Share

Part 2

last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-10 20:01:53

KEBANGKITAN PASCA BERCERAI

#Si_Gendut_Berjerawat_Yang_Ingin_Bunuh_Diri

"Jangan pernah nganggep gue sebagai tokoh penyelamat kayak di sinetron-sinetron ikan terbang, ya, Ndut."

Ucap Reno yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.

"Siapa juga yang mikir kayak gitu." Aku mengerucutkan bibir.

Aku baru saja menceritakan semua kejadian tragis yang telah aku alami kepada Reno.

"Kali aja, lo berpikiran kayak gitu."

"Enggak lah, lagian kenapa, sih, kamu nglarang aku bunuh diri?" Aku mendengkus sebal.

"Gue cuma sayang banget sama itu lo."

"Apa?" pekikku sebal.

"Lemaknya." Reno terkekeh.

"Daripada mubazir, kan. Lebih baik lo disembelih bareng-bareng aja di masjid. Warga satu kampung pasti kebagian semua makan daging lo."

"Kamu pikir aku sapi yang mau dikorbanin!" Aku bergindik-gindik sebal. Menghentak-hentakkan kaki sangking geregetannya. Ada orang frustasi malah diledekkin.

"Heh, jangan kenceng-kenceng!" tegur Reno sambil meringis. "Mobil gue jebol nanti, ini masih kredit."

"Yaudah, turunin aku di sini aja. Aku mau bunuh diri."

Reno menghela napas. "Sabar, gue cariin tempat bunuh diri yang paling nyaman."

"Apaan? Bunuh diri ya bunuh diri aja kali, nggak ada tempat paling nyamannya."

"Orang kalau badannya gede, kalau marah pasti ngeri, ya?"

"Bodo amat!" Aku melipat kedua tangan di depan dada dengan wajah kesal.

"Hmm ... makan?" Reno tiba-tiba menawari.

"Ngapain makan, mau bunuh diri juga."

"Biasanya kalau orang kayak lo, ngomongin makanan langsung semangat."

"Udah males aku sama hidup yang kayak gini terus."

"Parah lo, Pus." Wajah Reno berubah serius. Tidak setengil tadi. "Padahal dulu pas SMA lo enjoy-enjoy aja punya badan kayak gitu."

"Dulu lo walaupun badannya gendut, tapi wajahnya mulus, manis, masih kelihatan cantik. Pita,  adik lo aja kalah manisnya. Sekarang kok jadi rusak, penuh jerawat?"

"Gara-gara sering gonta-ganti skincare."

Kami berdua terdiam. Entah, Reno akan membawaku ke mana.

"Hmm, sebenarnya gue nyelametin lo bunuh diri karena cuma pengen balas budi."

"Balas budi apa?" tanyaku sambil mengerutkan dahi.

"Karena di sekolah dulu, cuma lo doang yang nggak ikut bully gue."

Aku kembali mendengkus. "Yaiyalah, orang aku di kelas juga jadi korban bully."

Reno nyengir kuda.

"Kok, kamu bisa jadi sesukses ini, sih? Padahal dulu di kelas sering di bully. Cupu banget, suka nangis lagi, padahal udah gede."

Reno terkekeh. "Namanya nasib nggak ada yang tahu, Pus."

Tiba-tiba saja senyumku merekah, saat melihat wajah Reno yang lumayan tampan.

Dan memikat.

Aku sedang membayangkan bahwa Reno sebenarnya menaruh perasaan kepadaku. Dia akan menikahiku dan mengajakku ke salon berkualitas yang bisa membuat jerawatku hilang semuanya.

"Mau bunuh diri, kok, senyum-senyum sendiri." Reno mencibir.

Aku langsung menatapnya kikuk. "Apaan, sih!"

Reno terkekeh. "Naksir lo, ya, sama gue?"

"PD!"

"Orang ganteng mah PD aja, emangnya lo, orang frustasi."

