Seorang Aiden Faeyza yang terkenal dengan wanitanya akan tunduk terhadapnya tanpa melakukan apapun, dan sekarang ia seolah mengemis duluan dan memperlakukannya dengan sangat baik, itu sungguh langka karena Aiden biasanya sangat dingin terhadap mahluk yang bernama perempuan, mau itu pacarnya sekalipun.
Tolong diingat, bahwa wanita yang sekarang berada di gendongannya itu wanita pertama yang dia bawa ke apartemennya.
Bahkan sekarang sudah berada di kamarnya, berbaring di atas tempat tidurnya. Sebrengsek-brengseknya Aiden, dia belum pernah membawa wanita ke apartemennya atau pun Mansionnya. Karena wanita yang selalu datang kepadanya, hanya mainananya sajaㅡ karena merekapun sama sepertinya, hanya ingin status yang tinggi atau paling parahnya menjadikannya ATM berjalan.
Ting! Nong! Ting! Nong!
Aiden segera beranjak untuk membuka pintu apartnya, dia mengundang seseorang yang terkenal dengan slogan 'Sipaling ahli wanita' sungguh Aiden tidak berniat untuk meminta tolong terhadap pria itu, hanya saja pria itu terlalu penasaran dengan wanita yang ia bawa.
Nit!
Saat pintu terbuka pria itu langsung menerobos masuk, "Mana! Dimana?? Dimana wanita yang berhasil menggoda teman ku hingga di bawa ke apartemennya?" Dia Digo satu-satunya teman Aiden, dan sekarang sedang heboh dengan mata menelaah ke penjuru ruangan.
Dengan santainya Aiden menunjuk kamarnya dengan dagunya, kamar satu-satunya yang ada di apartemennya. Bukannya ia tak mampu untuk membeli apartemen yang lebih luas, tapi ia hanya tak menyukai sesuatu yang kosong, bahkan setiap sudut rumahnya terisi penuh dengan barang-barang yang tersusun rapih.
"Bahkan kau memasukan wanita itu ke kamar mu?!" Digo menatap Aidem dengan tatapan tak percaya, tanpa menunggu jawaban Aiden Digo langsung berlari ke arah kamar Aiden.
"SHITT!! GILA! DIMANA KAU MENEMUKAN BIDADARI SECANTIK INI!?" Pekikan Digo kali ini membuat Aiden sedikit kesal.
Aiden menarik Digo keluar dan langsung menutup pintu kamarnya. Ia menatap temannya tajam, "pertama aku tak mau ada gosip apapun yang terkait dengan wanita itu, kedua... bagaimanapun caranya kau harus mencari data-data tentang wanita itu kalo bisa dari semenjak dia lahir, dan terakhir... dia wanita ku." Untuk kata terakhirnya Digo sedikit spechless dan terkaget-kaget.
Melihat raut wajah Digo barusan Aiden baru sadar apa yang ia katakan di kata terakhir, itu... di luar kepalanya.
"Wohoo... apakah teman ku ini akan bertobat dari pemain wanita? Tenang saja jika kau sudah bosan dengan bidadari itu, buang saja kepada ku... dengan senang hati aku menerimanya." Seru Digo dengan senyum jahilnya.
"Lupakan kata terakhir tadi! Dan ingat yang penting-penting saja!" Tegas Aiden berusaha menutupi rasa gugupnya.
Senyum jahil dan wajah mengejek Digo hilang seketika saat Aiden menatapnya tajam, dan langsung berhenti menggoda temannya itu, "Sungguh kau tak mengenal wanita itu?"
"Jika aku tau, aku tak akan bertanya bodoh!" Kesal Aiden, memang temannya ini sangat senang membuatnya naik darah.
Digo tertawa renyah melihat wajah kesal Aiden, bukan itu yang lucunya tapi ia menertawai kebodohan temannya karena tidak tau wanita yang dia bawa.
"Sungguh kau benar-benar terlihat bodoh barusan!"
"Cepat katakan apa yang kau tau, sebelum aku merobek mulut mu!" Geram Aiden.
Karena Digo masih ingin memiliki mulut yang normal jadi ia memilih menurut meskipun jiwa tawanya yang meronta-ronta.
"Dia Savana Valerie Acrekama, kau tau kan dia putri siapa saat mendengar nama panjang wanita itu? Sejak hari ini ia menjadi topik terpanas karena pernikahan tunangannya dan sahabatnya, Arka dan model terkenal Jenny itu, dari semua postingan di media sosial dia menjadi pencarian utama. Jadi... mungkin akan sedikit sulit untuk kau tidak terlibat dengan Savana, bahkan sekarang saja kau menjadi topik terpanas."
Dengan takut Digo mengangkat ponselnya ke arah Aiden, terlihat jelas dari perubahan exspresinya bahwa ia tak suka.
