Home / Rumah Tangga / KEMBALINYA ISTRIKU / 5. Ada apa dengan Zaki

Share

5. Ada apa dengan Zaki

Author: Muninggar88
last update Last Updated: 2024-01-26 22:44:32

"Cepat kamu ganti baju Zaki dengan baju yang biasanya!" titah ibu memintaku segera mengganti baju Zaki dengan pakaian yang sudah Kumal dan bisa di bilang layaknya kain serbet.

"Iya, Bu, bentaran. Ini Rudi masih nyari gantinya. Yang kemaren kan belum sempat di cuci." Aku berada di depan keranjang pakain tempatku menyimpan baju ganti untuk Zaki. Hampir diri ini belum pernah membelikannya pakaian yang layak. Selama ini, pakaian yang di kenakan oleh Zaki adalah pemberian dari mbak Lestari, dan pakaian itu merupakan baju bekas dari anaknya. Dari pada tidak di pakai kan lebih baik di gunakan boleh Zaki. Jadi bisa mengirit uang jatah hanya sekedar untuk membeli baju untuknya. Toh Rani juga tidak akan tahu.

"Halah, kamu itu kelamaan. Mending juga kamu ganti dengan pakaian yang kemarin saja. Emang siapa juga yang mau nyuci." Ibu segera mengambil baju yang tergantung di balik daun pintu kamar ini, yang kemarin di pakai oleh Zaki. Benar juga ucapan ibu, aku juga tidak punya waktu untuk mencuci bajunya itu. Mau sekalian di loundri-kan bersama baju kami, malu juga rasanya. Karena baju dari anakku itu sudah tak berbentuk dan tak berwarna selayaknya. Ibu dan kedua saudariku yang lain memang sengaja melarang ku untuk membelikan baju baru untuk Zaki. Karena masih ada baju yang bisa di pakai untuk apa beli lagi, buang-buang duit saja, kata orang-orang yang perhatian kepada ku.

"Ya sudah, terserah ibu saja." ucapku pasrah. Aku juga hampir saja melupakan, kalau hari ini aku sudah ada janji dengan Lasmi. Aku juga harus segera bersiap. Untung saja penyewa Zaki sudah datang. Jadi aku tak perlu lagi menungguinya di rumah.

"Ini, cepat bawa anak kamu keluar. Nanti keburu kesiangan juga. Ntar dapetnya dikit lagi." Ibu segera menyerahkan Zaki yang masih tertidur pulas ke tanganku agar segera membawanya keluar dan menyerahkannya pada orang yang akan menyewanya.

Akhirnya aku bisa bernapas legah dan bisa bebas hari ini. Selama ini tetangga kanan kiri tidak ada atau lebih tepatnya belum mengetahui perihal Zaki yang sering kami sewakan pada para peminta-minta. Awalnya ide itu muncul dari ibu yang seringkali melihat peminta di pasar bahkan ada yang mendatangi rumah-rumah warga untuk meminta belas-kasihan dengan membawa anak kecil untuk lebih menarik perhatian dan simpati dari orang. Awalnya aku ragu. Namun ibu di dukung oleh kedua saudariku untuk terus menyakinkan dan membujukku, akhirnya aku luluh dan mengikuti saran dari mereka. Toh lumayan juga hasilnya. Tanpa kita bekerja dan keluar keringat uang sudah datang sendiri. Masalah makanan. Semenjak Rani pergi untuk menjadi TKW keluargaku sudah tidak mengenal yang namanya makan dengan tahu, tempe, atau ikan asin. Minimal selalu ada olahan daging, ayam, juga ikan yang tersaji di atas meja makan. Sayang-nya Zaki masih belum bisa ikut merasakan kenikmatan ini semua karena terhalang usianya, itu yang di katakan oleh ibu dan juga Mbak Lestari.

Sebagai nenek yang baik dan perhatian kepada cucunya. Ibu selalu menyisihkan dan memasakkan sendiri makanan untuk anakku. Bubur nasi di tambah sayur bayam yang tumbuh liar di pekarangan rumah kami. Kasihan kalau anak masih kecil di beri makan pake nasi. Makanya nasi sisa kemarin yang masih ada, akan di olah ibu menjadi bubur untuk makanan Zaki.