"Iya-iya!"

Reno menatapku lekat saat berhenti di lampu merah. Aku jadi salah tingkah.

"Gue nggak bakal biarin lo bunuh diri, Pus."

Aku menelan ludah dengan susah payah. Jangan-jangan Reno mau menyatakan cinta sekarang?

"Karena lo adalah kakak ipar gue."

Aku langsung terjingkat kaget. "Ha? Maksudnya?"

"Iya, Pita itu selingkuhan gue. Gue sering tidur bareng sama dia di hotel. Mantap banget. Lagian, si Pita kenapa sih milih suami nggak jelas kayak gitu."

"Pita? Adikku? Suka tidur di hotel bareng kamu?" Aku menelan ludah dengan susah payah.

Reno mengangguk, dengan wajah merasa bersalah. "Karena lo adalah orang yang disayangi Pita, gue nggak bakalan biarin lo mati. Gue nggak mau Pita kekasih tercintaku itu sedih."

Aku benar-benar shock.

"Tapi boong, eaaa!!!" Reno terkekeh saat melihat ekspresiku yang berubah garang. "Ketipu, ya? Cieee ...."

Aku menepuk jidat sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuannya. Perasaan, Reno dulu tidak setengil ini di sekolah.

"Mana mungkin, Pus, aku selingkuh sama Pita. Pernah ngobrol sama Pita aja nggak pernah."

"Garing!"

Reno mengerem mobilnya secara mendadak. "Jadi bunuh diri nggak?"

Aku langsung terkesiap. Menyadari di mana tempat kami berhenti.

Di depan salon kecantikan paling terkenal di kota ini.

Tunggu-tunggu!

DI DEPAN SALON KECANTIKAN.

Ya, di depan salon kecantikan kami berhenti.

Aku terbelalak dengan mata yang membulat sempurna.

"Daripada bunuh diri mendingan lo masuk aja ke salon sono, gue bayarin. Mumpung gue lagi baik. Rubah penampilan lo biar makin cantik."

Aku terdiam beberapa detik. Speechless, sambil berpikir.

Mau bunuh diri apa masuk salon, ya? Kalau masuk ke salon itu wajahku pasti jadi mulus, jerawat hilang semua, syukur-syukur bisa makin cantik. Bisa bikin mas Aldi menyesal udah ninggalin aku. Apalagi gratis karena dibayarin si Reno.

"Ah, kelamaan mikirnya, yaudah kita ke rel kereta api aja. Biar lo cepet matinya." Reno kembali melajukan mobilnya meninggalkan gedung salon kecantikan itu.

"Eh, Reno!! Aku mau masuk salon aja kalau dibayarin." Aku masih memandangi salon kecantikan itu dari balik kaca mobil.

Reno malah terekekeh. "Haha mulus banget idup lo kalau gue bayarin. Gue nggak punya duit haha. Lagian lo siapa gue."

Aku menggeram, menahan murka. Kirain beneran. Gagal deh balas dendam sama mas Aldi.

"Daripada buat bayarin lo masuk salon mending gue bayar si Pita aja buat nemenin gue nanti malem."

"Kamu pikir dia itu apa? Orang Pita udah hamil kok."

"Heh, Pita itu hamil anakku."

Apa?

Ini orang gimana sih? Omongannya plin-plan banget.

Kalau bener dia ngajak Pita selingkuh.

Berarti Reno aja yang aku bunuh.

Atau ...

Fano aja?

Reno atau Fano?

