Share

Bab 3

POV RENATA.

Aku menatap jam di dinding, pukul 11 malam tapi Bagas belum juga pulang ke rumah.

Ku putar kursi rodaku ke luar dari kamar menuju ruang tamu menunggu Bagas pulang.

Sampai di ruang tamu kudengar suara mobil pajero ku memasuki halaman rumah. Tak berapa lama muncul Bagas masuk ke dalam rumah.

" Belum tidur Ren? " tanya Bagas. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Bagas duduk di sofa sampingku.

" Mas hari ini gak ke kantor? " tanyaku.

Bagas menoleh padaku.

" Kenapa? " Bagas balik bertanya.

" Tadi Dani kesini nyariin kamu. katanya kamu gak berangkat ke kantor ", ucapku.

" Aku hari ini emang gak ke kantor, capek ".

" Terus kamu kemana mas? "

" Ke rumah ibu ".

" ooh ", hanya itu yang keluar dari mulutku.

" Aku mau tidur dulu udah ngantuk ", kata Bagas.

Dia beranjak dari ruang tamu. Aku mengikuti Bagas masuk ke kamar.

Aku memindahkan tubuhku dari kursi roda ke ranjang. Lalu Aku berbaring di samping Bagas.

" Mas.. " panggilku.

" Hem"

" Minggu depan antar Aku ke rumah sakit ya. Aku mau terapi ", kataku.

" Kamu itu cuma ngabisin duit aja, terapi terus tapi mana hasilnya? kamu tetap lumpuh gak bisa Jalan ", kata Bagas.

" Aku terapi kan pake uang ku sendiri mas bukan uang kamu ", ucapku.

" Terserah kamu aja. Tapi jangan harap Aku mau nganterin kamu ", kata Bagas. Aku hanya terdiam.

" Ya udah kalo mas gak mau nganter, Aku bisa berangkat sendiri. toh biasanya aku kemana mana juga sendirian ", kataku.

Bagas tak menjawab ucapanku.

Deerrt.. Deerrt.. Ponsel Bagas bergetar. Kulihat ponsel Bagas ada di bantal samping kepala Bagas. ku raih ponsel itu.

Ada pesan masuk dari ' Raya'.

" Siapa Raya? " gumamku.

Karena penasaran Aku membuka pesan dari Raya.

[ Sayang makasih ya tadi udah ngajakin aku ke puncak, aku seneng banget. Apalagi tadi kamu beliin tas yang aku suka jadi makin cinta aku sama kamu].

'Sayang? ' aku bertanya dalam hati. Apa Bagas udah mulai berani selingkuh?

Awas saja kamu Bagas kalo kamu sudah berani selingkuh di belakangku.

**********

Pagi ini saat Aku bangun dari tidur ku lihat Bagas sudah tak ada di sampingku.

Aku menuju ruang makan dengan kursi rodaku.

" Bi.. Mas Bagas sudah pergi ke kantor? " tanya ku.

" Sudah non. tadi berangkat jam setengah 6 pagi ", jawab bi Surti.

" oiya bi Ini gaji bibi ",kata ku sambil menyerahkan amplop kepada bi Surti.

" Makasih banyak ya non ", kata Bi Surti.

Bi Surti langsung mengeluarkan isi dalam amplop yang kuberi tadi.

" Loh non ini kebanyakan ", kata bibi.

" Gak papa bi. Anggap aja itu bonus untuk bibi ",kataku.

" Makasih non makasih ", kata Bi Surti lalu masuk ke kamarnya untuk menyimpan uang gaji yang ku berikan tadi.

Aku sengaja memberi lebih untuk gaji nya bi Surti karena dia sudah banyak membantuku.

" Bi.. " panggilku.

" Ada apa non? "

" Makan yuk ", kataku.

" Bibi nanti saja non. Masih banyak kerjaan di dapur ", kata bi Surti.

" Baiklah.. Tapi Bibi jangan telat makan ya".

" Iya non".

**********

" Halo " Dani mengangkat teleponku.

" Halo Dan, kamu sibuk gak di kantor? " tanyaku.

" Enggak. kenapa Ren? " tanya Dani.

" Siang ini bisa ketemuan gak? "

" Di mana? "

" Di kafe langganan kita ".

" Oke ".

" nanti jam 12 siang Aku tunggu di sana", kata ku mengakhiri telepon.

" Bibi.. " panggilku.

" Iya non".