Aku bisa merasa tenang. Karena pada akhirnya, ibu yang sempat melarang dan tidak merestui pernikahanku dengan Rani. Kini beliau telah membuka hatinya untuk istri dan juga anakku.

Karena ibu juga ingin melihat ku hidup lebih bahagia lagi. Ibu menyetujui hubunganku dengan Lasmi. Karena kata ibuku laki-laki boleh menikah beberapa kali, dan tidak perlu pula untuk meminta ijin pada istri, yaitu Rani. Karena sudah dapat dipastikan Rani akan menyetujui dan mengikuti apa kataku dan juga ibuku. Karena itu juga menjadi kewajibannya sebagai seorang istri.

Belum juga kaki ini masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba saja datang lagi orang yang tadi pergi dengan membawa Zaki. Seseibu dengan dandanan yang sengaja baju dan tampilannya di buat kumal itu datang dengan wajah paniknya.

"Eh, kalian sengaja mau ngerjain saya!" makinya tiba-tiba dengan segera melepas gendongannya yang berisi Zaki-ku.

"Maksud kamu apa?" Ibu yang tiba-tiba menyembul dari balik pintu.

"Ini, lihat sendiri!" perintahnya dengan menyodorkan kembali Zaki yang masih terlelap itu, untuk aku mengambilnya kembali. "Kalian sengaja mau mengkambing hitamkan saya. Kalian kira saya orang bo**h, apa? Ini, anak ini sudah tidak bernapas. Apa kalian yang sudah tua masih belum mengerti, kalau anak ini sudah tidak ada nyawanya." lanjutnya lagi. Tapi sepertinya aku tidak mendengar apa yang barusan wanita itu katakan. Mana mungkin Zaki yang masih tertidur lelap itu di anggapnya sudah tidak bernyawa alias mati.

"Eh, Bu. Kalau ngomong jangan asal njeplak saja. Jangan ngawur dan jangan seenaknya bilang anak saya ini sudah mati." sungutku. Kalau sudah tidak mampu bayar biaya sewa Zaki. Gak usah berkilah bilang anakku ini mati. Masih banyak kok yang mau menyewa anakku ini.

"Dasar kalian orangtua yang gi*a. Kalian enak-enakan di rumah. Tapi bayi sekecil ini kalian tawarkan untuk kami sewa sebagai teman mengemis. Periksa saja sendiri kalau tidak percaya!" sungutnya sambil segera beranjak dari rumah ini. Dan benar saja keributan yang baru saja di buatnya mengundang banyak mata. Semoga saja mereka tidak benar-benar mendengar apa yang baru saja kami ributkan.

"Aduh, ada apa sih rame-rame, masih juga pagi." celetuk Eni sambil mengucek matanya yang sepertinya dia baru bangun dari tidurnya.

"Pagi kamu bilang. Tuh, lihat matahari sudah di atas ubun-ubun." sungutku kesal sekali melihat dia yang enak-enakan sedangkan aku sedang khawatir saat ini.

"Gitu saja emosi!"

"Sudah, kalian jangan ribut sendiri. Ayo, Rud, kita coba bawa anakmu ini periksa ke puskesmas." entah apa yang membuat ibuku ini tiba-tiba memintaku untuk membawa periksa putra semata wayangku ini. Biasanya saja kalau aku yang mengajaknya, justru omelan yang pasti aku dapat. Katanya hanya buang waktu dan duit saja.

"Bentar, Bu. Rudi ganti baju dulu." pintaku. Namun belum juga aku melangkah ibu sudah mencegahku.

"Kelamaan, ayo cepat sekarang juga." ucapnya sambil sedikit ada rasa khawatir yang dapat aku tangkap dari raut wajahnya. Entah kenapa aku juga merasa sedikit ada rasa khawatir di dalam sini.

"Iya, Bu. Rudi keluarkan dulu motornya."

🌺🌺🌺

"Dengan keluarga anak Zaki." panggil seorang perawat atau bidan puskesmas tempat kami membawa bayi Zaki, yang ku tahu dia yang tadi bersama seorang yang lebih tua usianya sepertinya seniornya yang menangani Zaki, putraku. Aku dan ibu sengaja menunggu di luar ruangan sementara anakku sedang di periksa oleh beberapa petugas di dalam salah satu ruangan dari gedung pukesmas ini. Lebih tepatnya ruangan KIA.