Dan benar saja dia menjadi pencarian utama dengan taggar,
#AidenFaeyzaselingkuhanSavanaValerie.
Itu sungguh mencoreng nama baiknya bukan?
Dan Aiden sangat tidak suka menjadi sorotan public. Meskipun dari kecil hingga sekarang ia masih di sorot karena nama keluarganya, senggaknya tidak menjadi topik utama.
"Sedari tadi kau sudah tau siapa wanita yang ku bawa bukan?" Aiden sungguh merasa di bodohi oleh temannya itu.
"I-iya... tapi aku tak bermaksud seperti yang kau fikirkan sekarang." Dengan cepat Digo menyangkalnya, dia menjadi tak enak karena tak langsung cerita dari awal. Tapi jujur dia benar-benar lupa, dan juga terlalu kaget.
"Pulanglah cepat sebelum aku melemparmu ke bawah sana." Aiden menatap pintu balkonnya yang terbuka, fyi dia berada di lantai 21 jadi Digo tak hanya patah tulang, kemungkinan dia langsung berada di alam yang berbeda.
"Aku belum memiliki kekasih jadi aku harus hidup lebih dari 100 tahun lagi! Aku pergi!" Dengan cepat Digo bangkit dan berlari menuju pintu keluar, memang pengucapan Aiden tenang dan seperti bukan apa-apa.
Tapi terkadang temannya itu sangat nekat dan sedikit gila, dan ia tak mau jadi samsaknya.
Brak!
Digo menutup pintunya sekaligus membuat Aiden sedikit kaget. Ia meraih benada pipih yang sedari tadi menganggur di meja, sengaja ia biarkan dalam mode hening hingga tak ada satupun notifikasi yang berbunyi.
Dan saat ia menyalakan ponselnya, ia di kagetkan dengan pesan yang memenuhi media sosialnya, tentu menanyakan tenatang Savana, dan terakhir 150 panggilan dari Momynya.
Ia langsung melempar ponselnya ke sofa, sungguh ia tak ingin jadi sorotan utama.
Bruk!
Aiden langsung menegakkan badannya yang tengah bersandar di sofa karena di kagetkan dengan suara yang lumayan cukup keras dari arah kamarnya, siapalagi penyebabnya kalo bukan.... Savana, yang menjadi trouble maker-nya tiba-tiba.
"Shit!!"
Saat memasuki kamarnya ia di kagetkan dengan tubuh terlentang Savana yang sudah berada di lantai, dia terjatuh? Tapi kenapa matanya masih terpejam juga, apa sebanyak itu dia minum.
Tak ambil pusing Aiden memilih mengambil selimut dan menjatuhkannya di tubuh Savana asal, jangan harap ada adegan roamntis dia menggendongnya dan memindahkannya ke kasur kembali.
Dia membawa ke apartemennya pun itu sudah sangat berbaik hati, dan harus Savana syukuri.
Aiden merebahkan tubuhnya di kasur miliknya dengan posisi menyamping dan menatap wajah Savana, dia sedikit tidak asing dengan wajahnya, tapi bukan karena dia dari keluarga Acrekama. Aiden merasa pernah bertemu sebelumnya, tapi dimana.
"...Arka..." gumam Savana dengan mata terpejam.
"Sebegitu besarkah cintamu untuk pria itu?" Gumam Aiden dengan mata tak lepas dari wajah cantik Savana.
Seketika sadar dengan apa yang dia lakukan barusan, Aiden membalik tubuhnya membelakangi Savana dan sedikit mengumpat karena dia seperti kehilangan kontrol dirinya hanya sekedar menatap wajah Savana, bahkan wanita itu sedang tertidur.
