Di sebuah kafe yang tenang di sore hari, Sita dan Rajendra duduk berdua di sudut yang nyaman. Sita yang memulai pembicaraan, mengungkapkan niatnya untuk bertemu Rajendra dan berbicara tentang masa lalu mereka. Dia datang dengan hati penuh penyesalan karena dulu pernah meninggalkan dan menyakiti hati Rajendra."Sita minta maaf, Jendra," ucap Sita dengan mata berkaca-kaca. "Sita menyadari kesalahan yang pernah Sita buat. Sita ingin kita bisa kembali menjalani asmara seperti dulu."Rajendra menatap Sita dengan pandangan yang tidak bisa dibaca, hatinya berkecamuk antara ingin menerima kembali Sita atau menolaknya. Dalam hati, ia ingin menguji Sita lebih dulu untuk mengetahui sejauh mana keseriusan dan ketulusan Sita kali ini."Sita, aku sudah menikah," ungkap Rajendra dengan suara yang tegas namun lembut. "Aku tidak bisa kembali bersama kamu seperti dulu. Aku harus menjaga komitmen pada istriku."Sita menunduk, air mata jatuh membasahi pipinya yang merah. Dia merasa terhina dan kecewa, ta
Alona dan Daniel kini semakin akrab satu sama lain. Kehadiran Rajendra yang sering membawa Sita ke rumah memang membuat suasana di antara mereka berdua semakin nyaman. Meskipun belum resmi menjalin hubungan, kedekatan mereka jelas terlihat lebih erat daripada sebelumnya. Apalagi, kini Sarah telah menjalin hubungan dengan Tomy, yang juga merupakan sahabat baik Daniel.Keempatnya sering kali berkumpul untuk belajar bersama demi mempersiapkan ujian yang akan datang. Mereka bergiliran belajar di rumah masing-masing, kecuali di rumah Alona. Tak hanya belajar, mereka juga sering menghabiskan waktu bersama dengan makan bersama, atau pergi bersama saat akhir pekan. Kegiatan mereka terasa seperti pasangan yang sedang berkencan.Alona merasa bahwa ia juga berhak untuk menikmati masa mudanya, bersama teman-teman dan orang-orang yang dekat dengannya. Senyum yang terukir di wajahnya setiap kali bersama mereka, menunjukkan betapa bahagianya Alona dalam menghabiskan waktu bersama teman-teman terdeka
Hari ini, suasana di rumah Alona dan Rajendra terasa sangat berbeda. Keduanya memutuskan untuk tidak datang ke sekolah, karena mereka harus menunggu di rumah sakit untuk menjaga Nakula, sang ayah yang sedang dalam kondisi kritis. Di ruang perawatan, Alona dengan sabar dan penuh perhatian mendampingi mertuanya. Ia tak henti-henti merawat dan memastikan segala keperluan sang ayah terpenuhi. Tangan Alona lembut mengusap kening Nakula yang berkeringat, lalu menyelimuti tubuhnya yang renta dengan selimut tipis.Sementara itu, Rajendra terduduk di sudut ruang tunggu dengan tatapan kosong. Rasa penyesalan yang mendalam menyelimuti hatinya. Meski ia sering kesal karena ayahnya yang terlalu banyak mengatur hidupnya, tetapi melihat Nakula terbaring lemah di rumah sakit membuat hatinya hancur.Sudah hari kedua sejak kejadian itu, Alona tak menoleh atau mengajak Rajendra bicara. Ia terus fokus menjaga sang mertua, seolah tidak ingin terganggu oleh keberadaan suaminya. Rajendra merasa cemas, bing
Setelah beberapa hari berlalu, kesehatan Nakula, ayah mertua, mulai membaik. Pretty, Si ibu tiri, dan Tiara kakak tirinya, sempat menjenguk ke rumah sakit untuk melihat kondisi besannya. Kini Nakula telah kembali ke rumah, begitu pula dengan Alona dan Rajendra.Hari-hari berjalan seperti biasa, terlebih saat ini Alona sedang sibuk menyelesaikan ujian akhir sekolahnya. Tinggal menghitung hari, ia akan menjadi seorang mahasiswi. Alona saat ini masih berada disekolah, mengikuti beberapa kegiatan menjelang kelulusan. Semakin hari, Alona dan Daniel, semakin dekat. Apalagi Daniel adalah seorang pemuda yang tak pantang menyerah dalam mengejar cinta Alona, gadis yang ia cintai sejak lama. Meskipun telah berkali-kali ditolak oleh Alona, Daniel tidak pernah merasa putus asa. Ia selalu berusaha mencari cara untuk mendapatkan hati Alona dan membuktikan bahwa ia adalah pria yang tepat untuknya.Belakangan ini, Alona mulai luluh oleh usaha gigih Daniel. Ia mulai membuka hatinya dan menghabiskan le
