Share

Bab 3. Pov Argam

Author: Mutiara Sukma
last update Last Updated: 2022-04-17 07:50:13

KADO PERNIKAHAN UNTUK SUAMIKU 3

POV Argam.

"Gam, sepuluh tahun menikah kamu masih saja begitu ga ada perubahan. Apa kamu ga malu? Teman-teman kamu sudah pada punya anak. Kamu masih belum ada hasil. Ibu bilang apa, dari awal Ibu tak setuju kamu menikah dengan perempuan kampung itu. Kamu sih, ngeyel!" 

Hampir setiap saat ibu memojokkanku dengan kekurangan Suci yang satu itu.

Kami pun sudah berusaha berobat sana sini, tapi belum ada hasil. Kata dokter semua baik-baik saja, hanya belum rejeki.

"Ceraikan dia, nikah sama Nira anaknya Bu Laras. Dia pasti mau menikah denganmu."

Aku tak menanggapi apa yang Ibu katakan. Suci Adalah wanita yang lembut, baik hati dan tak pernah mengeluh. Walau sering kali aku memberikan jatah uang belanja yang sedikit, tapi Suci tidak pernah protes. Dengan akal-akalan yang kubuat, suci tak bisa mengendalikan keuangan, begitu yang Ibu ajarkan.

"Bang, Aku mau beli motor seperti Rina, apa Abang ga malu adiknya setiap hari nebeng terus dengan orang." Kali ini Rasti adikku yang merengek.

"Iya, nanti Abang belikan."

"Sekarang aja sih, Gam. Nanti atau sekarang sama aja." 

Aku menghela nafas panjang.

"Baiklah." Ujarku kemudian.

Esoknya sebuah motor Nmax hitam sudah terparkir di halaman. Rasti sangat bahagia, Ibu pun tak mau kalah. Sehingga aku harus menguras tabungan yang kujanjikan sebagai tabungan hari tua kepada Suci, sedikit demi sedikit.

"Mas, aku mau beli perhiasan, Mas. Aku kangen punya kalung lagi."

"Sabar ya, Sayang. Nanti pasti Mas belikan." Itu adalah jawaban jika Suci yang meminta sesuatu padaku. Dia tak pernah marah apalagi protes. Suci tak pernah kemana-mana, jadi dia tak butuh perhiasan, kan?

Setiap hari selalu saja ada yang diminta Ibu dan Rasti yang mau tak mau harus aku kabulkan. Tabunganku juga kian menipis, sepertinya aku harus mencari cara agar menjadi orang kaya yang bergelimang harta secara cepat.

Siang itu, ada telepon dari Rasti. Katanya Ibu jatuh dari motor yang dia bawa, lantaran Rasti menyenggol sebuah mobil. Beruntung yang punya mobil orangnya baik. Setelah membawa Ibu dan Ratih ke rumah sakit, kini malah di antar ke rumah.

"Bang, ceweknya cantiik, sepertinya juga kaya. Ibu pesan, Abang pulang sekarang." Suara Rasti pelan, mungkin takut ketahuan perempuan yang dimaksud.

Mendengar kabar itu aku bergegas pulang. Pak Irfan atasanku tak mempermasalahkan. Aku adalah salah satu karyawan berprestasi disini. Sehingga di angkat menjadi seorang manager. 

***

"Argam, kamu sudah pulang, Nak?" 

Aku gegas menghampiri Ibu yang terbaring di kamar, dengan panik.

"Ibu gapapa?" 

"Gapapa, ga usah panik begitu. Untung Nak Calista ini mau membantu semuanya." 

Ibu menghadiahkan senyum pada wanita muda yang berdiri tak jauh dari sana. Aku mengikuti arah mata Ibu.

"Gam, itu Calista. Yang telah menyelamatkan Ibu." Ucap Ibu sambil menatap wanita itu, dengan senyum manis.

"Ibu terlalu berlebihan, saya seharusnya yang berterimakasih, karena Ibu tidak melaporkan saya ke polisi. Karena kelalaian saya, Ibu dan dek Rasti jadi begini."