****
Prita menatap layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan pesta yang di datangi oleh Aiden. Matanya menajam- berkilat marah saat Aiden dengan mesra mengajak Savana berdansa.Tangannya mengepal. Puk!Dengan kasar Prita menutup laptopnya. Ini tak bisa di biarkan. Ia harus bergerak cepat. Sebelum benar-benar pergi dari kamar hotelnya. Prita membawa buku catatannya.Sembari berjalan, Prita membuka bukunya. Membaca deretan nama dan juga profile yang di sertakan.Telunjuknya mengarah ke salah satu foto, sekertaris ya?? Menarik. Prita menutup bukunya dengan seringaian di wajahnya. Tangan yang satunya merogoh ponselnya dan mendial nomor seseorang."Diego Dwinarta. Cari apapun yang berkaitan dengannya. Secepatnya!"'Laksanakan!' Balas seseorang di sebrang sana.Setelah masuk lift, Prita menatap pantulannya di cermin yang menjadi salah satu tembok lift. Penampilannya agak berantakan. Untuk kali ini-- ia akan menjadi seorang pelayan cantik, sexy dan mempesona. Jelas itu untuk menarik perhat
Pesta mewah di gelar untuk merayakan ulang tahun Tuan Willson-- salah satu rekan kerja Aiden. Ia di undang langsung oleh Tuan Willson. Jelas ia harus datang.Tapi--Harus bersama Savana. Jika tidak Aiden tak mau datang. Terserah orang lain mengatakannya kekanakan dan semcamnya. Aiden tak peduli. Yang ia pedulikan hanya Savana seorang."Sudah ku bilang! Kau ini sudah dalam kategori pembodohan yang kau namakan CINTA itu!" Digo terus mengomeli teman satu-satunya ini. "Ayolah.... Tuan Willson itu penting dalam perusahaan mu Aiden!!" Digo nyaris memohon agar Aiden menghadiri pesta itu.Sang pelaku tak bergeming. Tetap santai dengan wajah datarnya. Jangan lupakan piyama tidur dan sebuah buku melekat di tangannya. Ingin rasanya Digo melempar temannya ini ke bulan, tapi ia urungkan karena masih membutuhkannya. Otaknya tak sepintar milik Aiden.Jelas alasannya sang pujaan hati yang tengah merajuk dan tak ingin ikut kepada pesta malam ini. Bagi yang tahu-tahu saja, Savana merajuk karena kejadi
Savana menatap pantulan dirinya di cermin, dress yang ia kenakan saat ini bergaya sabrina. Memamerkan pundak mulusnya dan leher jenjangnya. Savana menyatukan seluruh rambutnya yang menjuntai dan menggelungnya ke atas."Perfact." Savana tersenyum puas saat melihat hasil pilihannya.Dress bergaya sabrina berwarna biru dongker yang panjangnya di atas lutut. Savana memilih ini.Dari lima dress pilihannya yang ini paling memikat dan cocok dengan seleranya.Persetan Aiden menunggunya lama. Sengaja Savana ingin membuat pria itu kesal. "Apa kau tertidur An?" Savana berdecak kesal, pasalnya Aiden menggunakan nama panggilan orang-orang terdekatnya."IYA!" Kesalnya.Sebenarnya hal yang membuat Savana malas jika membeli baju itu adalah berganti baju. Baiklah... karena malas Savana memilih memakai dress yang ia kenakan.Sret!Savana menarik tirai itu. Ia mendapati Aiden yang tengah bersandar di samping pintu masuk menuju ruang ganti."Bayar yang ini." Seru Savana membuat badan Aiden menegak.Ia t
Di balik pintu keluar itu, seorang wanita dengan tubuh tinggi dan badan ramping bak seorang model, menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal."Kali ini tidak berhasil... tapi tidak untuk lain kali." Desis wanita itu. Memilih pergi dari pemandangan yang menyesakan itu.Kesialan begitu setia kepadanya hari ini. Rencana dari jauh-jauh hari harus gagal seketika. Harusnnya-- ia tetap menjadi bagian penting disini, lalu menjebak Savana dan mendapatkan Aiden!Itu tujuannya!Dan malah sebaliknya. Itu semua bertolak belakang dengan kenyataannya.Wanita tadi-- Prita Adisson sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalau. Ia melempar semua barang bawaannya asal, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya."Aku pulang sayang!" Pekiknya seolah ada orang lain di apartemennya selain dirinya. Aslinya ia tinggal sendiri.Prita menatap kagum semua foto-- bahkan poster besar di setiap inci ding-ding kamarnya. Dari Aiden di nobatkan menjadi CEO Faeyza hingga Aiden yang baru keluar dari bandar