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebangkitan Pasca Bercerai   Part 28 B

    "Eh, Mbak Puspa, ngapain?" ucap Rani setelah turun dari tangga. Melihatku yang sedang menyapu lantai. "Biar bi Surti aja mbak yang nyapu-nyapu." Rani langsung turun dengan tergesa-gesa. "Nggak pa-pa, lagi. Aku udah biasa nyapu-nyapu."Rani merebut sapu yang kupegang. "Udah mbak nggak usah.""Bi Surti!!!" teriak Rani meneriaki Art. Perempuan paruh bayah itu langsung keluar dengan tergesa-gesa. "Ada apa, Non? ""Ini Bibi lantainya disapu, ya. Daripada mbak Puspa yang nyapu. Kasihan.""Eh, nggak papa lagi. Aku malah seneng. Bisa sambil olahraga.""Udah, Mbak Puspa santuy-santuy aja. Duduk manis di sofa sambil nonton tv.""Bosen, Ran. Pengen ada aktivitas apa gitu.""Ngegym aja, Mbak. Aku temenin." Atau jalan-jalan naik sepeda."Aku mengerucutkan bibir. Kami berdua menoleh saat Reno baru saja datang entah darimana. Cowok itu mengenakan celana training dan kaos oblong berwarna hitam. Tangannya menenteng sebungkus plastik. "Ada apa ini?""Ini kak, Mbak Puspa malah nyapu-nyapu," jawab Ra

  • Kebangkitan Pasca Bercerai   Part 28

    Komentar kalian tentang Reno dan Puspa?***"Kamu kenapa belum tidur?" tanyaku saat terbangun tengah malam. Melihat Reno yang sedang sibuk di depan laptopnya. "Ada pekerjaan yang harus diselesaikan." Reno masih fokus mengetik sesuatu pada laptopnya. "Kamu juga punya tugas di depan laptop, ya?" Aku mengucek-ngucek mata sayuku. Reno mengangguk. "Hmm, aku sedang menyadap ponsel milik pelaku kriminal.""Kamu bisa?""Agen rahasia banyak yang menjadi hacker. Aku belajar dari mereka untuk mendapatkan informasi dari pelaku."Aku bergidik ngeri. Tidak ingin tahu lebih jauh pekerjaan Reno, dan misi-misi rahasia yang ia jalankan. Karena bagiku itu sangat menakutkan. Reno pasti harus berurusan dengan penjahat-penjahat kelas kakap. "Boleh aku memintamu agar berhenti dari pekerjaan itu?" pintaku dengan wajah memelas. Reno yang membelakangiku masih fokus pada layar laptopnya. Tanpa memberi jawaban. "Kamu punya banyak bisnis, kamu bisa mendapatkan uang tanpa harus bekerja seperti itu.""Reno, k

  • Kebangkitan Pasca Bercerai   Part 27

    "Reno, skincare-ku ketinggalan semua di rumah.""Terus?" "Ya gimana? Pengertiannya," jawabku malu-malu kucing. "Dilatih aja nggak pakai skincare-skincarean."Aku mengerucutkan bibir. "Kamu tahu sendiri, kan, wajah aku dulu jerawatan. Sekarang kalau nggak pakai skincare jadi kelihatan kusam, lepek. Takutnya malah jerawatnya tumbuh lagi.""Bagus, dong.""Kok bagus, sih?""Ya baguslah, biar nggak ada yang ngelirik-ngelirik kamu lagi.""Aku jadi jelek, dong?""Ya nggak pa-pa.""Halah, ujung-ujungnya nanti kamu selingkuh.""Yang halal aja ada, kenapa harus nyari yang haram?" Reno membalikkan ucapanku. "Kali aja. Kan, biasanya laki-laki begitu. Gampang bosen.""Bosen gimana, sih? Kita aja belum malam pertamaan kok."Aku mengerucutkan bibir. "Aku masih penasaran.""Salah sendiri keluar malam-malam.""Tuntutan pekerjaan.""Ya nasib." Aku melahap apel yang sedari tadi berada digenggaman. Kini kami berdua sedang duduk berdua di gazebo taman rumah Reno yang lumayan luas. Ada beberapa tanaman

