manusia jangan terlalu percaya diri. Aluna yang sudah memikirkan reaksi kedua orang tuanya ketika tahu dia hamil sejatinya sudah melampaui takdir. Dia melupakan Tuhan dalam proses memikirkan planning itu. Yeah, karena sekaran

  • Jodoh Tenggat Waktu   61). Udang

    "Astaga sekarang jam berapa?""Jam setengah 7.""Ya ampun aku belum makan," seru Aluna panik. Bima mengernyitkan dahinya. Aluna si Perempuan gila kerja yang suka mengurung diri tanpa makan sekarang panik hanya karena lupa makan? "Hati-hati Al!" tegur Bima ketika sang Istri hampir terjatuh karena belum sepenuhnya sadar pasca tidur berjam-jam. "Padahal aku setting alarm tahu.""Capek banget kayaknya kamu Al. Kerja dari tadi?""Enggak kerja sama sekali. Cuma duduk doang.""Ya udah jangan cemberut gitu, sekarang sholat dulu, kalau mau mandi pakai air hangat biar enggak masuk angin," kata Bima memberi saran lembut. Aluna mengangguk. Bima gemas sekali karena wajah Aluna yang berkeringat secara otomatis membuat kedua pipinya memerah alami. Sangat cantik. Terutama karena wajah habis bangun Aluna benar-benar menggemaskan dengan mata bengkak menyipit dan juga bibir menekuk.

  • Jodoh Tenggat Waktu   60). USG juga

    Ternyata seperti ini rasanya ...Aluna duduk di kursi ruang Obgyn dengan seorang perempuan berkacamata mewawancarainya dengan banyak pertanyaan basic. Tujuan datang ke Obgyn? Kehamilan pertama atau bukan? Sudah cek pakai testpack lebih dulu atau belum? Dan lain sebagainya. Aluna menjawabnya dengan antusias. Sungguh, dia bahagia sekali bisa hamil sehingga setiap moment-nya dia nikmati dengan penuh sukacita. Aluna bahkan tidak insecure ketika ibu-ibu hamil yang datang ke klinik ini hampir semuanya diantar suaminya masing-masing. Fokus utama Aluna saat ini adalah kesehatan bayinya. "Bu Aluna, kayaknya bener deh kita udah pernah ketemu. Di The Jungle ...."Aluna ber-oh panjang. The Jungle adalah restoran milik ayahnya yang sekarang punya banyak cabang. "Iya itu memang punya ayah saja Dok.""Wah kebetulan, The Jungle itu tempat favorit saya.""Ya ampun, dunia sempit ya, lain kali kalau mampir bisa hubun

  • Jodoh Tenggat Waktu   59). Sudah Pasti

    Testpack digital telah melakukan pekerjaannya. Di jendelanya, tertera 'yes' sebagai jawaban. Aluna menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Emosinya sudah tersedot kemarin malam sehingga subuh ini dia bisa mengontrol diri. Aluna keluar dari kamar dan mencengkram testpack digital itu untuk dia masukan ke dalam kotak. Abimanyu Basudewa yang masih terlelap, dia lewati begitu saja. Alih-alih memberitahu Bima soal ini, Aluna malah membuka laptop. Dia menghitung usia pekerjaannya selama mengambil dua pekerjaan freelance sekaligus. Aluna tidak boleh mengambil banyak pekerjaan selama hamil karena begadang tidak dianjurkan. Dia akan menawarkan pekerjaannya yang belum selesai—dengan kontrak yang lama, ke temannya sesama freelance. "Bisa enggak? Sekitar 113 bab lagi, itu optional, bisa diperpendek maupun diperpanjang kalau memang butuh duit banget," kata Aluna menggigiti ujung kukunya karena gugup. Aluna bahkan belum cuci m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status