Share

3. Mengetahui kebusukan keluarga suami

Bagaimana hati ini tidak hancur setelah apa yang aku korbankan hanyalah sia-sia saja. Ternyata aku hanya di manfaatkan oleh mereka.

Untung saja setelah mendapatkan gawai baru dari majikan lama-ku. Aku segera menginstal aplikasi biru dan juga aplikasi hijau. Aku sengaja membedakan nomer seluler yang biasanya aku pergunakan untuk menghubungi suami dengan nomer perpesanan dari aplikasi hijau. Aku tahu jika mas Rudi mengetahui aku memilih android canggih pasti dia akan marah karena aku menyisihkan uang hasil jerih payah-ku untuk kepentingan pribadiku. Nyatanya hampir tiga tahun ini aku yang telah di bodohi oleh mereka.

Untung saja Allah telah membukakan pintu petunjuknya dengan mengirimkan mbak Yani untuk membongkar kedok para benalu itu.

Satu bulan lebih aku sudah tidak lagi mengirimkan uang untuk mereka. Percuma, uang ku itu hanya mereka pergunakan untuk kesenangan mereka sendiri. Bagaimana dengan Zaki bayi kecilku. Yang sepat di di ceritakan oleh Mbak Yani. Bahwa ayah dan neneknya telah tega memperalat anakku untuk di jadikan pengemis. Iya, dengan sengaja Zaki merek sewakan kepada para pengemis yang membutuhkan anakku untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Apa tidak cukup uang yang tiap bulannya aku kirimkan kepada mereka itu. Dari penurunan mbak Yani juga, ternyata tanah yang sempat kami ingin beli dari Wak haji Yusuf yang uangnya adalah dari bapak ibu di kampung yang sudah menjual sepetak sawahnya untuk aku membeli tanah di samping ibu mertua. Ternyata telah menjadi milik orang lain. Dan memang dari pihak mas Rudi juga tidak membayarkan uang pemberian dari bapak-ku.

Mereka telah sangat melukai-ku. Akan aku buat mereka menyesal dan membayar semuanya. Anak yang sedari kecil aku tinggalkan demi mencari peruntungan untuk masa depan kami. Nyatanya mereka sia-siakan. Dan teganya mereka jadikan anakku sebagai pengemis. Lihat saja akan aku buat kejutan untuk kamu dan keluargamu, Mas. Kalian akan membayar mahal. Dan akan aku buat kalian merasakan dan menjadi seperti Zaki-ku saat ini. Maafkan ibu ini, Nak. Ibu janji, setelah ini ibu akan menjaga Zaki. Dan tidak akan ibu biarkan orang lain menyakiti kita lagi.

🌺🌺🌺

"Hua...Hua...Hua..." suara tangis Zaki sedari semalam belum juga reda.

"Aduh, itu si buluk kenapa lagi, si Rud!" omel ibu yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Iya, tu si buluk bikin berisik saja!" Eni juga ikut menyalahkan aku.

"Makanya ibu bantuin Rudi buat nenangin si Zaki. Ini sedari tadi panasnya gak turun-turun makanya rewel!" ucapku tak kalah kesalahannya. "Uangnya aja kalian mau dan kalian habiskan. Giliran sakit, kalian gak ada yang peduli sama anak ini."

"Ogah, Bang. Nanti kulit perawatan-ku ini terkontaminasi sama buluknya anak kamu itu." ucap Eni menghina bayi kecil yang tidak berdosa ini.

"Eni! Jaga itu mulut kamu!" bentak-ku. Aku sudah kecapekan dari tadi tak ada yang menggantikan menjaga si Zaki. Malah dia semakin memojokkan dan menghina anakku ini. "Awas saja, kalau aku sudah dapat kiriman uang dari si Rani. Gak bakalan aku bagi sepeserpun sama kalian. Biar kalian tahu rasa. Aku juga akan melarang Zaki untuk ikut mengemis lagi." ancamku pada ibu dan adikku.

"Ya, gak bisa gitu dong, Bang."

"Iya, kamu itu, Rud. Kamu mau ngancem kita. Kalau anak kecil panas segera kasih minum obat. Beli obat warung saja gak usah yang mahal sayang uangnya. Palingan itu panas akibat kena panasan tadi siang." ucap ibu dan dia segera berlalu kembali ke kamarnya.

Dasar mereka, kalau masalah uang cepat sekali tanggapnya tanpa aku beritahu pun insting mereka sudah sangat kuat. Giliran anakku sakit mereka acuh. Padahal bayi ini yang menafkahi mereka selama ini selain kiriman uang dari ibunya.

Malam ini gagal acara kencanku bersama Lasmi. Padahal aku sudah tidak sabar ingin kembali memadu kasih. Tapi aku harus sabar beberapa Minggu lagi dia akan aku miliki seutuhnya.

Sudah tengah malam, tangis Zaki belum juga berhenti meski tak sekuat tadi. Namun kenapa seiring dengan melemahnya suara tangisnya panas di tubuhnya semakin tinggi dan juga bibirnya mulai berubah warna menjadi kebiru-biruan.

Sudah badan dan pikiran lelah gegara Rani yang tak kunjung membalas pesan dan juga tidak ada uangnya yang masuk ke dalam rekeningku. Datang lagi masalah dengan sakitnya si Zaki. Bagaimana mau kasih minum obat, uang hasil mengemis seharian sudah di ambil ibu semua. Niatan untuk membelikannya obat warung pun urung aku lakukan di tambah hujan semakin lebat di luar sana.

Aku berusaha memberikannya kompresan untuk sedikit menurunkan panasnya. Tak lupa segera aku seduhkan air gula untuk sedikit memberikan tenaga untuk Zaki-ku. Sedari kecil ibu memang melarang ku untuk memberikannya susu formula. Padahal ibu juga tahu yang seharusnya Zaki masih ASI harus rela di sapih karena ibunya harus pergi untuk membatu ekonomi keluarga kami. Alasan susu formula yang mahal harganya yang membuat ibuku tidak mengijinkanku membelikan susu untuk anakku sendiri. Sedangkan uang yang ibunya kirimkan jelas-jelas di pakai ibu dan juga kedua saudaraku untuk bersenang-senang sendiri. Bahkan uang pemberian dari bapak mertuaku untuk membeli tanah kosong pun mereka yang menghabiskannya. Alasannya lebih baik uang kiriman dari si Rani untuk merenovasi rumah ibuku sendiri dan untuk rumah ku sendiri. Rani bisa memperpanjang kontraknya untuk kembali mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status