Share

Permohonan Sanjaya

Ingin sekali rasanya mencibir Tasha sampai habis-habisan. Tapi mungkinkah Alex bisa melakukan itu.

“Ciih!” Hanya ini yang keluar dari mulut Alex, itupun lirih.

Vania memberi beberapa tugas kepada Alex dan harus selesai hari ini. Alex diam-diam menghubungi Bryan. Satu permintaan lagi, cari tahu siapa sebenarnya Vania ini. Kenapa dia selalu diam saat orang lain tertawa menghina.

“Baik Tuan muda,” balas Bryan selalu siap siaga.

“Alex,” panggil Abiyaksa komisaris Venmo Group. Mengiring Alex ke ruangannya.

“Beritahu saya tentang latar belakangmu.” Abiyaksa memastikan Alex benar dari keluarga Madagaskar.

Sebelum Alex bertemu dengan keluarga aslinya. Ia akan tetap mengaku sebagai gelandangan yang dipungut oleh nenek tua dan ditelantarkan oleh anak-anaknya. Masalah biaya pendidikan Alex tidak pernah tahu.

“Saya diasuh oleh nenek tua dan ditelantarkan begitu saja.” Alex menyingkat ceritanya.

“Orang tuamu?” tanya Abiyaksa menaikkan alis.

“Belum pernah bertemu setelah kejadian ngeri menimpaku.” Alex mengerakkan kepalanya.

“Kejadian negeri seperti apa sampai wajah mu pucat seperti itu?” Abiyaksa semakin penasaran dengan latar belakang Alex. Ia seperti mengumpulkan potongan-potongan puzzle yang sudah lama tidak disentuhnya.

“Sebaiknya saya selesaikan pekerjaan saya dulu. Hari ini batas terakhir.” Alex menundukkan kepala dan permisi.

Sedikit lagi Abiyaksa tahu siapa Alex sebenarnya. Bryan menyusupkan alat sadap suara di saku celana Alex. Lontaran-lontaran pertanyaan Abiyaksa memanggil Bryan datang ke Vanmo Group. Bryan sudah berada di depan lift lantai empat hendak menuju ruangan Abiyaksa.

“Duduk!” perintah Bryan masuk tanpa kode.

“Sekali lagi saya peringatkan! Jangan pernah mengulas kembali masa lalu putra Madagaskar! Masa lalu itu membuatnya sakit! Biarkan bocah itu melupakan masa lalunya!” Bryan menekan dada Abiyaksa. Mereka saling tatap.

“Siapa kamu sebenarnya?” Abiyaksa merasa dirinya sedang di awasi. Ia juga heran, kok bisa Bryan datang setelah dirinya ingin tahu latar belakang Alex.

“Tidak penting.” Bryan menarik jarinya. Abiyaksa merapikan dasi dan jasnya.

Hari ini berjalan lebih mending daripada hari kemarin. Tidak banyak huru-hara di kantor. Alex pulang menagih Bryan mengenai identitas Vania. Bryan sendiri terkejut melihat nama Vania Pramesti Andara, Andara seperti nama di atas kertas itu.

“Kenapa Tuan muda tidak bertanya sendiri saja?” tanya balik Bryan sambil menyiapkan teh hangat.

“Aku tidak ingin direndahkan lagi Bryan.” Alex menyesap teh penuh nikmat. “Aku ingin orang tuaku tahu tentang kehidupanku yang serba sengasara ini.”

“Belum saatnya orang tua Tuan muda tahu,” balas Bryan mengambil selai roti.

Bryan merasa prihatin mendengar keluhan Alex. Ia merasa bersalah, kenapa tidak dari dulu ia menemukan Tuan muda. Ia berani memastikan hidup Tuan muda tidak sesengsara ini.

“Tuan muda, saya sudah menemukan latar belakang Vania.” Bryan mengambil hp dari atas perapian. “Ini dari Irawan, developer Zamadeus.”

