Share

Bab 4

Author: Niniz Cutez
last update Last Updated: 2024-06-21 12:06:31

Mega menatap anaknya dengan pandangan yang lembut, merasa simpati meski tetap tegas. "Kamu harus memikirkan yang terbaik, Nak. Kadang-kadang, melepaskan adalah cara terbaik untuk menghindari penderitaan yang lebih besar. Amara mungkin bisa menemukan kebahagiaan tanpa kamu, dan kamu bisa membangun kehidupan yang baru dengan anakmu."

Athar terdiam, merenungkan kata-kata ibunya. Dia tahu bahwa situasinya tidak mudah dan setiap pilihan memiliki konsekuensi yang berat. "Aku akan berbicara dengan Amara lagi," akhirnya Athar berkata, suaranya nyaris berbisik. "Aku akan memberitahunya tentang anak itu dan melihat apa yang dia katakan. Tapi apapun yang terjadi, aku tidak bisa mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan perasaannya."

Mega menghela napas, menyadari betapa keras kepala anaknya dalam mempertahankan pernikahan ini. "Baiklah, Athar. Tapi ingatlah, waktu akan terus berjalan, dan semakin lama kamu menunda keputusan ini, semakin banyak yang akan terluka."

Athar hanya bisa mengangguk perlahan, merasa terjebak dalam dilema yang tidak bisa dia pecahkan sendiri. Dia tahu bahwa apa pun keputusan yang dia ambil, hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Dan dengan hati yang berat, dia tahu bahwa pembicaraan berikutnya dengan Amara akan menentukan arah masa depan mereka.

Di dalam kamar Amara sudah kelelahan, perutnya sedari tadi menahan lapar. Akhirnya wanita cantik itu pun ke luar dan menuju ke dapur untuk mengambil nasi serta lauk.

"Kamu kira di rumah ini hanya kamu yang memiliki perasaan? Harusnya kamu sadar diri, tidak egois seperti ini." Mega menyindir Amara yang saat ini tengah mengambil nasi dari magicom.

Amara tertegun sejenak mendengar sindiran tajam dari ibu mertuanya. Ia menatap piring di tangannya, lalu menghela napas dalam-dalam sebelum menoleh ke arah Mega yang berdiri di dekat meja makan, tangan bersilang di dada dengan ekspresi tak senang.

"Bu, aku tidak bermaksud egois," Amara mencoba berbicara tenang meski nada suaranya sedikit bergetar. "Aku hanya lapar dan..."

"Lapar? Seperti hanya kamu yang lapar di sini?" potong Mega, suaranya semakin meninggi. "Kamu tahu kan, ada masalah di rumah ini yang harus kita selesaikan bersama? Tapi kamu malah mengurung diri di kamar dan sekarang muncul hanya untuk makan."

Amara menggigit bibirnya, merasakan tangannya mulai gemetar. "Aku butuh waktu untuk menenangkan diri, Bu. Semua ini terlalu berat untukku."

Mega menghela napas keras, pandangannya masih tajam. "Dan menurutmu, itu tidak berat untuk kita semua? Kamu pikir kita semua tidak merasakan tekanan yang sama?"

Amara menunduk, tidak bisa menjawab. Piring di tangannya terasa semakin berat, dan ia mulai merasakan air mata menggenang di sudut matanya. Ia tahu, Mega benar. Semua orang di rumah ini sedang berjuang dengan cara mereka masing-masing. Namun, kadang kala, beban yang dirasakan terlalu besar untuk ditanggung sendiri.

Suasana di dapur menjadi semakin tegang. Suara ketukan sendok ke piring dari Amara dan suara napas Mega yang berat mendominasi ruangan. Amara berusaha untuk menenangkan pikirannya, namun sindiran Mega terus terngiang di telinganya.

Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat. Maya yang merupakan istri sah dari Athar datang menghampiri.

"Bu!" sapanya sembari mencium tangan Mega.

"Wah, kamu sudah datang. Lebih baik kamu langsung ke kamar saja," ujar Mega sembari merangkul pundak menantu barunya. Dengan nada sinis wanita setengah paruh baya itu pun memerintah pada Amara agar membantu Maya membawa barang bawaannya.

Sontak saja hal itu membuat Amara kesal, dia pun mengabaikan perintah dari ibu mertuanya.

"Kamu jangan sungkan di sini, anggap rumah sendiri." Mega justru mengantarkan Maya ke kamar utama. Di mana kamar tersebut biasa ditempati oleh Athar dan Amara.