Sejak pagi tadi Savana sudah di sibukan dengan berbagai macam rangkaian shooting sebuah iklan. Usai dengan berbagai macam foto beberapa BA- nya, di karenakan sukses besar... kali ini ia mengambil project besar yang di tuangkan di sebuah iklan.Tentu main utamanya tak lain Kalea Faeyza, awalnya hanya dia seorang yang mengiklankan dengan sebuah foto dan di pajang di berbgai macam bentuk. Majalah, papan reklame, poster dan lain sebagainya. Setelah Kalea, tim pemasaran membuka luas Talent untuk di jadikan BA. Dari artis yang sedang naik daun hingga selebgram.Dan sekarang... ia akan mengambil project iklan yang resmi. Iklan ini di kontrak sekitar 3 tahun di berbagai macam stasiun televisi.Hari ini, kami semua sudah berjalan setengah jalan. Dan sekarang, semua orang sedang istirahat. Tapi tidak bagi Savana.Ia sibuk memeriksa semua vidio yang baru di ambil beberapa saat yang lalu."Talent C ini menurut ku kurang bersemangat, tak sesuai dengan skrip yang kita buat." Savana menunjuk salah s
Semua orang itu hidup dengan rencananya masing-masing, dengan kesulitan dan kebahagiaan yang sudah di atur oleh tuhan. Entah itu turunan atau sebagainya, ibunya Megan menikahi ayahnya karena di jodohkan-- lalu datanglah ia ke dunia yang rumit ini. Setelah itu tepat saat dirinya lahir, ayahnya juga datang dengan seorang wanita yang membawa seorang bayi. Benar sekali, ayahnya main belakang dari ibunya. Bahkan ayahnya jarang sekali pulang ke rumah dan lebih sering pulang kepada selingkuhannya. Alasannya-- karena tidak mencintai ibunya.Brengsek! Bajingan! Segala umpatan Megan arahkan hanya untuk pria yang katanya menyandang status sebagai ayah itu. Ia mengetahui kenyataan itu saat dia memasuki Sekolah Menengah Pertama.Dan saat ia mendengar Ben-- pria yang berhasil meluluhkan hatinya, ada wanita dan seorang bayi yang mencari pria itu, jelas Megan langsung marah. Ia tak menerima apapun alasan untuk kata Perselingkuhan!"Maafkan aku... ku mohon jangan menangis seperti ini lagi... aku tak
Seluruh karyawan Val's Corp tengah ramai membicarakan Ben yang sudah memiliki seorang anak. Mereka semua merasa kasihan terhadap Megan yang telah di khianati."Waktu itu Nona Savana, sekarang sepupunya! Apakah semua keluarga Valerie akan di khianati!! Oh tuhan!! Takdir mcam apa ini." Mita sang promotor yang paling heboh membicarakan tentang rumor Ben itu."Kasihan sekali!""Ku kira menjadi keluarga Valerie mimpi indah... ternyata... semengerikan itu ya!" "Benar. Aku selalu iri terhadap Nona Savana, tapi setelah tau takdirnya.... ternyata lebih baik hidup hidup kita di banding mereka.""EKHEM!!"Semua karyawan wanita yang tengah bergosip bubar seketika. Mereka tak ingin terkena amuk Nona Megan yang siap melahap siapa saja. Merea tau tabiat Nona Megan jika sedang marah. Melebihi bos mereka Nona Valerie.Wajah Megan mengetat marah, ia tengah merancang sebuah baju, tiba-tiba saja seseorang mengirim pesan kepadanya dan mengatakan bahwa ada wanita dan juga seorang bayi yang mengaku sebagai
Negri yang sering di sebut Negri sakura ini tengah berganti musim menjadi musim gugur. Sayangnya Jenni harus melewatkan pergantian musim kali ini, ia mendorong strolernya."Neyy siap ketemu Aunty Vana??" Seru sang ibu menatap hangat kepada putrinya yang tengah tersenyum lebar."Nanana... nanan blweeee." Balas Zuney dengan bahasanya. Memang di usianya sekarang 6 bulan ini, sedang senang-senangnya mengoceh. Dan itu sudah seperti hiburan gratis bagi Jenni setelah kehadirannya. Ia jadi tak kesepian dengan ocehan sang putri.Jenni tertawa gemas mendengarnya, "baiklah... mari kita temui Aunty sombong itu!!" Jenni sedikit kesal karena Savana sudah sangat jarang menghubunginya. Padahalkan menelfonnya tak akan membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengerimi pesan pun tidak!Awas saja! Nanti Jenni eksekusi saat sudah sampai Indonesia."Berjanjilah... Neya tak boleh rewel selama di peswat... okey!" Zunay mengerjap bingung mengenai perkataan sang ibu.Karena kasihan melihat sang putri kebingungan,
"Maaf kami datang terlambat..." semua atensi di ruang VVIP itu menoleh ke sumber suara."Senang menunggu mu Tuan Melvino. Silahkan duduk." Dengan sopan Savana mempersilahkahkan Kei duduk.Savana melihat ada bayangan lain di belakang Kei. Seakan mengerti ia menarik wanita di belakangnya agar terlihat jelas. "Perkenalkan diri mu." Bisik Kei sembari sedikit mendorong punggung Clarissa."Saya Clarissa, sekertaris Keeno." Dengan wajah seramah mungkin Clarissa memperkenalkan dirinya.Savana menatap Clarissa sedikit terkejut, ia jadi teringat saat kematian ayahnya dan juga saat Clarissa yang mencium Aiden... Savana ingin melupakan itu. Sekarang... kenapa dia menjadi sekertaris Tuan Melvino. Seingatnya Clarissa juga mempunyai perusahaan."Baiklah... karena semua sudah berkumpul, mari kita mulai rapatnya." Savana yang memulai rapatnya.Ia mengambil beberapa dokumen dari tasnya, Ben membantunya untuk membagikan dokumen itu. Mereka semua menerimanya dengan baik, "silahkan baca baik-baik." Sava