Bryan sedikit terpukau membaca latar belakang putri kedua keluarga Andara. Ia langsung teringat dengan Tuan besar. Vania sosok pewaris kedua Andara. Alex memandang foto Vania sambil mengunyah roti.

“Tuan muda?” Bryan mengerakkan tangannya. “Tuan muda? Ada lagi yang ingin Tuan muda cari?”

“Tidak ada,” jawab Alex menggelengkan kepala.

Tuan muda keluarga Madagaskan mulai merasakan getaran dalam hatinya. Yang mencolok dari Vania yaitu, saat ia mengolok-olok Alex lalu tertawa tidak jelas dan sekarang diam seribu aksara.

Alex kehabisan pakaian kerja, kemejanya hanya ada warna merah, biru, hitam, putih. Bryan yang terlalu memperhatikan kebersihan dan kerapian Tuan mudanya itu langsung mengajaknya berbelanja.

“Tuan muda, mari saya antar beli pakaian kerja buat besok pagi. Pakaian itu sudah sering di pakai bukan?” Bryan akan mengantar Alex beli pakaian di toko di mana pembelinya orang-orang tersohor di kota ini.

Alex hanya nurut saja, tahu-tahu dibawa di toko baju paling mahal.

“Bryan, uangku tidak cukup buat beli baju di sini,” keluh Alex menginggat saldo di atmnya hanya tujuh juta.

“Masalah itu sudah menjadi tanggung jawab saya Tuan muda.” Bryan membuka pintu mobil untuk Tuan mudanya.

Semenjak kejadian itu menjadikan Alex hidup mandiri. Meskipun keturunan keluarga kaya raya, ia tidak ingin merepotkan siapapun. Bryan mempersilakan Alex memilih baju sesukanya. Alex melihat bandrol harganya saja sudah geleng-geleng.

“Bryan, ini sangat mahal. Sayang uangmu.” Alex tidak berani menyentuh pakaian itu sedikit pun.

“Biar saya pilihkan.” Bryan mengambil setiap pakaian yang disentuhnya.

“Cukup satu saja.” Alex menolak dibelikan pakaian yang begitu banyak. Tiga jaket, tiga jas, tigas kemeja, dan satu kaos lengan pendek. Juga beberapa celana panjang dan pendek.

Bryan sudah terlanjur membayar semua pakaian yang diambilnya. Salah satu karyawan toko baju ini kenal dengan Bryan.

“Bryan, aku pernah melihatmu,” ucap salah satu karyawan toko.

“Maaf, anda siapa? Saya tidak ada waktu untuk bicara dengan anda.” Bryan mengambil bungkusan baju dan segera pergi.

Kesalnya lagi, bertemu dengan Yuda. Dia mengandeng Tasha dengan mesra.

“Sepertinya saham Orbit Group tidak habis-habis. Tunggu, bagaimana dengan uang ganti rugi mobil tunanganku?” tagih Tasha, ia sedikit melongo melihat tas belanja ditangan Bryan.

Yuda menyeret Tasha menjauh dari hadapan Alex. Melihat pemandangan barang mahal yang berhasil di beli Alex membuat Yuda merasa kalah saing. Tabungan Yuda tidak sanggup meminang barang dengan harga bermilyaran.

“Kita beli di tempat lain,” ajak Yuda menarik lengan Tasha.

“Kamu salah besar cerocos di hadapan mereka!” Yuda melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

“Kamu itu kenapa sih! Kamu biarkan mobilmu rusak dan tidak ada uang ganti rugi?!” Tasha mendesus kesuh, tiba-tiba tunangannya tidak sepemikiran.

Setelah acara makan malam itu, Yuda pulang dengan mobil penyak-penyok. Sontak membuat Sanjaya bertanya. Yuda menceritakan dengan mimik wajah kesal plus sedih. Setelah Yuda menyebut nama Bryan dan Alex, Sanjaya geram dan menampar Yuda keras.

“Jangan sekali-kali kamu mencari masalah dengan Bryan! Siapa yang ajari kamu berbuat seperti itu?!” Sanjaya mengetahui kedatangan Tuan Mada bersama Zaen di Granada.