Di sebuah ruang tamu yang sederhana, ketegangan mulai terasa. Daniel, Sarah, dan Tomy duduk dengan perasaan cemas yang saling bertaut, menanti kabar dari Alona yang sudah seharusnya tiba beberapa menit lalu. Mereka telah merencanakan perjalanan berkemah ini sejak beberapa minggu sebelumnya, dan sekarang semuanya sudah siap, termasuk tenda, peralatan masak, dan pakaian hangat.Tiba-tiba, Sarah merasa ponselnya bergetar di saku. Dia mengambilnya dan melihat nama Alona terpampang di layar, membuat napasnya tercekat. Dengan ragu, dia menjawab panggilan tersebut dan mendengarkan kabar yang membuat hatinya berat. Alona tidak dapat datang, karena suaminya, Rajendra, yang hanya diketahui oleh Sarah, sedang sakit. Sarah merasakan kekecewaan yang mendalam, namun dia berusaha menyembunyikan perasaan itu dari Daniel dan Tomy.Sarah berdiri dan berjalan perlahan ke jendela, berusaha menenangkan pikirannya. Dia tahu bahwa Daniel dan Tomy sangat menantikan kehadiran Alona, namun kini dia harus menem
Alona bangun pagi-pagi dengan semangat baru, hari ini adalah hari pertama ia memasuki kehidupan universitas. Ia ingin mengubah penampilannya dari seorang siswi SMA polos menjadi gadis cantik yang mempesona. Alona memilih pakaian modis yang menampilkan lekuk tubuhnya dengan anggun, riasan wajah yang natural namun menawan, serta sepatu hak yang membuatnya terlihat lebih tinggi dan anggun.Setelah puas dengan penampilannya, Alona melangkah keluar kamar dengan penuh percaya diri. Saat itulah ia menemui Rajendra yang sedang menikmati sarapan pagi di meja makan. Pandangan Rajendra seketika terpaku pada sosok Alona yang berubah drastis, hingga ia hampir tak mengenalnya.Rajendra yang terbelalak kaget, menatap Alona dari atas ke bawah. Kedua matanya membulat takjub dengan penampilan Alona yang memukau. "Alona, apakah ini benar-benar kamu?" tanya Rajendra dengan ekspresi terkejut.Alona tersenyum puas, menatap Rajendra yang terpesona oleh penampilan barunya. "Ya, ini aku, Rajendra. Aku ingin t
Mobil kuda jingkrak berwarna merah berkilau melaju dengan mulus di jalanan, menuju ke kampus tempat Alona mengemban bangku kuliah. Alona duduk di kursi penumpang, merasa gugup dan tidak nyaman dengan situasi ini. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.Di sisi lain, Rajendra yang duduk di kursi pengemudi tampak percaya diri dan santai. Ia mengenakan kacamata hitam yang semakin menambah pesonanya. Rajendra menyetir mobil kesayangannya dengan mahir, sesekali melirik Alona yang duduk di sampingnya.Tidak ada satu patah kata pun keluar dari mulut mereka, keduanya saling diam, saling menahan perasaan.Mobil itu berhenti tepat di depan gedung kampus, mengundang perhatian banyak orang. Beberapa teman sekelas Alona yang sedang berada di luar gedung terbelalak melihat kemewahan supercar tersebut. Mereka saling berbisik dan bertanya-tanya, "Siapa itu?"Rajendra membuka pintu mobil dan keluar dengan anggun. Ia kemudian membuka pintu penumpang untuk Alona, menawarkan tangannya
Daniel dan Alona, meskipun berbeda jurusan kuliah, masih menjalin persahabatan yang erat. Daniel yang sejak SMA jatuh hati pada Alona, kini semakin sering menunjukkan perasaan dan perhatiannya pada wanita itu.Suatu hari, Daniel mengajak Alona pergi ke sebuah bukit yang terkenal di sekitar kota mereka untuk menikmati pemandangan kota dari ketinggian pada malam hari. Dengan mengendarai motor gede kesayangannya, Daniel membawa Alona berkendara menuju bukit tersebut.Sampai di puncak bukit, mereka berdua terpukau oleh keindahan cahaya lampu kota yang berkelap-kelip di bawah langit yang dipenuhi bintang. Mereka duduk berdampingan, saling berbagi cerita dan tertawa bersama, menikmati suasana hangat dan romantis yang menyelimuti mereka.Tiba-tiba, Daniel merasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya yang sudah lama terpendam. Ia menggenggam tangan Alona dengan lembut, membuat gadis itu menoleh padanya dengan pandangan penasaran."Alona, sejak kita bertemu di SMA, aku se