Maya terlihat senang dalam hatinya, tapi di depan mertuanya dia berpura-pura. "Kalau aku tidur di sini, lantas mbak Amara akan tidur di mana?" tanyanya pelan.

"Kamu tidak usah khawatir, tenang saja. Dia juga pasti tidak keberatan kamu tinggal di kamar utama. Bagaimanapun, kamu 'kan lagi hamil calon cucuku." Mega mulai berbicara begitu manis.

Maya terdiam sejenak, merasakan rasa senang dan cemas yang campur aduk di dalam hatinya. Dia menatap kamar yang luas dan mewah, tempat tidur yang besar dengan selimut tebal, serta foto pernikahan Athar dan Amara yang masih tergantung di dinding. "Apa mbak Amara benar-benar tidak keberatan?" Maya mencoba menutupi keraguannya dengan senyum tipis.

Mega mengangguk mantap, "Tentu saja. Lagipula, Amara sudah aku atur untuk sementara tinggal di kamar tamu di lantai bawah. Dia paham kok situasi kamu yang sedang hamil. Ini semua demi kebaikanmu dan calon cucuku." Lagi-lagi Mega berdusta.

Maya tersenyum, dalam hatinya juga sangat bergembira. "Terima kasih, Bu," ucapnya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Mega menepuk bahu Maya dengan lembut. "Ya sudah, kamu istirahat saja dulu. Jangan pikirkan hal lain. Kamu harus jaga kesehatan, itu yang terpenting sekarang."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Sang Istri yang Terkhianati   bab 29

    "me ngakulah Maya, bahwa anak yang kamu kandung itu anak ku" cecar lelaki berperawakan tinggi, dan manis berdiri di depan Maya. dadanya bergemuruh sangat lah hebat. Dia sangat ketakutan, dan ingin pergi dari tempat itu. Semenjak di Bali, Athar dan Maya tinggal di kontrak kecil dan kumuh. Berbanding terbalik, dengan kehidupan mewah nya dulu. Sementara Athar, Luntang Lantung mencari pekerjaan di kota orang, untuk membuat ekonomi nya membaik, tapi nyatanya dia tidak menemukan kontrak kerja dengan siapapun. Mantan CEO itu masih tidak putus asa untuk mencari pekerjaan yang layak, dan dia ingin memulihkan ekonomi nya. Dia berjanji akan merebut apartemen mewah Amara dengan apapun caranya, karena dia telah bosan hidup dengan serba kekurangan. Mega sang ibu pun begitu, dia selalu meneror Athar untuk mengirimkan uang kepadanya. Karena uang untuk makan sudah habis. Maya tertegun sangat lama, Angga Pratama Wijaya, kekasih sewaktu berpacaran dengan Athar. Bahkan keduanya, sudah kumpul kebo dalam b

  • Kebangkitan Sang Istri yang Terkhianati   bab 28

    " aku tidak menyuruh mu, masuk. jangan mimpi kamu tinggal disini, Athar!" tatapan mata Amara begitu tidak suka terhadap Athar, yang mendesak nya untuk tinggal bersamanya. "jelas lah, aku suamimu. Kamu lupa itu, hartamu juga hartaku. terus, dari segi mana aku salah?" ucap nya menekan kan, Amara begitu muak dengan pernyataan dari Athar. perasaan nya kembali pudar terhadap Athar, padahal sebenarnya Amara masih mencintai Athar. karena dia tahu, Athar adalah seseorang yang penyabar dan penuh kasih sayang. Sebelum mertuanya meracuni hati dan pikiran dari suaminya tersebut. Bahkan Athar lupa, bahwa persidangan cerainya pada tahap akhir, dan akan menyandang status janda dan duda. bagaimana biasa, Athar datang ke Bali, dan menuntut nya untuk tinggal serumah lagi. "jangan gila kamu, aku bisa melaporkan kamu ke pihak berwajib. karena kamu mengancam keselamatan ku." tegas Amara, berlari mengejar Athar dan Maya masuk kedalam apartemen mewahnya. "wau... aku suka mas, aku suka." teriak Maya, se