Saat itu Sanjaya menghubungi Zaen, ia meminta suntikan dana untuk Golden Key Company yang sedang krisi keuangan. Uang belum sempat ditransfer tahu-tahu putranya melakukan kesalahan.

“Ada apa dengan Yuda, Bryan? Dia menatapmu tidak enak?” tanya Alex menatap kedipan lampu belakang mobil Yuda.

“Pasti ada sesuatu yang baru saja terjadi, Tuan muda tidak perlu takut.” Bryan mengobrak-abrik rambut Alex.

“Ayah…” balas Alex menghindari usapan Bryan berikutnya.

“Tuan muda, memanggilku Ayah?” Bryan menyungingkan senyum. “Tuan muda.”

“Apa Ayah?!” Mengerutkan kening, Alex tidak merasa mengucapkan kata Ayah. “Jangan mimpi Bryan.”

Sepulang beli baju, mobil sedan putih parkir di depan rumah Alex. Orang itu menunggu di teras bersama sosok lelaki yang membuat Alex kesuh, Yuda. Cepat sekali dia pulang. Yuda kencan memakai mobil Tasha. Sebelum Yuda tiba, Sanjaya menunggu di rumah Tasha. Di angkutlah Yuda ke rumah Alex.

“Minta maaf kamu sama mereka berdua,” suruh Sanjaya kepada putranya itu.

“Sanjaya, berapa lama kita tidak bertemu?” Bryan menghalangi Alex dan membiarkan Tuan muda ini mengumpat di balik tubuhnya.

“Sudah lama sekali,” balas Sanjaya sedikit menundukkan kepala.

Bryan menyuruh kedua tamunya masuk. Alex enggan menemui mereka berdua. Sakit hatinya belum sembuh, kecuali dirinya sendiri yang menyembuhkan. Alex memperingatkan Bryan, supaya tidak memanggilnya turun.

“Tuan muda, niat mereka bagus,” bujuk Bryan di ambang pintu.

“Tapi tidak dengan hatinya.” Alex merungkup seluruh tubuhnya di balik selimut.

“Bryan, tolong jangan hentikan suntikan dana untuk Golden Key. Kami butuh uang itu, tolong jangan lakukan itu,” mohon Sanjaya sampai menyembah Bryan.

Yuda hanya mengernyitkan wajah menyimpan rasa malu kepada Sanjaya. Bryan diam, ia mendengarkan curhatan Sanjaya yang sama sekali tidak ia ngerti. Yuda semakin marah kepada Sanjaya lantaran sikapnya yang murahan.

“Suntikan dana?” balas tanya Bryan. “Masalah Golden Key bukan urusanku, jadi ini putramu. Pantas saja suntikan dana dihentikan dadakan.”

“Ya, dia putraku. Sebentar lagi ada pergantian, dan putraku sudah saya usulkan untuk meneruskan Golden Key.” Mendengar balasan Sanjaya, Bryan hanya manggut-manggut.

Sepengetahuan Sanjaya Alex adalah putra Bryan. Derap langkah Alex pelan-pelan turun dari anak tangga.

“Pa, ayo pulang,” ajak Yuda melirik anak tangga. Sanjaya pamit dengan Bryan sangat sopan.

“Kenapa Papa sebodoh itu dihadapan mereka? Aku malu Pa, aku malu! Kita tidak jauh beda dengan pengemis di luar sana!” kesal Yuda kepada Sanjaya di dalam mobil.

Harga diri Yuda dibayar lunas oleh Bryan. Dari segi mobil mereka sudah kalah, apalagi segi rumah ketinggalan jauh. Bryan berhasil menjadikan Alex sebagai Tuan muda. Bryan mendapat berbagai imbalan dari tuan besar.

“Kamu malu! Yuda, asal kamu tahu tak-tik Sanjaya kamu bakal kagum.” Sanjaya tersenyum sumringah, apa yang ia butuhkan sudah tersampaikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status