Aku terpaku melihat perempuan itu. Gadis cantik yang sangat anggun. Terlihat jika dia bukan wanita biasa.

"Ibu gapapa kok, Nak. Calista ini anak Ibu, namanya Argam. Seorang manager lho, dan masih single."

Degh!

Ibu ga salah? Wanita yang telah melahirkanku itu mengedipkan sebelah matanya. Aku terdiam sesaat lalu tersenyum mengangguk.

"Saya Argam putra Mahendra."

Seraya mengulurkan tangan, yang kemudian disambut hangat oleh pemilik rambut sebahu itu. 

"Calista Lesmana." 

 Calista pun menyambut hangat. Sejak saat itu aku dekat dengan gadis itu. Ibu sangat menyukai Calista, ternyata dia adalah putri pemilik Hadiyaksa Lesmana Group. Perusahaan besar yang sedari dulu diincar Pak Irfan untuk bekerjasama, namun belum tercapai.

***

"Dik, maukah menikah denganku?" 

Pertanyaan berani yang pernah kukeluarkan 10 tahun lalu pada Suci.

Calista bengong, tak menyangka aku melamarnya. Hatiku pun tak kalah gaduh. Aku terpaksa nekad, tentang Suci. Aku yakin akan menerima, karena dia seharusnya tau diri dengan kekurangannya.

 Saat ini Calista sedang memanggil kedua orangtuanya. Rasa takut ditolak mendominasi.

"Ini, Pa. Kenalkan Mas Argam, kekasih Lista."

Wajah Pak Hadi itu tak berubah, diam dan datar, tapi mata tuanya menelisik tajam. Tak lama kami pun mengobrol santai, aku mencoba mengurai hati lelaki tua ini, aku yakin pasti bisa menaklukkannya. Hingga akhirnya genap tiga bulan pedekate dengan Calista, Pak Hadi menerimaku menjadi menantunya. Peluang yang bagus untuk mendapatkan harta kekayaan dengan instan.

***

Pesta pernikahanku berlangsung ricuh, ada yang sengaja memutar video pernikahanku dengan Suci. Bu Mala, mertuaku sempat pingsan. Sedangkan Pak Hadi berang.

"Argam masih sendiri kok, jeng. Ini fitnah, fitnah besar ini!" Teriak Ibu histeris.

Sedangkan aku terus berusaha agar proyektor itu segera mati, tapi aneh seperti aliran listriknya bukan dari tempat dimana seharusnya. Ini benar-benar ada orang dalam yang sengaja ingin menjatuhkanku.

"Dik, buka pintunya." Berkali-kali aku mengetuk pintu kamar Calista. Usai acara di hotel tadi, Calista langsung berlari masuk ke kamar. 

"Argam! Sini kamu!"

Suara Pak Hadi lantang.

"Iya, Pa." 

"Jelaskan pada saya, apa yang tadi saya lihat itu. Apakah benar kamu sudah menikah!" Bentaknya.

Aku terdiam, tak menyangka hal ini akan terjadi.

"Kamu tau! Karena keributan itu, nama baik saya terancam. Seluruh media akan menyiarkan serentak." Dada Pak Hadi turun naik menahan emosi.

"Itu editan, Pak. Saya belum menikah." Sahutku akhirnya. 

Semua dokumen sudah dipalsukan sebelum dilihat oleh Pak Hadi. Daniel bekerja rapi, aku yakin tak mungkin orang kepercayaanku yang membocorkan semua, gaji Daniel selalu aku lebihkan dari kantong pribadiku, agar laki-laki itu bisa menjaga rahasia.

"Pasti ini ulah lawan bisnis, entah itu dari pihak saya atau dari pihak kamu." Pungkasnya lemah, lelaki separuh baya itu terduduk.

"Apa yang harus kita lakukan setelah ini, Pa?"

Pak Hadi menghela napas.

"Kita harus konferensi pers, jangan sampai masyarakat melihat berita yang tak sedap"

Aku setuju. 

Ya ampun, aku lupa. Jangan sampai Suci melihat berita. Dengan cepat aku minta ijin keluar rumah menelpon Mbok Ina. Suci wanita gaptek, pasti ga akan sadar kalau Wi-Fi dirumah dimatikan.