"Iya, saya ayahnya." tunjukku sambil beranjak dari salah satu kursi panjang yang berada tepat di depan ruangan Zaki dengan periksa. Entah kenapa aku merasa takut ketika raut wajah perawat tersebut menampakkan raut kesedihan.

"Silahkan masuk dulu, Pak." Aku mengikuti apa yang perawat itu perintahkan.

"Kami mohon maaf sebelumnya, Pak..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEMBALINYA ISTRIKU    35. Terusir lagi

    "Rud, kita gagal lagi. Ibu pikir harusnya kamu itu tinggalkan saja si Lasmi dan mencoba untuk mendekati Rani lagi. Karena kalau kamu berhasil dapatin si Rina itu sana artinya kamu bisa merubah hidup kita. Ibu bosan hidup miskin dan susah. Makan saja susah." Ibunya Rudi berusaha menghasut putranya."Tapi apa Lasmi mau Rudi tinggal, Bu? Kita saja numpang hidup sama dia." "Ya kamu pinter-pinter cari cara dong. Masa gitu saja harus tanya sama ibu kamu ini."Rudi dan ibunya sedang berada di kamar yang ditempati oleh ibunya Rudi. Tanpa sepengetahuan keduanya, Lasmi yang tadinya berpamitan untuk pergi sebentar ia urungkan karena ada sesuatu yang tertinggal. Dan benar saja, Lasmi mendengar dengan telinganya sendiri jika ternyata ibu mertua dan suami sedang bersekongkol untuk menyingkirkan dirinya.Mendengar percakapan di dalam kamar yang posisinya tidak tertutup dengan sempurna. Dari balik pintu terdengar gigi gemeletuk milik Lasmi."Oh, ini ternyata rencana kalian. Baiklah ternyata aku saat

  • KEMBALINYA ISTRIKU    34. Tak tahu malu

    "Wah, besar juga toko milik si Rani," ujar ibunya Rudi menatap takjub. Rudi sengaja memarkirkan motor miliknya agak jauh dari tempat istrinya tersebut."Alah..., biasa juga kali, Bu!" sewot Lasmi pada ibu mertuanya."Tunggu sebentar!" panggil Rudi pada kedua perempuan yang sudah terlebih dahulu melangkah di depannya.Rudi melangkah lebih maju agar bisa mengimbangi posisi mereka. "Sebaiknya Rudi nunggu di sini saja. Lihat ada dua penjaga di depan toko itu," ujar Rudi sambil menunjuk pada dua orang yang sedang terduduk di emperan toko."Emang ada masalah apa sama kamu, Bang?" tanya Lasmi penasaran. Matanya menyorot tajam ke arah suaminya."Pokoknya kalian saja yang masuk ke sana dari pada kena masalah," titah Rudi pada kedua perempuan beda generasi tersebut."Sudalah, Las. Kamu gak usah banyak protes. Yang penting sekarang kita itu bisa belanja banyak tanpa harus keluar duit," sahut ibu mertua Lasmi.Akhirnya keduanya pun bergerak dan meninggalkan Rudi yang berada beberapa meter dari t

  • KEMBALINYA ISTRIKU    33. Waspada

    Setelah kejadian kemarin. Keluarga Rani tidak ingin lagi kecolongan dengan keberhasilan Rudi yang menyelinap di kediaman miliki putri mereka.Sebelum perceraian antara Rani dan Rudi benar-benar disah-kan oleh pengadilan agama. Orang tua Rani sangat berhati-hati dalam menjaga keselamatan putri mereka terlebih aksi nekat yang telah dilakukan oleh laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan menantu keluarga mereka.Kedua orang tua Rani sangat menyesalkan sikap mereka karena telah memberikan restunya pada laki-laki yang ternyata benar-benar tidak bertanggung-jawab. Bukan hanya melimpahkan kewajibannya sebagai tulang punggung keluarga. Keluarga dari menantunya pula yang telah membuat cucu mereka harus meregang nyawa tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk menatap kepergian cucu mereka untuk yang terakhir kalinya. Keluarga Rudi sengaja menyembunyikan kematian putranya dari keluarga istrinya.Tidak hanya putri mereka yang diperas keringatnya oleh keluarga dari besan melainkan persekongko