" Bisa kesini bentar gak? " tanyaku.

" Iya sebentar non ", jawab bi Surti.

Tak berapa lama bi Surti menghampiri ku. Dia melongo memandangku berdiri.

" Non.. non Renata bisa berdiri? " tanya bi Surti tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Aku tersenyum pada bi Surti.

" Bi ini rahasia ya. Bibi jangan bilang sama Bagas. Sebenarnya aku tidak lumpuh bi ", kata ku.

" apa? non tidak lumpuh? "tanya bi Surti.

" Iya. Aku hanya mengetes Bagas saja bi ", kata ku.

" Terus yang kata dokter rahim non Renata di angkat itu juga hanya pura pura? " tanya bi Surti.

" Iya bi ", kata ku sambil tersenyum.

" Ya Allah non Bibi seneng ternyata non gak lumpuh, tapi non.. "

" Tapi apa bi? "

" Non bilang terapi kaki non yang lumpuh itu boongan? "

" Iya. dokternya kebetulan temen kuliahku dulu bi. Jadi kalo Aku pamit ke rumah sakit buat terapi itu bukan terapi kaki ku yang lumpuh tapi terapi kangen pengen ketemu dia ", kata ku sambil tertawa.

" Non ini ada ada saja " kata bi Surti.

**********

Jam 12 siang aku sudah di kafe tempat aku janjian dengan Dani.

Tak lama berselang ku lihat Dani masuk ke kafe lalu menghampiri ku.

" Dah lama Ren? " tanya Dani.

" Gak baru aja nyampe kok ", jawabku.

Dani celingak celinguk seperti mencari sesuatu.

" Cari apa Dan? " tanyaku.

" Kursi roda kamu mana Ren? " tanya Dani.

' oh dia cari kursi roda yang biasa ku pakai hehe' kataku dalam hati lalu terkekeh.

" Aku gak perlu kursi roda ", jawabku.

" Kamu udah bisa jalan? " tanya Dani.

" Dari dulu kan aku bisa jalan Dan ".

" Tapi kan sejak kecelakaan itu kamu lumpuh kan Ren ".

Obrolan ku dengan Dani terhenti saat pelayan mengantarkan pesananku.

" Makasih mbak ", kataku.

Pelayan itu tersenyum lalu pergi.

" Aku hanya pura pura lumpuh Dan ", jawabku.

" Apa?! " Dani berteriak membuat pengunjung kafe memandangnya.

" Ssstttt ", aku menutup mulutnya.

" Kamu pura pura lumpuh? Buat apa Ren? " tanya Dani.

" Untuk ngetes Bagas. Dan ternyata dugaanku benar. Dia baik sama aku saat aku sehat dan normal. Tapi saat aku gak bisa apa apa dia selingkuh dariku ", jawabku.

" Berarti saat dokter bilang kandungan kamu di angkat itu juga bohong? " tanya Dani.

Aku mengangguk.

" Aku sidang kongkalikong dengan dokter yang menangani ku waktu itu ", ucapku.

" Gila kamu Ren ".

" Aku minta tolong sama kamu jangan sampai Bagas tau aku sebenarnya tidak lumpuh ", kata ku.

" Oke ".

Aku dan Dani memakan nasi goreng yang sudah ku pesan tadi.

Saat aku menyantap nasi goreng tak sengaja tatapanku tertuju pada seseorang yang sedang makan berdua dengan wanita cantik yang ku kenal di kursi pojok. Dia Bagas dan wanita itu Raya sahabat ku waktu SMA. Mereka terlihat mesra, sesekali Raya menyuapi Bagas dan Bagas juga beberapa kali menyuapi Raya.

" Kamu kenapa Ren? " tanya Dani. Aku menunjuk ke arah Bagas dan Raya yang duduk di kursi pojok. Dani menoleh ke belakang.

" Gila tuh orang, dia Bagas kan? Dan wanita itu sepertinya aku kenal, siapa ya? " Dani mencoba mengingat ingat.

" Raya sahabat ku waktu SMA ", kata ku mengingatkan Dani.

" Iya dia Raya. Samperin aja yuk Ren", ajak Dani.

Aku menggelengkan kepala ku.

" Jangan.. Aku ada kejutan buat Dia tapi tidak sekarang ", kataku.

" Kejutan apa? " tanya Dani.

" Tunggu tanggal mainnya Dan ", jawabku.

Dani tak berkata kata lagi.

**********

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status