Baru hendak menyimpan gawai. Sebuah pesan masuk.

[Pak, Pak Irfan tau pernikahan kedua Bapak.]

Pesan dari Daniel.

Mati aku, sesuai perjanjian kontrak kerja, karyawan yang ketahuan beristri dua akan dipecat.

Bersambung.

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU    Bab 21

    KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU 19POV Argam.Perceraianku dengan Suci menjadi pukulan berat bagiku. Bagaimana tidak, apa yang dia tinggalkan, sama seperti apa yang dulu kami miliki saat pertama kali menjadi suami istri, alias tak punya apa-apa. Aku terpaksa selamanya tinggal bersama Ibu. Makian dan omelan Ibu hampir tiap hari terdengar. "Pengangguran kamu! Kerja yang benar! Cari duit. Punya istri dua, nyusahin dua-duanya!" Hardik Ibu yang sudah sangat kuhafal.Calista, perempuan sok cantik itu menikah hanya sebatas status. Jangankan hartanya, Jatah malam pertama saja dia tak berikan. Sehingga aku tak merasa rugi bercerai dengannya, Terlebih seperti Pak Hadiyaksa tak lagi mengancam seperti sebelum-sebelumnya. Dasar tua-tua sombong, punya harta segitu saja udah merasa memiliki nyawa orang lain."Abaaaang! Pakaian dalamku mana? Kamu umpetin, ya!" Nanyian Rasti hampir tiap pagi. Gadis itu bahkan tak bisa mencuci pakaiannya sendiri. Tapi setiap aku menasehati, Ibu selalu marah padaku.Seb

  • KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU    Bab 20

    Aku terkekeh, begitu juga dengan Calista. Hari-hari kami jalani tanpa ada beban. Sesekali kulihat Mas Argam datang ke butik mengemis pada Calista, yang endingnya justru malah di usir.Jika dia tahu alamatku, pasti aku juga akan jadi korbannya. Ah, Mas Argam nyali begitu aja, sudah nekad punya istri du**Pulang jalan-jalan dari luar negeri aku pun menemui Daniel, sesuai janji sudah lima bulan berlalu sejak pinangannya waktu it"Kamu makin cantik aja, Ci?" Basa-basi yang menghangatkan wajah in"Lima bulan berasa sangat lama, aku rasanya mau lari mencarimu karena rindu ini begitu menyiksaAku tersenyum, jujur aku juga merasakan hal yang sama. Ternyata aku merindukan laki-laki itu. Mungkin udah saatnya aku mengakhiri penantian ini. Semoga saja ini pernikahan terakhirk"InsyaAllah, aku siap, Dan." Ujarku pela"Alhamdulillah... Ga sia-sia kesabaranku menantimu, CiBeberapa Minggu kemudian, pernikahan pun dilangsungkan. Ibu dan Bapak begitu bahagia, kini beliau tinggal bersamaku. Walau sese

  • KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU    Bab 19

    POV Suci.[Gimana kado pernikahanmu dariku, Mas? Suka ga?]Aku mengirim pesan itu kepada Mas Argam. Pesan langsung terbalas.[Perempuan jahann4m kamu, Suci! Benar-benar kurang aj4r!] Ketiknya.Aku tertawa, dari balik horden rumah Bu Laras ini, aku dapat melihat wajah Mas Argam dibawah terang lampu. Selepas mobilnya dibawa, pesan ucapan selamat langsung aku kirim. Beruntung laki-laki itu memainkan gawainya diteras, jadi aku bisa melihat dengan jelas reaksinya.[Kembalikan semua hartaku, wanita bod0h!]Kali ini sepertinya kesabaran Mas Argam sudah lossdoll kayak mobil tak ada rem. Awah nyebur jurang!Aku terus memperhatikan Mas Argam, berkali-kali dia menyugar rambut sesekali menatap layar benda pipih ditangan, berharap aku menjawab pesannya.[Aku lagi mengurus paspor dan menunggu sudah perceraian kita selesai. Biar bisa jalan-jalan keluar negeri dengan status jomblo!]Aku yakin hati Mas Argam jika ditaruh telur diatasnya pasti tu telur langsung matang.[Jangan main-main kamu, Suci! Itu

  • KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU    Bab 18

    Suara adzan Maghrib sudah menggema beberapa saat lalu. Ketika tiba-tiba suara bel berbunyi. Siapa Maghrib begini bertamu. Aku pun beranjak menuju pintu setelah sebelumnya menandaskan minuman yang ada dimeja pasti minuman milik Rasti."Siapa, Gam?" Teriak ibu dari kamarnya."Belum tau Bu, ini baru mau dibukakan pintu."Dua orang laki-laki dengan tubuh besar bertato berdiri didepan pagar."Nyari siapa, Pak?" Laki-laki itu saling pandang. Lalu menatapku dengan pandangan tajam."Saya mau ambil mobil yang telah dibeli oleh Boss Burhan!" Ucapnya tegas."Mobil? Bos Burhan?" Aku mengerutkan kening. Salah satu dari mereka menyerahkan sebuah nota pembelian, bukit transaksi legal yang ditanda tangani oleh Suci. Suci? Damn! Perempuan itu benar-benar membuat kesabaranku terkikis habis."Maaf saya tak menjual mobil ini. Ini mobil saya satu-satunya. Minta saja kepada perempuan yang menanda tangani surat itu." Laki-laki dengan rambut gondrong sebahu yang memiliki tato hampir di seluruh lengannya ma

  • KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU    Bab 17

    POV Argam."Rumah ini sudah lama dijual, Pak. Kita malah ga tau Bu Hasna dan Pak Ihsan pindah kemana. Perginya dadakan." Ungkap salah satu warga yang lewat didepan rumah orang tua Suci. Rumah itu tampak tak terurus.Aku berdecak kesal. Bagaimana cara mencari tahu keberadaan mereka. Padahal rencananya aku ingin melumpuhkan Suci dengan menggunakan orangtuanya."Jadi rumah ini sekarang milik siapa, Pak?""Wah kalau itu saya kurang tau, Pak. Karena sejak dijual dan ada yang beli, belum ada yang datang kesini."Buntu, kini jalanku buntu. Mau nyari kemana mereka? Menyisir kota ini itu tidak mungkin."Memang istri mandulmu, itu tak tau malu! Merampok harta suami seenaknya. Dia kira mencari uang itu gampang!" Ibu terus merutuk kesal.Aku hanya diam, walau sebenarnya dalam hati aku merasa Suci tidak salah, 10 tahun bersama dia tak pernah beli apa-apa. Uang belanja pun aku batasi. Dengan dalih untuk tabungan hari tua.Kini mobil melaju dengan tujuan tak jelas, hingga telepon dari Rasti membuatk

  • KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU    Bab 16

    Setelah mencari tahu lewat tukang kembun tetangga yang merupakan teman Darno akhirnya aku tau, jika Darno itu penipu. Dia telah membohongiku. Dia pulang kampung tanpa berniat kembali lagi. Alasannya mengurus kerbaunya yang sudah tua, apa hubungannya? Angel wes angel!!Tiga puluh lima juta raib begitu saja. Tidak ada yang tahu alamat Darno, bahkan Pak Aries pun tak bisa memberikan jawaban pastinya, dia hanya tau Darno orang Sukabumi, entah dimana tepatnya dia juga tak paham. Lagipula Pak Aries sudah terlanjur marah padaku, ngambek an banget kayak Emak-emak lagi pms!"Kamu kenapa sih, Gam. Dari tadi adi ibu lihat gelisah, bolak balik, mondar mandir. Kamu tidak kerja?""Harus berapa kali sih Argam, ngasih tau ibu Argam, itu dipecat! Di pecat!" Aku menaikkan suara. Capek menyakinkan Ibu ini. Padahal aku jarang lho, bohong apalagi sampai pencitraan masuk gorong-gorong, eh."Ibu tak percaya sama kamu Argan. Kamu sengaja kan berbohong agar ibu tidak minta uang terus?" Nah kan, mulai lagi. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status