  • KEMBALINYA ISTRIKU    32. Tidak akan melepaskan

    Mas, kamu itu dari mana saja? Masih pagi bukannya kerja malah keluyuran. Terus itu kakimu kenapa? Kok kamu jalannya pincang gitu?" Rudi yang baru sampai di rumah. Di depan teras tempat mereka tinggal sudah menanti istri yang sudah menunggunya dengan muka yang sudah tidak bersahabat."Cerewet! Aku ini juga sudah usaha. Memang belum rejekiku hari ini." ucapnya tanpa memperdulikan wanita di depannya itu. Terus melangkah hingga masuk kedalam rumah milik Lasmi."Kalian itu numpang di rumahku harusnya tau diri, dong!" cerca Lasmi sambil mengekor di belakang suaminya itu. "Aku sudah capek masak ibu sama ibumu enak dari tadi kerjanya cuma tiduran." keluhnya pada sang suami."Bisa diem gak! Aku ini juga capek!" hardik Rudi sambil memijat bagian tubuhnya yang sakit itu."Gimana mau diem kalau di rumah gak ada apa-apa. Aku ini juga butuh menyenangkan diriku sendiri. Aku sudah stres. Semua yang aku punya sudah aku jual. Tapi mana janjimu yang mau balikin itu semua?" "Itu semua juga dulunya aku y

  • KEMBALINYA ISTRIKU    31. Penggunaan

    Sudah satu Minggu dari kejadian kerusuhan yang diperbuat oleh keluarga Mas Rudi. Tak ada kabar lagi dari mereka semua. Surat gugatan pun telah terdaftar di pengadilan agama, tinggal menunggu surat panggilan untuk sidang perdana kami. Semoga selepas semua urusan ini selesai. Aku bisa kembali mendapatkan ketenangan dan menjalani hidup dengan tenang pun menata hidup dan masa depan. Untuk kembali menjalin hubungan, aku tidak membatasi. Mengikuti alur yang sudah diskenariokan oleh Sang Maha Pengatur dan Pemilik kehidupan.Rencanaku hari ini adalah bertemu dengan pembeli rumah itu sekaligus pelunasan dari sisa uang yang belum terbayar."Tunggu!" terdengar suara bariton yang sangat aku kenali.Iya, Mas Rudi yang berteriak memanggil namaku. Mau apa lagi dia datang kemari. Kenapa nyaliku jadi menciut begini. Tiba-tiba jantungku berdegup dengan kencangnya.Aku takut karena Mas Rudi bisa saja berbuat nekad seperti kemaren. Sedangkan di rumah hanya aku seorang dan dua orang karyawan yang berjag

  • KEMBALINYA ISTRIKU    30. Memata-matai

    "Mbak, Bayu tadi kayaknya lihat seseorang yang mirip banget sama Mas Rudi." "Apa, bener, Le, yang kamu lihat tadi itu suaminya, Mbakmu si Rudi itu.""Iya, Bu. Bayu yakin. Soalnya tadi orang itu juga merhatiin kita terus pas kita bagi-bagi nasi kotak di depan." ucap Bayu dengan mimik seriusnya."Apa mungkin Mas Rudi sudah tahu tempat ini ya, Yu?" "Bayu juga gak tahu, Mbak. Mungkin tadi juga dia pas lihat kitanya gak sengaja. Mungkin saja kan karena kita tadi di jalan pas Mas Rudi juga melintas di sana. Terus lihat kita.""Iya, juga, ya." di sambut anggukan oleh Ibu juga Bapak."Terus kemaren bagaimana pas kalian menyita rumah ibu mertuamu itu, Nduk? Bagaimana reaksi dari mereka?" tanya bapak karena penasaran."Iya, Nduk. Ibu juga penasaran. Akan tinggal di mana kalau mereka keluar dari rumah itu?""Rani juga gak tahu, Bu. Itu sudah bukan urut kita lagi.""Kemaren sempat bersitegang si, Pak. Mereka mencoba beralasan. Tapi karena gertakan dari preman yang di bawa oleh Pak Indra dan jug

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status