  • Kebangkitan Pasca Bercerai   Part 26

    "Bismillah, mau mulai sekarang?" tanya Reno saat kami sudah mulai solat. Darah seakan berdesir. Aku mengangguk malu."Bismillah." Reno mengajakku berbaring. Jantungku semakin berdetak tak menentu. Bulu kuduk ini langsung meremang ketika Reno mulai mendekatkan wajahnya. Aku lantas memejamkan mata. Namun, ciuman itu tak kunjung mendarat. Reno menghentikan niatnya setelah mendengar bunyi ponsel yang berdering. "Astaghfirullah, ganggu," desis Reno kesal. Aku mengerucutkan bibir, melihat Reno mengangkat teleponnya. Dia tampak berbincang serius. Aku sempat menahan napas melihat raut wajah khawatirnya. "Oke-oke, saya segera ke sana," ucap Reno setelah memutus teleponnya. Pria tampan itu menghela napas. Kemudian menatap ke arahku dengan wajah sendu. "Sorry, ya, Pus. Kita tunda dulu." Reno kelihatan lesu. "Ada apa?""Aku ada urusan bentar. Ada salah satu pelaku kriminal yang tertangkap.""Nggak bisa ditunda, ya, tugasnya? Ini malam pertama, lho?" Aku memohon. "Pus, tolong ngertiin pro

  • Kebangkitan Pasca Bercerai   Part 25

    Keenan masuk ke dalam kamarku sambil menyeringai lebar. "Mau apa kamu ke sini?""Belum tidur sayang?"Aku meneguk ludah dengan susah payah. Seluruh tubuhku langsung gemetar. "Aku ingin bermain-main denganmu!" Keenan mendekat ke arahku dengan perlahan. Aku langsung merasa gugup. Grekk!!! "Happy birthday to you...""Happy birthday to you..."Di belakang punggung Keenan muncul banyak orang yang bersorak soray sambil meniup trompet dan melemparkan balon-balon ke langit kamar. Kedua mata ini membulat. Aku terkejut bukan main. Ada mama Reno, Rani, Olivia, Pita? Ya, ada Pita di sana. Juga Ben, Sevelyn, Cindy, dan Melin. Bagaimana ceritanya mereka bisa ada di Jakarta malam-malam begini? Jam 00.08.Mengucapkan ulang tahun. Mereka berjingkrak-jingkrak heboh sambil menyanyikan lagu ulang tahun untukku. Keenan yang berada tepat di depanku terkekeh. Aku sudah berhasil mereka kerjai. Kemudian muncul dari belakang seorang pria yang membawa kue di tangannya. "Selamat ulang tahun Puspa."Aku

  • Kebangkitan Pasca Bercerai   Part 24

    Setelah dijelaskan oleh Rani dan mama Reno bahwa aku adalah calon tunangan Reno. Akhirnya Keenan paham. Pria itu tersenyum ke arahku. Tinggal papa Reno saja yang belum aku temui. Katanya beliau sedang dinas di pulau Kalimantan. Jadi, tidak mungkin ketemu. Aku hanya heran saja, berarti Reno dan mamanya hanya numpang di rumah adiknya. Kenapa nggak tinggal di rumah sendiri? Bodo amat! Tubuhku terasa letih sekali setelah mengepel seluruh lantai di dalam rumah. Aku tidak punya energi lagi jika mereka jadi mengajakku jalan-jalan kelilingi ibu kota. Aku mengirim pesan kepada Reno. 'Pulanglah sebentar, antarkan aku ke bandara. Aku sudah sangat lelah disiksa keluargamu. Mereka menganggapku pembantu.'Send. Aku menjatuhkan tubuhku ke ranjang berukuran king size itu. Hufft! Tenagaku sudah terkuras habis. Apa lebih baik aku kabur saja, ya, daripada jadi tendang-tendangan mereka semua. Tapi nanti kesasar. Minta tolong Ben juga nggak mungkin. Ya, kali dia mau berkorban ke sini hanya untuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status