  • Kebangkitan Sang Istri yang Terkhianati   bab 27

    "tidak apa-apa, pak." senyum mengembang Rendi, ketika pak Hendra menyetujui semuanya. " papah yakin, kamu mampu untuk itu. Dan kamu pasti bisa, membuat perusahaan kita berkembang begitu pesat! jangan sia-sia kan, kepercayaan papah kepadamu" puji pak Hendra kepada putra semata wayangnya. Keluarga Catur tergolong orang yang sangat kaya Raya, perusahaan nya ada dimana-mana. Bahkan restoran yang terkenal di Bali adalah milik dari keluarga Catur, investasi nya dimana-mana. Dan Catur masih tetap sama, dan berpenampilan sederhana tidak semewah orang kaya pada umumnya. "papah jadi mau nginep disini? atau langsung balik?"tanya Catur memastikan. "papah mau menginap disini, dulu. dan papah ingin tahu, perkembangan bisnis yang kamu geluti sekarang" senyum mengembang pak Hendra. muka Catur sangat khawatir, dia tidak ingin rencananya terbongkar begitu saja, sebelum dia mendapatkan Amara seutuhnya. karena jika papah nya ikut campur, pasti akan terbongkar siapa Catur sebenarnya. misi nya belu

  • Kebangkitan Sang Istri yang Terkhianati   bab 26

    Catur duduk dengan tenang, di ruang tamu apartemen Amara. Dia ingin sekali menanyakan perihal tentang Marvel. dan jujur dia sangat lah kepo, apakan benar-benar Marvel menyatakan cintanya kepada Amara. pikiran Catur semakin tidak karuan. ~ pak gawat, bos besar sedang menuju ketempat pak Catur kali ini~ sebuah pesan singkat, membuat dada Catur semakin tidak karuan. keringatnya mengucur dengan deras, dia mondar-mandir tidak menentu. langkah nya di percepat, rencananya bisa gagal jika ayahnya datang saat ini. ~jangan kesini Ren, biar aku yang menghampiri mu. Bisa-bisa gagal rencana ku, jangan sampai papah tahu soal ini. perlambat waktumu, sekiranya aku sudah sampai ketempat yang kamu tuju~ pinta Catur dengan pesan singkatnya. dengan tergesa-gesa Catur menuju ketempat, yang Catur atur untuk menemui papahnya. Selama perjalanan pikirannya tidak tenang sama sekali. "silahkan duduk, pak!" pinta Rendi, dengan menggeret kursi kebelakang. "Catur mana, Ren?" tanya Hendra dengan mene

  • Kebangkitan Sang Istri yang Terkhianati   bab 25

    "siapa dia, Amara?" tanya Marvel keheranan. "mantan suami" entengnya, seraya masuk kedalam mobil Marvel. "untuk apa dia, kesini?" tanya Marvel memastikan, dia tidak ingin rencananya gagal gara-gara mantan suaminya hadir kembali. Saingannya bertambah kali ini. "aku juga tidak tahu, tidak usah di pikirkan. dia bukan siapa-siapa" ucapnya, seraya menatap sebuah layar ponsel nya. "yang aku takutkan, dia akan merebut mu kembali"ucap Marvel, dan masih fokus menatap kearah Amara. " terus, apa masalahmu Marvel?" tanya Amara keheranan, seraya mengernyit heran dengan ucapan Marvel kali ini. "sebenarnya, tujuan ku malam hari ini adalah ingin menyatakan cinta, Amara. apakah kamu mau?" ucap Marvel dengan menggenggam tangan Amara dengan erat. Amara tidak menjawab dan masih menatap dalam kearah Marvel, sebenarnya dia tidak suka dengan sikap Marvel yang terburu-buru untuk menyatakan cintanya. Karena Amara tahu, Marvel adalah orang yang terkenal saat ini. "kamu sadar? kamu itu artis, da

  • Kebangkitan Sang Istri yang Terkhianati   bab 24

    Catur terkesima melihat penampilan Amara kali ini, sangat cantik dan anggun. Siapapun yang melihat pasti jatuh cinta dan tertarik kepadanya. "kamu sudah kalah" celetuk Marvel dengan mengece keberadaan Catur yang masih melihat kearah Amara. Amara berjalan di samping Catur dengan muka datar, karena Amara merasa kesal dengan ulah Catur yang tidak terbuka mengenai asal usul Catur. Amara dengan anggun Menaiki mobil Marvel, dengan santai Amara naik mobil Marvel dengan sangat cantik, Marvel dengan sombong menatap Catur dengan tatapan yang sangat lah dingin sekali. "mari masuk, tuan putri" senyum Marvel menggema. Amara hanya menyunggingkan senyum, tanpa banyak bicara kepada Marvel. pilihan nya sangat terpaksa menyetujui permintaan Marvel, karena dia sangat lah risih setiap hari Marvel mengganggu aktivitas nya. Amara ingin menyampaikan unek-unek hatinya, dan sekarang waktu nya sudah pas untuk itu. "aku ingin kamu menutup mata Amara" pinta Marvel seraya fokus menyetir mobilnya, lalu Am

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status